Prediksi Best Actor Oscar 2019; Persaingan Paling Ketat!
ARTIKEL INI SANGAT PANJANG, JADI PERSIAPKAN SEMUA AMUNISI UNTUK MEMBACA SAMPAI TUNTAS YA!
Oscar akan dihelat sekitar 14 hari lagi, yakni pada tanggal 24 Februari 2019 atau 25 Februari 2019 waktu Indonesia. Dalam gelaran tersebut, salah satu kategori yang selalu ditunggu adalah Best Actor. Seperti tahun-tahun sebelumnya, persaingan dalam kategori ini selalu menarik dan seru. Bukan berarti kategori lain nggak seru dan menarik ya! Tapi kategori Best Actor ini selalu punya daya tarik tersendiri. Melihat persaingan di kategori ini, AkuAktor membuat prediksi Best Actor Oscar 2019. Kira-kira siapa yang akan berhasil menggondol piala Oscar tahun ini?
Dari 100% kemungkinan mendapatkan Best Actor Oscar, AkuAktor telah membaginya dengan kuantitas yang sesuai kepada 5 nominator tersebut. Pembagian ini didasarkan pada penciptaan mereka, kekuatan mereka membawakan cerita, kemampuannya meyakinkan penonton, dan beberapa pertimbangan lainnya. Lalu siapa kira-kira yang mendapatkan prosentase terbesar dalam prediksi Best Actor Oscar tahun ini? Berikut ulasannya!
1. Christian Bale – Vice (25,5%)
Urutan pertama pada Prediksi Best Actor Oscar 2019 dengan prosentase terbesar adalah Christian Bale yang bermain sebagai Dick Cheney dalam film Vice. Kalian semua pasti bertanya, kenapa Christian Bale yang mendapatkan posisi pertama dalam prediksi Best Actor Oscar tahun ini? Jawabannya sederhana. Karena Christian Bale berhasil menciptakan Dick Cheney dengan sangat lengkap! Kalau kalian ingin tahu review acting Christian Bale di film Vice, kalian bisa langsung ke artikel yang ini; [Acting Review] Vice; Ciptaan yang Lengkap!.
Jadi begini, sebenarnya cukup sulit untuk memutuskan Bale berada di urutan teratas dengan prosentase terbesar dalam Prediksi Best Actor Oscar tahun ini. Tapi kami memiliki beberapa pertimbangan yang bisa menjadi alasan kenapa angka 25,5% layak diberikan pada Christian Bale. Jika kalian membaca artikel review akting yang telah kami buat, maka kalian akan tahu bahwa ciptaan Christian Bale sangat lengkap, bahkan hampir mendekati sempurna!
Pertama soal capaian fisiknya. Jika kita membandingkan antara Dick Cheney ciptaan Bale dan Dick Cheney yang asli, maka kita bisa menemukan kemiripan. Kita mungkin bisa bilang bahwa kemiripan keduanya hampir menyentuh angka 95%! Kalian mungkin akan berkata bahwa “Pesaing yang lain juga mirip tokoh aslinya kok!” Memang 3 dari 4 tokoh biopic ini mirip aslinya, tapi mari kita ambil sudut pandang proses penciptaannya. Bale, dalam proses penciptaannya (dimana sepertinya ini juga menjadi penilaian 6000 lebih voter di Academy Award) melakukan proses penciptaan yang keras. Dari fisiknya saja, kita tahu bahwa Bale menaikkan berat badannya hingga terlihat mirip Dick Cheney tanpa bantuan make up prosthetic. Itu effort yang tidak bisa dipungkiri. Meskipun dalam salah satu wawancara Bale mengatakan bahwa upayanya menaikkan berat badan di film Vice ini mungkin akan jadi yang terakhir, karena ia sudah cukup tua, tapi upaya Bale untuk menaikkan berat badannya tanpa menggunakan make up prosthetic menjadi salah satu penilaian yang membuatnya pantas menduduki peringkat pertama dengan prosentase terbesar dalam Prediksi Best Actor Oscar tahun ini.
