Borat 2: Method Acting yang Sesungguhnya (?)

Borat 2

Judul asli film ini sangat panjang. Judulnya adalah Borat Subsequent Moviefilm: Delivery Prodigious Bribe to American Regime for Make Benefit Once Glorious Nation of Kazakhstan. Tapi biar nggak terlalu panjang, kita singkat jadi Borat 2 aja ya! Borat 2 rilis kira-kira akhir Oktober tahun lalu. Ia memang tidak rilis di bioskop Indonesia. Ya jelas, film seperti ini sepertinya punya kemungkinan yang sangat kecil bisa rilis di bioskop Indonesia. Tapi, kamu bisa menontonnya di Amazon Prime. Menyaksikan permainan Sacha Baron Cohen di film ini membuat kami tiba-tiba terpikir; “Apakah yang dilakukan Sacha adalah method acting yang sesungguhnya?” Ah, dari pada pikiran itu hanya berakhir di pikiran kami sendiri, kita buat saja Acting Reviewnya! 

 

Borat 2, Sacha, dan Method

Sacha Baron Cohen memang seorang Method Actor. Dirinya sendiri sudah mengatakan hal itu dalam beberapa interview. Banyak media yang juga memberitakan kalau Sacha Baron Cohen ini memang seorang Method Actor –yang dalam pemahaman paling sederhana soal Method– ia tak pernah sekalipun keluar dari karakternya. Entah itu sedang shooting, atau sedang break, pulang ke rumah, atau di manapun. Selama masih dalam projek shooting tersebut, si aktor akan terus berada dalam ruang karakternya. Kemudian jika ditanya, apa buktinya, tentu akan sangat sulit kecuali ada sebuah dokumenter. Seperti ketika Jim Carrey memainkan Andy Kaufman di Man on the Moon. Untung saja ada film dokumenter Jim & Andy: The Great Beyond yang kurang lebih menjelaskan bagaimana proses belakang layar Jim Carrey. Khusus di film itu kita bisa menyebut Jim sebagai Method Actor. Buktinya pun sudah terpampang jelas. Tapi bagaimana dengan Sacha? JIka kita menyaksikan Bruno, atau film Sacha yang lain seperti Sweeney Todd, Trial of the Chicago 7, The Dictator, atau filmnya yang lain, sulit mendapati bukti bahwa ia benar-benar Method Actor dalam pengertian yang paling sederhana itu. 

Tapi untunglah ada Borat yang bahkan dalam filmnya sendiri kita bisa melihat di beberapa momen Sacha tetap bertahan di dalam ruang Borat apapun yang terjadi dan dengan siapapun ia harus berhadapan. Tapi apakah itu benar-benar ruang Borat? 

Untuk melihat hal itu, tentu kami harus menonton film Borat yang pertama. Kalian mungkin juga harus menontonnya jika ingin tahu apakah itu beneran Borat atau rupanya karakter yang lain, hanya saja diberi nama Borat. Setelah menonton bolak balik Borat 1 dan Borat 2 beberapa kali, sampai mual dan hampir muntah, kami akhirnya mendapati satu kesimpulan menarik. Iya betul, Borat yang ada di Borat 2 adalah Borat yang juga ada di Borat 1. Semoga kalian tidak bingung dengan pilihan kata kami barusan. 

Dari fisiologis tokoh ini misalnya. Lebih spesifik kita mulai dari cara berjalan dan laku tubuh yang besar seperti laku tangan, bentuk torso, gerakan kepala, cara dan bentuk duduk, cara berlari, cara mengusir anaknya di toko Fax, dan laku tubuh besar lainnya. Pertama, tentu sangat berbeda dengan Sacha Baron Cohen, setidaknya sejauh yang kami bisa lacak dan ketahui. Lalu yang kedua dan menarik adalah semua bentuk fisiologis yang barusan kami sebutkan tadi masih sama dengan Borat di filmnya yang pertama. Dengan begitu konsistensi jelas ada di permainan Sacha, setidaknya dari satu film ke film yang lain. Hal ini tentu sangat sulit, mengingat Borat 1 dan Borat 2 jarak pembuatannya cukup jauh. Tapi jadi tidak sulit jika si aktor selalu memiliki ruang penyimpanan untuk semua karakter yang pernah ia mainkan. 

