[Acting Review] John D Washington di BlackkKlansman dan Kenapa Dapat Banyak Pujian?

John D Washington

Mungkin sebagian dari kamu tidak sangat mengenal siapa itu John D Washington. Pantas saja, pasalnya aktor yang satu ini baru aktif di perfilman dan mulai sering muncul di layar lebar sekitar tahun 2017 lalu. Sebelumnya, putra dari Denzel Washington ini adalah seorang pemain American Football yang malang melintang di beberapa klub. Tapi kali ini kita tidak akan membahas soal perjalanan karir pria berusia 34 tahun ini.

Pada 2018, John D Washington tampil dengan cukup mengejutkan. Kenapa bisa begitu? Dalam salah satu dari 4 filmnya yang rilis tahun 2018, BlackkKlansman, John D Washington berhasil mendapatkan banyak pujian dan masuk sebagai nominator di beberapa penghargaan. Hingga salah satu yang terbaru adalah ketika ia berhasil masuk sebagai salah satu nominator di Golden Globe untuk kategori Actor in a Motion Picture – Drama.

Pertanyaan besar lalu menghinggapi pikiran. Kenapa John D Washington berhasil masuk nominasi penghargaan-penghargaan bergengsi tersebut? Benarkah ada yang sangat menarik dari aktingnya di film BlackkKlansman? Atau ada hal lain yang membuat pria satu ini berhasil mendapatkan pujian tersebut? Ia bahkan digadang-gadang bisa masuk menjadi salah satu nominator Best Actor Oscar! Berikut sedikit review akting John D Washinton di film BlackkKlansman dan mungkin beberapa alasan kenapa ia mendapatkan banyak pujian.

Tak Ada yang Menarik Pada Pandangan Pertama

Akuaktor sebelumnya sudah menonton film ini tapi tidak menemukan hal yang sangat menarik dari keaktoran John D Washington. Karena itu kami kemudian memutuskan untuk tidak mereview akting aktor yang satu ini. Tapi Akuaktor kemudian tergugah kembali untuk menonton setelah ia berhasil masuk beberapa nominasi. Pada kali pertama kami menonton film ini, tidak ada yang sangat menarik. Tapi pada kali kedua, kami mencoba memperhatikan detail demi detail adegan dan permainan John D Washington.

Pada detik pertama ketika kami menonton untuk yang kedua kalinya, satu hal yang paling terlihat jelas soal perbedaan John D Washington dan tokohnya, Ron Stallworth adalah tampilan fisik. Dalam hal ini rambutnya yang terlihat kribo. Hanya itu. Tidak ada lagi yang sangat spesial.

Perhatikan Bentuk Mulut Ron Stallworth Asli

Sebelum menonton BlackkKlansman untuk yang kedua kalinya, Akuaktor sempat melihat interview dari Ron Stallworth yang asli. Kemudian ketika kami menonton permainan John dan kami berpikir bahwa John berusaha mendekati suara asli Ron Stallworth. Tapi setelah kami perdengarkan lebih seksama dan membandingkan dengan warna suara John di beberapa interview dan film yang sebelumnya, tidak ada yang berubah dari warna suara John, atau tidak ada perubahan siginifikan dari suaranya. Kami kemudian berpikir kalau John mungkin tidak berusaha mendekati warna suara, tapi berusaha mendekati bentuk mulut Ron Stallworth asli ketika berbicara. Jika kamu perhatikan video di atas, kamu akan lihat bentuk mulut yang otentik dari Ron Stallworth ketika ia berbicara. Kami pun melihat John seolah berusaha mendekati bentuk mulut itu ketika berperan sebagai Ron Stallworth, meskipun belum berhasil tercapai dengan baik.

Perhatikan bentuk mulut Ron Stallworth ciptan John D. Washington.