Masih soal capaian fisiologis. Selain tubuh tokoh yang “Diperjuangkan sendiri” oleh Bale, komponen lain dalam fisiologis juga berhasil ia ciptakan jauh dari diri Bale. Suara adalah salah satu contohnya. Kita bisa dengan mudah membedakan suara Bale dan suara Dick Cheney ciptaan Bale. Lalu karena ini film biopic dan tokohnya benar-benar ada, kita kemudian membandingkan dengan Dick Cheney yang asli. Hasilnya, kita menemukan kemiripan hampir 98% dalam ciptaan suara Bale. Dan lagi, dalam film Vice ini tokoh Dick Cheney tumbuh dan rentang waktunya cukup panjang. Kita juga bisa melihat pertumbuhan itu, bukan hanya dari bentuk fisik dan kenampakan wajah yang dibantu make up, tapi juga dari bahasa tubuh dan warna suara yang kalau diperhatikan betul akan terasa seperti “menua”. Tidak banyak aktor yang bisa melakukan hal tersebut. Kita bisa ambil contoh ketika Eddie Redmayne mendapatkan Oscar tahun 2014. Ia dengan gemilang berhasil menunjukkan pertumbuhan tokoh Stephen Hawking. Begitu juga Bale dalam film Vice.
Berikutnya adalah soal seberapa jauh lompatan ciptaan Bale dan diri Bale sebagai seorang aktor. Dalam film ini ciptaan Bale terlihat sangat jauh dari Bale yang asli. Itu juga menjadi salah satu pertimbangan kenapa Bale menempati posisi pertama dalam prediksi Best Actor Oscar 2019 ini. Jika kita menarik ke belakang dan melihat persaingan yang terjadi pada Oscar tahun lalu misalnya, ketika Gary Oldman berhasil mengalahkan Daniel Day-Lewis, kita bisa sepakat bahwa ciptaan Gary Oldman sangat jauh dari Gary Oldman yang asli. Meskipun ia dibantu dengan make up prosthetic, tapi laku tubuhnya, suaranya, semua perangkat tubuhnya melompat jauh dari diri Gary Oldman. Sementara Daniel Day-Lewis, meskipun ia bermain bagus, tapi ciptaannya tidak sangat jauh dari diri Day-Lewis. Kita masih bisa melihat diri Day-Lewis pada tokoh ciptaannnya. Kembali ke Bale, kita tidak bisa sepenuhnya melihat diri Bale disana. Meskipun masih ada beberapa bagian yang “Terasa Bale banget”, tapi itu tidak mengurangi lompatan ciptaan Bale atas tokoh Dick Cheney yang cukup jauh.
Selanjutnya adalah soal seberapa kuat tokoh ciptaan Bale membawa cerita. Dalam hal ini, tokoh Dick Cheney ciptaan Bale berhasil muncul benar-benar sebagai tokoh utama. Ia tidak kebanting dengan kualitas permainan aktor dan aktris yang lain. Selain itu, yang membuat Bale makin kokoh bertengger di puncak Prediksi Best Actor Oscar ini adalah karena film Vice bukan film yang mengambil sudut pandang Dick Cheney. Maka secara otomatis, Bale memiliki tingkat kesulitan yang lebih untuk bisa berdiri sebagai tokoh utama yang punya kekuatan seperti layaknya tokoh utama ketika cerita berputar dari sudut pandang si tokoh utama. Tugas Bale jadi lebih berat. Ia memang pusat cerita, tapi tokohnya bukan si pencerita. Meskipun berat, Bale tetap berhasil membawakan tokoh itu sesuai dengan porsinya dan berhasil menyampaikan pesan kepada penonton tentang Dick Cheney, yang dalam kacamata orang-orang Amerika dipandang sebagai wakil presiden terkuat sepanjang sejarah Amerika. Seolah-olah, pertanyaan “Kenapa Dick Cheney bisa dibilang Wakil Presiden terkuat sepanjang sejarah Amerika?” itu bisa terjawab dalam film dan laku yang diciptakan oleh Bale.
Kira-kira itu adalah beberapa alasan kenapa Bale menduduki peringkat pertama dalam prediksi Best Actor Oscar tahun ini. Lalu siapa yang ada di peringkat kedua dan kenapa?
