[Prediksi FFI] Pemeran Pembantu Pria Terbaik FFI 2019; Apa yang Janggal?
Jujur saja, sebenarnya kami malas membahas soal kategori ini. Sederhana saja, kami merasa ada banyak kejanggalan dalam kategori ini. Tentu saja soal siapa-siapa saja yang ada dalam kategori ini. Tapi kami percaya, cukup dunia pemerintahan saja yang penuh kejanggalan, kesenian jangan. Kami pun tetap membuat prediksi pemeran pembantu pria terbaik FFI 2019.
Kami akan tetap berusaha seobjektif mungkin membuat prediksi ini. Hanya satu cara yang kami pakai untuk menyusun siapa-siapa yang punya kans besar untuk mendapatkan penghargaan ini. Cara itu adalah dengan melihat kualitasnya. Untuk soal kejanggalannya, kami akan membahasnya di akhir. Baca dulu prediksi kami baru baca kejanggalannya ya!
Verdi Solaiman di 27 Steps of May 40%
Nama pertama yang menurut kami punya kans paling besar mendapatkan penghargaan di kategori ini adalah Verdi Solaiman. Kami memutuskan namanya mendapatkan prosentase terbesar karena memang secara kualitas penciptaan Verdi Solaiman berada di atas semua aktor dalam kategori ini. Seperti yang bisa kalian baca di acting review kami tentang film 27 Steps of May, Verdi Solaiman berhasil menciptakan tokohnya dengan menarik. Salah satu hasil ciptaan yang menarik dari Verdi Solaiman adalah bagaimana ia merubah caranya bicara.
Jika kalian perhatikan betul, atau jika sudah sempat menontonnya, kalian bisa mendengarkan cara mengucapkan D, N, S dan huruf konsonan lain yang asal suaranya ada di tempat yang sama seperti huruf tadi. Dengarkan baik-baik, pada pengucapan huruf konsonan itu lidah Verdi Solaiman disentuhkan ke langit-langit mulut dan punggung gigi atas bagian depan. Ciptaan itu sedikit, tapi menarik. Secara tak langsung merubah sedikit warna suaranya. Ciptaan ini mungkin terkesan kecil dan sederhana, tapi ciptaan ini memiliki efek yang besar. Kami percaya bahwa salah satu alasan ia pantas masuk nominasi pemeran pembantu pria terbaik FFI 2019 ini adalah karena ciptaannya pada bagian pelafalan itu.
Kalau soal permainan emosi, kami rasa Verdi Solaiman ada di taraf yang aman. Hal itu karena memang tokohnya mendapatkan porsi permainan emosi yang tidak sebanyak aktor lain di kategori ini. Tapi kenapa ia bisa mendapatkan 40%? Kenapa sebanyak itu? Jawabannya adalah karena saingannya di kategori ini tak memiliki capaian yang sama dan setebal dirinya. Bahkan Whani Darmawan.
Randy Pangalila di Kucumbu Tubuh Indahku 24%
Aktor kedua yang mendapatkan prosentase terbesar dalam kategori ini adalah Randy Pangalila. Jujur saja, jika kami melihat film Kucumbu Tubuh Indahku, tak ada yang sangat menarik kecuali bagaimana para aktor memiliki tubuh-tubuh yang siap. Jika bicara soal capaian Randy Pangalila, sebenarnya ia tak memiliki capaian tubuh yang cukup. Sederhana saja, gesture tubuhnya tak banyak berubah, kalau tak ingin dikatakan tidak ada yang berubah. Gesture tubuh ini artinya cara berjalan, cara memandang, hingga pada matriks terkecil tubuhnya. Kami tak mendapati capaian yang menarik dan signifikan.
Lagi-lagi, jika kita sepakat bahwa mengatakan permainan seorang aktor baik atau tidak adalah dengan melihat sejauh apa ia dan ciptaan tokohnya, maka Randy Pangalila tidak sangat jauh dari tokohnya. Ini soal dimensi fisiologis. Bagaimana dengan dimensi penciptaan yang lain? Seperti sosiologis dan psikologis?