 

 

Masih pada capaian fisiologis, kali ini di suara. Sama seperti tubuh dan laku-lakunya yang besar, pada suara kami juga menangkap warna suara yang masih sama dengan Borat di Borat yang pertama. Kami mendapati aksen, warna suara, dan tempo bicara yang masih sama. Kami kemudian mencoba mencari tahu, dari mana asal perubahan warna suara dan segala yang berhubungan dengan suara. Mungkin ini jawabannya; Kami merasa semua perubahan, dari mulai warna suara hingga tempo dimulai dari aksen. Dari aksen yang sudah diciptakan Sacha, kita bisa mendengar warna suara yang ikutan berubah karena pengucapan beberapa huruf bentuk mulutnya ikutan berubah juga. Hal itu sepertinya secara otomatis mengubah titik resonansi dominan sehingga warna suaranya jadi berubah. Tempo melengkapi perubahan warna suara tersebut. 

Lalu soal Method Acting yang kami bilang. Coba kalian perhatikan di menit ke-7. Kami nggak bisa mencantumkan cuplikan adegannya disini ya, nanti masuk ke pembajakan. Tapi kalau kalian menonton, coba perhatikan adegan tersebut. Di adegan itu kita bisa melihat Sacha bertemu dengan banyak orang yang mungkin, kecurigaan kami, adalah orang yang lewat saja. Tapi Borat sudah terlanjur terkenal kan? Sehingga orang-orang itu mengenali Borat. Nah, di adegan tersebut, satu hal yang kami ingin kalian tonton adalah bagaimana Sacha mempertahankan responnya sebagai Borat, bukan Sacha.  

Selain adegan itu, kita juga bisa melihat kokohnya permainan Sacha sebagai Borat ketika ia membawa anaknya bertemu dengan Michael Pence, kemudian ada seorang perempuan yang memukulnya dari belakang. Sacha sekali lagi tetap merespon sebagai Borat, bukan sebagai Sacha. Apa yang dilakukan Sacha butuh konsentrasi tinggi dan tingkat pengendalian diri yang sangat tinggi. Kenapa? Apakah Sacha menduga akan muncul pukulan dari perempuan itu? Kami pikir tidak. Pukulan dari perempuan itu tiba-tiba muncul. Pukulan itu memiliki kemungkinan yang sangat besar untuk menghancurkan bangunan permainan Sacha. Tapi hebatnya Sacha, ia tetap berada di dalam karakter dan meresponnya dengan sangat baik dan apik.   

Dari dua adegan itulah setidaknya kami bisa bilang bahwa Sacha di Borat 2 memang benar-benar seorang Method Actor. Dari permainan Sacha di Borat 2, kami bisa melihat dengan jelas kesulitan yang ada. Satu hal yang pasti, ketika menjadi seorang Method Actor dan menjalani shooting seperti Borat 2, segala hal menjadi tidak terduga. Aktor sama sekali tidak boleh sedikit pun merencanakan permainannya. Ia harus bertolak dari peristiwa yang terjadi. Sacha berhasil melakukan itu di Borat 2, terutama pada adegan-adegan yang kita bisa lihat dengan jelas, tidak di setting. Seperti film dokumenter. Ya jelas, Borat 2 memang masuk ke dalam genre mockumentary comedy. 

Permainan Emosi di Film Komedi

Lalu bagaimana dengan permainan emosi dan respon antar pemain? Apakah karena ini film mockumentary comedy sehingga respon serta permainan emosinya terkesan artifisial? Tentu tidak. Ini yang menarik. Meski tokoh Borat dibangun sebagai tokoh yang sangat bodoh dan konyol, tapi sepertinya Sacha tetap beranggapan kalau Borat adalah manusia. Ia tetap punya perasaan, ia tetap bisa mendengarkan, dan semua operasional yang terjadi pada manusia normal tetap terjadi pada Borat. Hal itulah yang membuat permainan Sacha tetap manusiawi. Setidaknya ketika kita memahami bagaimana logika Borat dan Tutar, anaknya, berjalan. 

Satu hal yang harus kalian lakukan ketika menonton permainan Sacha dan Maria adalah, jangan menggunakan standar logika kalian sendiri. Tapi coba gunakan standar logika karakter Borat dan Tutar. Mungkin kalian berkata “Kan itu komedi, nggak serius” Dalam standarmu iya, nggak serius. Jangankan film Borat 2, Avenger juga tetap nggak serius dalam standar logikamu. Tapi jika kita menggunakan standar logika Borat, maka semua yang dilakukan, direspon, dan ditunjukkan Borat logis dan serius. 