2. Rami Malek – Bohemian Rhapsody (24,5%)
Mepet banget kan?! Cuma beda 0,5%! Bahkan kami berpikir kalau tahun ini, persaingan Oscar untuk kategori Best Actor itu adalah milik Rami Malek dan Christian Bale, sementara nominator yang lain hanya sebagai penggembira saja! Kenapa? Secara singkat, karena kualitas penciptaan keduanya hampir mirip. Jika kalian belum sempat membaca artikel review actingnya, kalian bisa baca disini [Acting Review] Freddie yang Terlalu Masif untuk Rami?
Dari sudut pandang fisiologis, kita pecah dari kemiripan wajah terlebih dahulu. Rami Malek, secara fisik memang sudah mirip dengan Freddie Mercury. Ketika namanya muncul sebagai pengganti Sacha Baron Cohen, semua orang sudah berpikir bahwa Rami mirip dengan Freddie. Terutama soal giginya yang sama-sama maju. Meskipun kemudian pada proses shootingnya Rami dibantu dengan gigi palsu untuk membuatnya jauh lebih mirip Freddie. Sama seperti Christian Bale, Rami Malek juga 95% mirip dengan Freddie Mercury. Tapi sayangnya, hal itu sepertinya hanya akan berpengaruh pada beberapa orang yang sebelumnya belum pernah melihat Freddie Mercury. Tapi bagi sebagian orang yang sudah sangat ngefans pada Freddie Mercury, mereka akan memiliki anggapan yang berbeda. Jika dilihat berulang kali, kita kemudian berpikir bahwa yang membuat Rami mirip dengan Freddie adalah giginya, itu saja.
Selanjutnya kita telaah lebih lanjut masalah fisiologi dari bagian leher ke bawah. Jika diperhatikan betul, Freddie ciptaan Rami dengan Freddie yang asli terlihat sedikit lebih kurus. Kalau seandainya parameter penciptaan biopic adalah dibuat semirip mungkin, maka Freddie ciptaan Rami jadi tidak sangat mirip secara ketubuhan. Lalu soal bahasa tubuh, Rami berhasil membuat semua pergerakan panggungnya mirip dengan apa yang Freddie Mercury asli lakukan. Lanjut soal suara. Jika diperhatikan betul, suara ciptaan Rami tidak melompat sangat jauh dari diri Rami sebagai aktor. Warna suaranya masih terasa agak sama. Jika dibandingkan kemiripannya dengan suara Freddie, kita bisa melihat suaranya tidak terlalu mirip. Lalu kalau secara ciptaan fisiologis Rami dan Bale sama-sama memiliki capaian yang sama, apa yang membuat Rami berada 0,5% di bawah Bale?
Perihal yang membuat Rami berada 0,5% dibawah Bale adalah soal lompatan antara diri Rami dan tokoh. Kemiripan Rami dengan Freddie di satu sisi bisa menjadi sebuah kekurangan tapi juga bisa menjadi sebuah kelebihan. Kekurangannya adalah kita jadi tidak bisa melihat lompatan ciptaan Rami yang jauh dari diri Rami sebagai seorang aktor. Jika dianalogikan fisik Rami sudah ada di angka 9 dan fisik Freddie berada di angka 11 atau 12, maka hanya butuh 2 atau 3 angka saja untuk bisa mirip. Sehingga effort Rami untuk sampai kesana tidak sangat besar, atau tidak sebesar Bale dan perubahannya jadi tidak drastis. Berbeda dengan Bale yang lompatan antara dirinya sebagai Bale dan ia sebagai Dick Cheney cukup jauh.
Tapi disisi lain kemiripan itu juga menjadi sebuah keberuntungan. Artinya jika melihat capaian keaktoran dari soal kemiripan fisik (terutama jika kita bicara soal tokoh biopic), maka Rami telah menyelesaikan satu pekerjaan. Ia tinggal menghidupkan tokohnya dari dalam, karena cangkangnya sudah siap. Dan lagi, kalau kita mengenyampingkan penilaian seberapa jauh lompatan ciptaan Rami, maka Rami sudah pasti unggul dari Bale. Ia tak dipungkiri memang sangat mirip secara fisik dengan Freddie. Tinggal menambahkan kumis saja ia sudah terlihat “Freddie banget”.