Jika kita bicara soal capaian psikologis dan permainan emosi sebagai salah satu ejawantahnya, maka kami pun tak mendapati permainan yang cukup menarik. Randy Pangalila ada di taraf yang sama dengan aktor lain dalam kategori ini dalam soal permainan emosi. Semua ada di permainan emosi yang sama karena mungkin memang tokohnya yang tak memiliki porsi bermain emosi yang cukup kompleks.
Seperti tugas para pemeran pembantu lainnya, ia harus bisa mendukung si tokoh utama. Nah, kalau kita bicara dalam sudut pandang itu, maka semua aktor yang ada dalam kategori ini bermain baik. Mereka semua berhasil mendukung si tokoh utama dengan sangat baik dan tidak berusaha untuk mengambil tempat si tokoh utama. Sederhananya, Randy Pangalila dan semua aktor lain dalam kategori ini bermain sesuai porsi mereka.
Whani Darmawan di Kucumbu Tubuh Indahku 20%
Jujur saja, kami cukup terkejut melihat nama Whani Darmawan masuk dalam nominasi ini. Terkejut bukan karena namanya masuk, tapi karena tokoh yang ia mainkan dan masuk dalam nominasi adalah tokoh Warok di film Kucumbu Tubuh Indahku. Jelas kami terkejut. Karena menurut kami, pendapat kami bisa salah, permainan Whani Darmawan di Kucumbu Tubuh Indahku tidak sebaik permainannya di Bumi Manusia ketika ia menjadi Darsam.
Kami bertanya keras dalam kepala, kenapa Warok yang masuk nominasi pemeran pembantu pria terbaik, kenapa bukan Darsam? Kalau kita melihat secara kualitas dan membiarkan begitu saja pertanyaan kenapa Warok dan bukan Darsam, maka kami merasa Whani Darmawan memiliki kans 20% dalam perebutan penghargaan untuk kategori ini. Kenapa?
Pertama, soal capaian fisiologis, sama seperti pemain lain di film Kucumbu Tubuh Indahku, Whani Darmawan memiliki tubuh yang siap dan jadi. Pada banyak adegan kami bisa melihat bagaimana tubuhnya memiliki power yang luar biasa kuat. Bahkan pada beberapa adegan dimana ia harus satu frame dengan Reog dan para penari, kita bisa melihat kekuatan tubuhnya yang mampu mengalahkan keberadaan pemain lain dalam frame tersebut. Bahkan ketika kami tidak berusaha mengenyampingkan cara pengambilan gambarnya.
Tapi jika capaian fisiologis juga soal bagaimana bentuk-bentuk baru dimunculkan, maka sudah jelas Whani Darmawan kalah saing dengan Verdi Solaiman. Dari apa yang kami lihat, tidak ada sebuah capaian fisiologis yang baru atau lain. Memang ia memiliki power, tapi kami tak mendapati bentuk yang bahkan kecil seperti Verdi Solaiman. Termasuk soal suara. Kami tak mendapati perubahan yang cukup menarik.
Soal permainan emosi, Whani Darmawan memang memiliki beberapa momen untuk bermain emosi. Tapi tak banyak. Salah satu yang mungkin paling kita ingat adalah ketika ia dan Muhammad Khan beradegan di dalam kolam. Disana kita bisa melihat bagaimana Whani Darmawan tidak berupaya melampaui porsi yang diberikannya tapi memaksimalkan porsi yang sudah diberikan padanya. Di satu waktu yang bersamaan, ia tak “membunuh” keberadaan Muhammad Khan dan mendukung keberadaan Khan.
Tapi pertanyaan kami tetap sama, dan harus terus ditanyakan. Kenapa Warok yang masuk, bukan Darsam? Apakah Darsam terlalu teatrikal? Kurang laku? Atau kenapa? Padahal, coba kami ingin bertanya, ketika kalian menonton Bumi Manusia, tokoh yang paling kalian ingat siapa? Kami yakin banyak dari kalian yang akan bilang Darsam adalah tokoh yang paling mencuri perhatian. Tapi, kenapa Warok? Bukan Darsam?