Mungkin sebagian dari kalian bertanya, kenapa bentuk mulut saja harus sangat diperhatikan? Hal pertama yang perlu digaris bawahi adalah John D Washington memerankan tokoh yang ada dan nyata. Bukan tokoh fiksi ciptaannya sendiri. Bukan hanya itu, film ini secara tak langsung menjadi sebuah film biopic. Maka salah satu parameter keberhasilan permainannya bisa kita bandingkan dengan tokoh yang ada di kehidupan nyata.

Ron Stallworth muda
Source: BlackkKlansman.blogspot.com

Kembali lagi pada bentuk mulut dan beberapa aksen bicara, Ron Stallworth ciptaan John D Washington sedikit tidak sama dengan Ron Stallworth asli. Setelah memperhatikan bagian wajah, kami mulai memperhatikan bagian tubuh yang lain. Memang tidak sangat tergambar bagaimana Ron Stallworth asli berjalan dan bagaimana bahasa tubuhnya di beberapa rekaman interview, tapi Ron Stallworth memang seolah memiliki sikap tubuh yang agak slengekan dan gaya tubuh yang mirip seperti banyak rapper kulit hitam. Ron Stallworth ciptaan John D Washington punya aksen bahasa tubuh yang sama. Di sepanjang film, bisa dibilang pembawaan tubuhnya begitu “kulit hitam”, entah bahasa apa yang tepat untuk menggambarkan bahasa tubuh semacam itu. Mungkin yang lebih sederhana adalah bahasa tubuh “agak slengekan”. Selebihnya, soal capaian fisik, tidak ada yang sangat menarik. Lalu kalau soal fisik tidak ada capaian yang sangat menarik, apa yang menarik dari permainan John D. Washington?

Mata, Respon, dan Emosi yang Bertumpuk

Memang soal fisik tidak ada yang sangat menarik. Tapi kami kemudian menemukan permainan akting yang menarik dari John di beberapa bagian. Seperti pada permainan mata, respon, dan emosi yang bertumpuk.

Source: Youtube

Pertama soal respon, dalam film ini ada banyak sekali adegan yang angle kameranya menembak langsung ke wajah John. Seperti misalnya ketika adegan wawancara dengan dua polisi. Dalam adegan itu terlihat bahwa John merespon setiap dialog lawan mainnya dengan cukup baik. Pikirannya berjalan selaras dengan apa yang dibicarakan oleh 2 lawan mainnya yang lain. Terlebih lagi ketika ia ditanya soal bagaimana kalau tiba-tiba ada rekan kerjanya yang memanggilnya “Nigger”. Respon yang John ciptakan cukup menarik. Ia tak banyak bergerak dan tak banyak berekspresi. Tapi matanya bicara banyak. Begitu juga dengan timing ketika ia diam dan memulai pembicaraan. Tidak terlihat direncanakan kapan ia harus diam dan kapan ia harus berhenti. Pikirannya selaras dengan tubuh, ia mendengarkan dengan baik, dan paham dengan siapa ia sedang berhadapan dan kenapa ia ada di tempat itu.

Permainan mata yang menarik lainnya juga ada di adegan ketika ia menyamar pada pidato Kwame Ture. Dalam adegan tersebut, mata John kembali terlihat kuat dan berisi. Mungkin jika kamu memperhatikan betul, dalam adegan tersebut ia berada di 2 posisi. Pertama sebagai polisi, kedua sebagai orang kulit hitam. Tumpukan emosi dan kegelisahan ketika mendengarkan polisi yang disebut sebagai “babi” dan diolok-olok dalam adegan tersebut tergambar jelas di matanya. Tapi disisi lain ia tahu bahwa ia sedang dalam penyamaran dan ia adalah orang kulit hitam yang pada beberapa sudut pandang setuju dan sama rasa dengan kawan-kawannya yang lain. Tumpukan emosi dan pergolakan pikiran itu berhasil dicurahkan ke mata dan sedikit bahasa tubuh kecil seperti tolehan dan gerakan torso. Mata pada toko Ron Stallworth yang diciptakan oleh John ini seolah menjadi jendela bagi penonton untuk tahu apa yang dipikirkan dan dirasakan tokoh tersebut.