Selanjutnya adalah soal seberapa berhasil Rami menjadi pembawa pesan dalam film ini. Rami sangat berhasil membawa pesan dalam film ini. Ia bahkan sangat berhasil membuat banyak penonton yang sebelumnya tidak mengenal Freddie Mercury, menjadi kenal dan berpikir bahwa Rami lah si Freddie Mercury. Hal ini kurang lebih sama kasusnya dengan saat Daniel Day-Lewis berhasil mendapatkan Oscar untuk perannya di film Lincoln. Ia berhasil meyakinkan publik bahwa seperti itulah Lincoln yang sebenarnya. Tapi mari kita garis bawahi “Penonton yang sebelumnya tidak mengenal Freddie”. Maka jika kita hadapkan pada para penonton yang sudah mengenal Freddie, mungkin anggapannya akan berbeda lagi.
Lalu seberapa kuat Rami membawakan cerita dalam film Bohemian Rhapsody? Jawabannya sekuat Bale dan semua aktor lain dalam nominasi ini. Pada bagian yang ini, semua aktor yang menjadi nominasi pada Best Actor Oscar 2019 punya kekuatan yang sama dalam membawakan cerita di masing-masing film mereka. Lalu yang membedakannya dengan Bale apa? Soal sudut pandang cerita. Pada film Bohemian Rhapsody sudut pandang cerita yang dipakai mostly adalah sudut pandang Freddie sendiri. Posisinya dalam film sudah paten dan dalam soal cara bercerita posisinya juga sudah jelas. Sehingga bisa dibilang rintangan yang dihadapi Rami tidak seberat yang dihadapi Bale.
Itulah kira-kira kenapa Rami Malek berada di urutan kedua dengan prosentase yang sangat mepet dengan Christian Bale. Kategori ini memang sepertinya milik Bale dan Rami. Tapi siapa yang ada di peringkat ketiga?
3. Willem Dafoe – At Eternity’s Gate (21,5%)
Jika melihat permainan Willem Dafoe dalam film At Eternity’s Gate, maka kita akan sedikit dibikin pusing pada awal film. Pusing karena kamu mungkin akan kesulitan mendapatkan poin yang bagus dari permainan Willem Dafoe. Lebih lengkapnya langsung baca artikel reviewnya disini ya! [Acting Review] At Eternity’s Gate; Kenapa Bisa Masuk Oscar?!
Lalu kenapa Willem Dafoe ada di peringkat ketiga? Pertama adalah soal capaian fisiknya. Kami tidak bisa melihat capaian fisik yang sangat signifikan dari Willem Dafoe atas tokohnya, Vincent Van Gogh. Ia sepertinya memiliki kendala yang sama seperti Rami Malek, dimana Willem Dafoe sudah terlihat mirip dengan Vincent Van Gogh. Tapi kemudian yang menjadi persoalan, jika kita lanjut melihat bagian fisik yang lain seperti suara, kita tidak bisa menangkap suara yang berbeda. Suara Vincent Van Gogh ciptaan Willem Dafoe terasa sama dengan suara Willem Dafoe yang asli. Vincent Van Gogh memang sudah mati ratusan tahun yang lalu sehingga tidak mungkin mendengarkan suaranya dan membandingkannya. Tapi dalam suara ciptaan Dafoe, kita tidak bisa yakin bahwa itu adalah suara Van Gogh. Kasusnya jadi sama seperti Daniel Day-Lewis ketika bermain sebagai Lincoln. Semua orang juga tidak tahu seperti apa warna suara Lincoln. Tapi Daniel Day-Lewis menciptakan suara Lincoln dan berhasil meyakinkan penonton bahwa begitulah suara Lincoln. Sementara Willem Dafoe tidak. Mungkin karena suara ciptaannya masih dekat dengan suara Willem Dafoe yang asli.
Perihal meyakinkan penonton bahwa ia adalah Vincent Van Gogh juga yang jadi salah satu alasan terbesar kenapa ia hanya ada di posisi ketiga. Tokoh yang diciptakan oleh Willem Dafoe ini seolah tidak bisa membawa penontonnya untuk meyakini bahwa seperti itulah Vincent Van Gogh. Baik secara kenampakan wajah, cara berjalan, dan hal-hal lain yang berhubungan soal fisik. Tapi jika kita mengabaikan soal fisik dan langsung berlari ke soal cara Van Gogh berpikir, dan merasakan, maka kita bisa mengatakan bahwa Dafoe berhasil meyakinkan penonton bahwa begitulah cara Van Gogh berpikir dan merasakan.