H. Mandra Y.S. di Si Doel The Movie 2 7%
Permainan Mandra di Si Doel The Movie 2 sebenarnya sama dengan permainannya di film yang pertama. Sama juga dengan banyak aktor lain di Indonesia, tidak ada capaian yang cukup menarik. Kami tak mendapati suara yang berubah, kami tak mendapati bahasa tubuh yang berubah, tak ada. Kami hanya mendapati H. Mandra yang ikonik. Itu saja.
Tentu ia berhasil menciptakan aksen yang kuat. Tapi bukankah H. Mandra memang orang Betawi? Lalu kalau ia memang orang Betawi, dimana capaiannya? Soal permainan emosi, H. Mandra sama seperti pemain yang lain. Ia mendapatkan porsi permainan emosi yang tidak sangat banyak. Setidaknya ia bermain juga di taraf yang aman. Meskipun pada beberapa momen kami rasa ia terlalu berlebihan merespon peristiwa yang terjadi di depannya.
Di luar itu, kami merasa bahwa salah satu alasan terkuat H. Mandra mendapatkan tempat di kategori ini adalah soal bagaimana ia cukup konsisten dalam penciptaannya. Tapi apakah kita tetap bisa mengatakan ia konsisten jika tidak ada penciptaan? Ah, entahlah. Kami harus menonton lagi. Mungkin ini persoalan sudut pandang kami yang terbatas.
Baskara Mahendra di Bebas 6%
Nama ini mengejutkan. Ia seperti banyak aktor muda Indonesia. Tak ada capaian fisiologis, tak ada capaian sosiologis, dan bahkan sedikit capaian psikologis. Satu-satunya yang mungkin menjadi alasan kenapa ia masuk nominasi ini adalah karena ia bermain natural. Persoalannya, apakah bermain natural saja cukup? Kalau ia bermain natural sebagai dirinya sendiri, apakah itu juga dianggap sebagai kualitas akting yang baik?
Kami pun kemudian berusaha mencari alasan lain kenapa Baskara Mahendra masuk dalam daftar nominasi. Kami menemukan bahwa Baskara memang beberapa kali mendapatkan porsi adegan dimana ia harus menari. Porsi adegan itu juga tak bisa kami biarkan lewat begitu saja. Sederhana saja, seperti bagaimana Oscar berusaha menghargai aktor yang bermain musikal. Semua aktor yang bermain film musikal di Oscar hampir bisa dipastikan selalu mendapatkan tempat di nominasi. Kami percaya Oscar memegang teguh prinsip bahwa seorang aktor harus bisa acting, singing dan dancing. Tapi, kenapa Baskara? Kenapa tidak para pemain di Doremi & You misalnya?
Tidak, tetap Baskara yang lebih pantas masuk. Selain soal bermain natural dan sedikit dancing, Baskara berhasil menjalankan responnya dengan cukup baik. Ia berhasil menjalani porsinya dengan tepat dan yang paling penting ia berhasil menghidupkan lawan mainnya. Tugas yang harus dipahami setiap pemeran pembantu. Kami rasa itulah yang membuatnya layak masuk nominasi dan mendapatkan 6% dalam prediksi kami.
Jerome Kurnia di Bumi Manusia 3%
Kalau yang satu ini kami sama seperti Jerome Kurnia. Tak menyangka namanya bisa masuk nominasi pemeran pembantu pria terbaik FFI 2019. Apa yang menarik dari permainan Jerome Kurnia? Bolehkah kami berkata sedikit kasar kali ini? Mohon maaf Jerome, tapi tidak ada yang menarik dari permainanmu. Kenapa?
Jika kalian sudah membaca akting review kami soal Bumi Manusia, permainan Jerome Kurnia adalah salah satu yang tidak memiliki banyak capaian. Memang benar bahwa Jerome Kurnia menguasai sedikit bahasa Belanda. Tapi rasa-rasanya itu tak cukup. Kenapa? Bahasa Belanda yang ia ucapkan terdengar artifisial. Kenapa? Kami rasa karena Jerome tidak menjalankan responnya dengan cukup baik. Semua nada yang keluar dari mulutnya terasa janggal. Ia seperti tak mendengarkan dengan baik. Jerome seperti tak menjalankan pikiran dan perasaan tokoh dengan baik dan kontinyu. Terlebih lagi ketika ia harus bermain emosi bertumpuk. Kami mendapati kepalsuan yang besar.