Lalu bicara soal emosi yang bertumpuk, akting dalam akting, dan pergolakan pikiran, dalam film ini ada banyak momen semacam itu. Selain pada adegan pidato Kwame Ture hal itu juga ditunjukkan pada adegan ketika ia makan malam bersama kekasihnya, Patrice. Pada adegan itu ia tiba-tiba ditanya oleh Patrice apakah ia seorang polisi. Respon John pada adegan ini terlihat sangat menarik. Jika kamu perhatikan matanya, ia seolah sedikit terkejut dengan pertanyaan tersebut. Tapi ia segera menutupi kegelisahan itu dengan kata “Excuse me”. Ia seperti tak berusaha membuang badan agar tak terlihat berbohong. Tapi jika diperhatikan seksama, ada curian bahasa tubuh pembohong, yakni ketika ia berkata “No” dan ia berkedip sambil menarik pundaknya ke belakang. Akuaktor dalam posisi penonton yang menonton dengan seksama bisa membaca gelagat itu.

Bukan hanya soal emosi yang bertumpuk, dalam beberapa adegan kita bisa merasakan permainan emosi yang dalam dari John D Washington. Misalnya pada adegan di tengah hutan ketika ia mendatangi tempat latihan tembak kelompok Ku Klux Klan. Pada adegan tersebut terlihat John memainkan emosi yang kompleks. Dalam laku tubuhnya yang tidak terlalu banyak dan besar, ia bicara banyak. Kita bisa melihat banyak emosi di mata dan beberapa laku tubuh kecilnya. Terlebih lagi ketika ia melihat bahwa sasaran tembak dari anggota Klan itu adalah patung yang mirip orang kulit hitam. Emosi yang berwarna terlihat dalam responnya saat melihat sasaran tembak tersebut.

Source: Electric Literature

Kembali lagi soal mata sebagai jendela rasa dan pikiran, permainan mata yang menarik muncul lagi di banyak adegan. Salah satunya adalah ketika ia melihat Ku Klux Klan menonton film Bird of a Nation. Meskipun pada adegan tersebut minim pencahayaan, tapi ketajaman matanya masih terlihat dan berisi. Dalam mata itu kita bisa merasakan apa yang dirasakan Ron. Kita juga bisa tahu pergolakan apa yang terjadi di pikirannya ketika melihat adegan tersebut. Matanya selalu bicara banyak, kuat, dan tajam.

Selain soal mata, permainan emosi, emosi yang bertumpuk dan akting dalam akting, yang menarik lainnya adalah soal permainan emosi yang tidak hanya berada pada satu layer saja. Contohnya bisa kamu lihat pada adegan ketika ia menelpon David Duke setelah kegagalan membakar salib. Pada adegan tersebut John bermain pada layer emosi tertentu. Pada nada bicaranya ia mengeluarkan emosi yang berbeda. Sementara pada matanya, emosi yang terasa berbeda dan bahkan bertolak belakang dengan apa yang terucap.

Source: Youtube

Mungkin Ini Alasannya

Akuaktor kemudian sedikit banyak bisa menyimpulkan apa yang menarik dari permainan John D Washington dalam film BlackkKlansman. Dalam film ini John D Washington memang tidak memiliki capaian fisik yang menyeluruh dan mengesankan. Tapi pada permainan mata, emosi, dan laku tubuh yang kecil, kita bisa melihat kualitas keaktoran yang di atas standar banyak aktor lain yang filmnya juga rilis di tahun yang sama. Selain itu, John D. Washington juga seolah memposisikan aktor pada posisi yang tepat, yakni sebagai “Pembawa Pesan”. Ia berhasil menyampaikan perasaan, kegelisahan, dan pergolakan pikiran yang dirasakan oleh Ron Stallworth yang asli. Hal ini juga sepertinya yang menjadi alasan kenapa ia mendapatkan banyak pujian dan menjadi nominator di beberapa penghargaan.

Lagi-lagi, akting John D. Washington memang bagus, tapi butuh perhatian lebih untuk bisa melihat hal tersebut.

Viva Aktor!

About The Author