Film ini memang tidak seperti kebanyakan film biopic lainnya yang bercerita melulu soal peristiwa dan seolah sedikit bicara tentang sudut pandang atau ideologi si tokoh. At Eternity’s Gate lebih berat pada ideologi Van Gogh. Nampaknya itu yang kemudian menjadi perhatian Dafoe dalam ciptaannya sehingga ia seolah melupakan bahwa Vincent Van Gogh juga manusia utuh yang selain punya pikiran dan perasaan, ia juga punya tubuh, cara jalan, suara, cara memandang, bentuk wajah, cara membuka mulut, dan lain sebagianya yang berbeda dengan Willem Dafoe.
Kemudian jika bicara soal lompatan penciptaan maka dalam kasus Willem Dafoe ini kita tidak bisa menilai banyak soal lompatan ciptaannya. Lompatan ciptaannya bisa dibilang tidak signifikan. Hasil ciptaan Dafoe bahkan sangat dekat dengan diri Dafoe sendiri. Tapi yang membuatnya berhasil ada di posisi ketiga lagi-lagi adalah karena kelihaian Dafoe untuk meyakinkan penonton soal cara Van Gogh berpikir dan merasakan. Kemampuan dan kesadaran semacam ini tidak dimiliki semua aktor.
4. Bradley Cooper – A Star is Born (20,5%)
Lagi-lagi mepet banget kan? Bradley dan Dafoe memiliki prosentase yang hampir sama, hanya beda 1%. Tapi kenapa? Sebelum kalian membaca soal alasan Bradley Cooper berada di peringkat bawah, baca dulu review aktingnya disini.
Kita bahas dari capaian fisik. Kalau dilihat dari capaian fisik, Bradley Cooper berada jauh di atas Willem Dafoe dan Rami Malek bahkan. Katakanlah jika Willem Dafoe itu ada di angka 60 untuk capaian fisik dan Rami Malek ada di angka 65, maka Bradley Cooper ada di angka 80. Membahas capaian fisik kita sekalian membahas soal lompatan penciptaan tokoh Bradley Cooper. Pertama dari kenampakan wajah. Dari sana kita bisa melihat bahwa Bradley terlihat sangat berbeda dari Bradley di luar film. Dengan kulit yang agak memerah, rambut panjang, dan brewok membuat ciptaannya jauh dari diri Bradley. Setelah itu kita bicara soal capaian suara. Dalam ciptaan Bradley Cooper ini kita bisa dengan mudah menemukan perbedaan antara suara Bradley ketika bermain sebagai Jackson Maine dan Bradley di luar film. Lompatannya terasa sangat jauh dalam soal suara.
Lalu soal kelihaiannya memainkan emosi. Dalam film ini Bradley sangat berhasil memainkan emosi tokohnya dengan baik. Terutama dengan kuantitas adegan dengan emosi besar yang sedikit. Dengan kondisi semacam itu pun ia masih bisa muncul dan menghidupkan peristiwa dengan sangat baik. Selain bisa meyakinkan penonton dengan capaian fisiknya, Bradley juga sukses meyakinkan penonton dengan capaian emosinya. Kita bisa sangat terikat dengan tiap aksi yang dilakukan Bradley terutama dalam emosi-emosi yang deep. Salah satunya ketika adegan ia hendak bunuh diri. Kita bisa merasakan vibrasi itu.
Tapi kenapa? Kenapa dengan lompatan yang jauh dalam soal ciptaan fisik, permainan emosi yang bagus, keberhasilan meyakinkan penonton dan vibrasi yang baik dari permainan emosinya, Bradley hanya ada di posisi keempat? Meskipun prosentasenya tipis-tipis. Kenapa? Setelah kita coba telaah jawaban yang paling mungkin adalah karena tingkat kesulitan tokoh Bradley.
Bukan berarti tokoh Bradley ini tidak lebih sulit dibandingkan 3 tokoh lain di atas, tapi tingkat kesulitan menciptakan persona yang tidak ada bandingan di dunia nyata yang membuat Bradley harus puas berada di posisi keempat. Maksudnya begini, tokoh Bradley ini kan tokoh fiksi ciptaan. Dimana Bradley bebas menentukan tampilan fisiknya. Berbeda dengan para aktor biopic, dimana meski tokohnya sudah ada, tapi mereka harus berusaha semirip mungkin dengan tokoh tersebut. Kemudian cara menilai mereka juga jadi lebih mudah. Sementara Bradley tidak begitu.