Lalu kenapa ia mendapatkan 3%? Kami rasa nama Jerome Kurnia benar-benar belum pantas masuk nominasi ini. Kenapa? Pertama karena memang kualitasnya yang kurang, kedua karena ada pemain lain yang lebih pantas masuk nominasi ini dari pada Suurhof. Tokoh yang dimainkan Jerome Kurnia. Ia adalah Darsam. Tapi kenapa? Oh tuhan! Kenapa?!
Apa yang Janggal Dari Kategori Ini?
Lalu apa yang janggal? Kalau kalian membaca prediksi kami di atas, seharusnya kalian tahu apa yang janggal. Pertama adalah soal masuknya nama Whani Darmawan dengan tokoh Warok sebagai salah satu nominasi. Pertanyaannya sederhana, kenapa Warok yang masuk? Padahal ada Darsam, yang filmnya juga masuk daftar pendek pilihan kurator. Tapi kenapa dari Bumi Manusia yang dipilih malah Jerome Kurnia? Apa pertimbangannya?
Jujur saja, sejak pertama melihat Bumi Manusia kami menduga bahwa Darsam bisa masuk nominasi. Kenapa? Pertama ciptaan Darsam menggebrak kebiasaan dunia keaktoran Indonesia. Banyak hal yang ditabrakkan dalam penciptaan Whani Darmawan. Tapi tabrakan itu justru menciptakan harmoni tokoh yang kokoh, menari, dan ikonik. Coba, siapa yang kalian paling ingat di film Bumi Manusia? Kebanyakan dari kalian mungkin akan lebih mengingat Darsam dari pada tokoh lain. Tapi kenapa di kategori ini Darsam tak masuk?
Kami merasa janggal bukan karena kami mengenal Whani Darmawan secara personal lalu membelanya habis-habisan. Sekali lagi bukan karena itu. Kami melihat capaian permainan. Darsam jauh lebih lengkap capaian permainannya dari pada semua aktor dalam nominasi ini termasuk Warok. Ia memiliki capaian fisiologis, punya capaian psikologis, dan bahkan punya capaian sosiologis. Capaiannya hampir lengkap. Lalu kenapa bukan Darsam? Apakah karena ciptaan Whani Darmawan terlalu terasa teatrikal untuk ukuran film? Kami rasa tidak. Lalu kenapa? Kami tak tahu.
Alasan kedua adalah soal ‘“Siapa kenal Siapa”. Lagi-lagi ini terjadi. Di kategori ini kami merasa kejanggalan yang besar terjadi karena nama Verdi Solaiman masuk dalam perwakilan asosiasi dan namanya juga masuk dalam daftar nominasi. Kami tak memungkiri bahwa secara kualitas Verdi Solaiman pantas masuk nominasi. Tapi apakah etis ketika namanya masuk nominasi tapi ia juga ditugasi asosiasi untuk memilih siapa yang jadi nominasi? Tidak bisakah Verdi Solaiman menolak? Atau ia sudah menolak tapi dipaksa? Entahlah. Jika Verdi Solaiman membaca ini, kami ingin sekali mengajaknya Bincang Aktor untuk ngobrol soal ini.
Begini, kalau kami menjejerkan semua pemain yang ada dalam daftar nominasi ini dengan Darsam, maka kami yakin Darsam lah yang akan mendapatkan penghargaan ini. Kami sudah sebutkan alasannya. Bahkan tokoh ciptaan Verdi Solaiman tidak selengkap Darsam.
Kami masih tak habis pikir dan kebingungan. Ini yang kami sebut janggal. Apakah Darsam sengaja tak dipilih agar Verdi Solaiman menang? Ah, kami tak ingin berpikir buruk. Verdi memang layak masuk nominasi. Dan jika melihat susunan nominator ini, kami yakin 90% Verdi Solaiman lah yang akan menang.
Kenapa penentuan nominasi kategori pemeran pembantu pria terbaik FFI 2019 ini jadi mirip seperti kondisi persepak bolaan kita yang banyak match fixing ya? Ah, itu cuma pikiran buruk kami saja.
Terima kasih, viva aktor!