Hal itu yang kemudian membuat kami lebih mudah membaca pergerakan perasaan dan pikiran Borat serta Tutar, yang dimainkan oleh Maria Bakalova, yang berhasil mendapatkan banyak sekali penghargaan, bahkan punya kesempatan besar untuk bisa mendapatkan Oscar. Salah satu alasan kenapa ia punya kesempatan besar mendapatkan Oscar atau (atau jika nanti ternyata ia gagal mendapatkan Oscar) masuk nominasi Oscar adalah karena ia berhasil bermain dengan cukup baik ketika berhadapan dengan Sacha Baron Cohen. Dengan Sacha yang nakal, tentu tidak mudah menjadi kawan main Sacha. 

Kembali soal pergerakan perasaan dan pikiran, ada banyak adegan dimana kita bisa menyaksikan pergerakan perasaan dan pikiran yang logis (dalam standar logika Borat dan Tutar) dan menarik. Misalnya adegan ketika memilih kue, kecil, tapi perjalanan pikiran Tutar bisa kita lihat dengan cukup jelas. Dimulai dengan ia melihat kue lalu memohon, lakunya logis dan langkahnya tepat. Tidak ada yang tiba-tiba. 

Sementara pada Sacha, salah satu adegan yang bisa kita lacak dan lihat dengan jelas perjalanan pikiran dan perasaannya adalah ketika ia mengirimkan Fax pada Presidennya. Di adegan itu kita bisa melihat perjalanan pikiran dan perasaan yang relevan dengan peristiwa yang terjadi. Coba perhatikan baik-baik ketika surat dibaca, lalu lihat bagaimana respon Sacha. Semuanya terlihat logis dan Sacha mendengarkan dengan cukup baik. 

 

 

Lalu adegan setelah pesta dansa datang bulan yang menjijikkan dalam standar manusia pada umumnya itu. Setelah adegan itu, kita bisa melihat Borat dan Tutar bermain pada emosi yang cukup kompleks dan dalam. Kesempatan semacam ini sangat jarang terjadi di Borat 2. Meskipun kami juga tidak bisa bilang kalau adegan itu punya emosi yang sangat dalam dan kompleks. Tapi setidaknya, di adegan itu kita bisa melihat Borat yang utuh sebagai manusia.

Kemudian di adegan ketika mau membayar operasi plastik, kita bisa melihat permainan emosi dan respon yang menarik baik dari Maria Bakalova atau Sacha. Keduanya saling mendengarkan satu sama lain dengan baik dan kita bisa merasakan chemistry yang lebih dalam dari pada sebelumnya. 

Secara garis besar, satu hal yang membuat Maria Bakalova begitu dipuji dalam permainannya di Borat 2 adalah karena ia berhasil luruh dengan karakter yang dimainkannya. Selain itu ia juga berhasil merespon dengan baik apapun yang dilakukan oleh Borat, dan jika ditarik kesimpulan lagi, tidak ada satu detik pun permainan Maria Bakalova yang artifisial atau palsu. Semua yang Maria lakukan nampak nyata, itu yang membuat permainan Maria sebagai Tutar begitu menarik. 

Borat 2 memang lebih emosional dari Borat 1, tapi sepertinya kuantitas emosi yang dalam dan kompleks di Borat 2 belum cukup untuk membuat Sacha dipandang penting oleh para voter di Oscar sehingga layak dimasukkan ke dalam nominasi Best Actor.  

Menjadi Sacha tentu sangat melelahkan. Oh bukan, kami ralat, menjadi seorang aktor seperti Sacha tentu sangat melelahkan. Apalagi untuk kawan mainnya, Maria Bakalova, yang mungkin belum pernah berhadapan dengan aktor gila dan nakal macam Sacha. Tapi menariknya, Maria tetap bisa mengimbangi. Mungkin bukan soal mengimbangi, tapi soal keduanya. Sacha dan Maria bisa saling mendukung permainan satu sama lain. Kalau dipikir-pikir lagi, ansambel Sacha dan Maria memang salah satu ansambel terbaik sekaligus tersulit tahun ini. Tapi, masih jadi sebuah pertanyaan, apakah permainan Sacha di Borat 2 adalah method acting yang sesungguhnya? Menurutmu?

Terima kasih, viva aktor!  

About The Author