Lalu soal kesulitan yang lain, misalnya dibandingkan dengan Willem Dafoe. Tokoh Jackson Maine ciptaan Bradley tidak membawakan ideologi yang kental seperti Willem Dafoe. Tokoh ciptaan Bradley bisa dibilang hanya membawakan kisah dan perasaan si Jackson Maine. Sehingga tingkat kesulitannya tidak setinggi Willem Dafoe. Begitu juga jika dibandingkan dengan Bale dan Rami Malek. Kalau dibandingkan dengan mereka berdua, Bradley sebenarnya lebih diuntungkan, karena tokohnya bukan tokoh biopic. Sehingga ia bebas menciptakan bentuk tokohnya sebebas interpretasinya atas tokoh tersebut. Sementara Rami dan Bale berbeda. Mereka harus bisa menirukan semirip mungkin. Bahkan bukan hanya menirukan fisiknya saja, tapi juga menirukan cara berpikir dan merasakan si tokoh.
Tingkat kesulitan. Itu sepertinya yang menjadi alasan kenapa Bradley ada di posisi keempat. Lalu siapa yang ada di posisi terakhir?
5. Viggo Mortensen – Green Book (8%)
Review lengkap acting Viggo Mortensen di film Green Book bisa kalian lihat disini. Sebelum membaca alasan kenapa Viggo ada di posisi terakhir, sebaiknya baca dulu reviewnya.
Kenapa Viggo ada di posisi terakhir? Apakah permainannya jauh lebih buruk dibandingkan 4 aktor lain? Kenapa Viggo hanya mendapatkan prosentase 8%? Bahkan di bawah 10% sementara yang lain mendapatkan prosentase di atas 20%? Sebenarnya, Viggo memang terasa seperti penggembira saja dalam perhelatan Oscar 2019. Kenapa bisa begitu?
Pertama kita ulas soal capaian fisiknya lalu kita bandingkan dengan 4 aktor di atas. Film Green Book ini adalah film biopic, sama seperti 3 film di atas. Tokoh yang dimainkan Viggo juga sama-sama tokoh yang ada di kehidupan nyata. Tapi soal capaian fisik Viggo, tidak ada yang bisa dilihat selain badannya yang agak gempal, logat dan warna suaranya yang agak berubah. Di luar itu, soal capaian fisik, kita tidak bisa menemukan hal lain yang menarik. Jika kalian mencari di Youtube video wawancara Tony Vallelonga, maka kalian akan bisa melihat betapa capaian Viggo itu bisa dibilang jauh dari Tony Vallelonga yang asli. Ia bahkan tidak bisa dibilang mirip dengan Tony Vallelonga. Berbeda dengan Bale yang berusaha memiripkan dirinya dan Rami Malek dan Willem Dafoe yang sudah mirip. Hal itu menjadi satu kekurangan tersendiri dari ciptaan Viggo Mortensen.
Lalu soal lompatan ciptaan Viggo. Lagi-lagi tidak ada lompatan yang sangat berarti dari apa yang Viggo ciptakan. Kita masih bisa melihat diri Viggo Mortensen. Kemudian bicara soal permainan emosi. Dalam film ini sangat minim adegan yang emosional. Bisa dibilang tidak ada malah. Tapi kenapa ia bisa masuk Oscar? Jawabannya mungkin karena ia berhasil bermain ansamble dengan sangat baik. Itu kelebihan yang dimiliki Viggo dan tidak dimiliki oleh aktor lain bahkan dalam kategori ini. Tokoh Tony Vallelonga ini memang sepertinya diciptakan sebagai tokoh yang tidak bisa berdiri sendiri dalam setiap adegannya. Ia harus selalu bersama Donald Shirley yang diperankan oleh Mahershala Ali. Sehingga “hidupnya” tokoh ini harus selalu ada lawan mainnya. Memang film ini bercerita soal persahabatan keduanya, dan persahabatan itu berhasil ditunjukkan. Tapi kenapa Tony Vallelonga tidak muncul sebagai manusia utuh? Mungkin Viggo tidak terlalu menghiraukan itu dan hanya berpikir pesan dalam film ini bisa tersampaikan.
Karena jika kemudian kita bicara soal peran seorang tokoh utama, maka Viggo Mortensen tidak memiliki peran yang cukup besar dalam film ini. Bahkan ia seperti bukan tokoh utama. Justru seolah-olah yang menjadi tokoh utama adalah Mahershala Ali.
Dengan begitu pantas kiranya kalau Viggo berada di posisi terakhir dengan prosentase hanya 8%.
Prediksi Best Actor Oscar Secara Historis
Sebelum mengakhiri artikel ini, kami juga punya prediksi yang dilihat bukan dari sudut pandang kualitas penciptaan, tapi dari sisi historis. Kalau dari sisi historis begini kira-kira urutannya;
1. Rami Malek – Bohemian Rhapsody
Secara historis, Rami Malek ada di posisi pertama. Kenapa? Kita melihat dari banyaknya penghargaan yang ia dapatkan sebelum Oscar dan kecenderungan yang terjadi selama 30 tahun belakangan. Rami berhasil mendapatkan Golden Globe untuk best actor Drama. Dimana selama 10 tahun ke belakang, 7 dari 10 aktor yang mendapatkan best actor drama di Golden Globe pasti mendapatkan Oscar. Selanjutnya Rami Malek juga berhasil mendapatkan Screen Actor’s Guild Award dimana 74% peraih SAG Award pasti akan mendapatkan Oscar. Kemudian baru beberapa hari yang lalu Rami berhasil mendapatkan BAFTA dan mengalahkan Christian Bale. Selama 30 tahun ke belakang, hampir semua aktor yang mendapatkan BAFTA itu pasti akan mendapatkan Oscar. Dengan menarik histori dan kecenderungan semacam itu, Rami Malek punya kans paling besar untuk bisa mendapatkan Oscar.
2. Christian Bale – Vice
Sementara Chrisitan Bale yang di Golden Globe lalu mendapatkan penghargaan sebagai Best Actor Comedy harus puas di posisi kedua. Dimana selama 10 tahun ke belakang hanya ada 3 aktor dari kategori itu yang berhasil mendapatkan Oscar. Meskipun Bale berhasil menang di Critic’s Choice Award, ia kalah di BAFTA dan SAG. Sehingga kesempatan yang dimiliki Bale, jika dilihat historis dan kecenderungannya, akan sangat kecil. Mungkin jika Rami Malek punya 80% kesempatan, Bale hanya punya 10%.
3. Bradley Cooper – A Star is Born
Bradley Cooper yang dalam banyak penghargaan harus selalu puas dengan menjadi nominasi, sepertinya di Oscar ia harus lagi-lagi puas dengan posisi itu. Dari 20 nominasi yang ia dapatkan sejauh ini, hanya 2 yang berhasil mendapatkan penghargaan. Kecil sekali!
4. Viggo Mortensen – Green Book
Viggo punya nasib yang sama dengan Bradley kalau dilihat dari sudut pandang historis dan kecenderungan mendapatkan Oscar dari penghargaan sebelumnya. Viggo malah bisa dibilang tidak mendapatkan penghargaan sebanyak Bradley. Dalam film Green Book memang yang menjadi bintang adalah Mahershala Ali. Viggo seperti cuma pemeran pembantu yang kebetulan menjadi pusat cerita sehingga ia disebut tokoh utama.
5. Willem Dafoe – At Eternity’s Gate
Willem Dafoe lebih parah lagi. Jika 4 aktor di atas mendapatkan belasan atau bahkan puluhan penghargaan, Dafoe hanya mendapatkan 5 nominasi dengan hanya 2 yang menang. 5 itu pun salah satunya Oscar. Dafoe sama sekali tidak masuk BAFTA, Golden Globe, Critic’s Choice, atau bahkan SAG Award.
Itu tadi ulasan yang panjang soal prediksi Best Actor Oscar tahun ini. Ingat, ini hanya prediksi. Semua kemungkinan bisa terjadi dan bahkan sepertinya akan ada kejutan di Oscar tahun ini. Apa itu? Kita tunggu saja 2 minggu lagi. Kalau menurutmu, siapa yang punya kemungkinan paling besar mendapatkan Oscar? Tinggalkan di kolom komentar ya!
Viva Aktor!