Ali: Menarik, Tapi Setengahnya Inkonsisten?

Ali 2

Ali yang rilis tahun 2001 adalah satu dari dua film yang membuat Will Smith masuk nominasi Oscar. Film lainnya adalah The Pursuit of Happiness. Seperti judulnya, film ini menceritakan tentang legenda tinju, Muhammad Ali, dan Will Smith menjadi Muhammad Ali. Banyak pihak yang memuji permainannya, tapi kami separuh memuji, separuhnya lagi mempertanyakan. Kenapa? Apa yang membuatnya dipuji, dan apa yang membuat kami mempertanyakan separuhnya? Judul artikel ini sedikit banyak menjawab. Tapi kenapa? 

Ali, Bagaimana Seharusnya Capaian Biopic?

Pertama, bagaimana seharusnya capaian biopic? Haruskah mirip atau bolehkah aktor memiliki interpretasi atas si karakter sementara si karakter benar-benar ada di dunia nyata dan masih hidup (ingat, ketika shooting film Ali, Muhammad Ali masih hidup) dan ada banyak footage dari tokoh ini? Mungkin jika si karakter sudah meninggal, dan tidak ada rekaman sama sekali tentang tokoh ini, maka sah-sah saja berinterpretasi atas data yang sudah didapatkan oleh si aktor. Tapi bagaimana kalau tokohnya ada? Seperti kasus yang terjadi pada Will Smith di film Ali ini. Kita jelas tahu kalau ketika film di produksi, Si Petinju Legendaris itu masih hidup. Pun begitu, semua footage video dari si petinju legendaris hampir bisa dikatakan lengkap. Kamu tinggal cari saja Muhammad Ali di Youtube, akan keluar semua footage wawancara, latihan, dan lain sebagainya. Lalu kalau sudah begitu, bolehkah aktor berinterpretasi atas karakternya dan apakah harus mirip?

Menurut kami sejauh ini, tidak boleh pada beberapa bagian. Kita semua tahu dan sadar bahwa Ali yang ada di footage adalah kurang dari seperempat kehidupannya. Tapi dari sana kita bisa tahu bagaimana bentuk tubuh, warna suara, kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan si petinju legendaris ini, dan aspek lain yang diperlukan dalam pembangunan karakter. Dan si aktor semestinya menggunakan hal tersebut sebagai modal dasar ciptaan dan capaiannya. Maka kalau si aktor mengabaikan hal itu, kami rasa ia sedang mengkhianati separuh karakter yang sedang dimainkannya.  

Sayangnya, inilah yang terjadi pada permainan Will Smith. Kalau kami melihat video footage yang ada di Youtube tentang si petinju legendaris ini lalu membandingkannya dengan capaian Will Smith, kami hampir tidak menemukan kemiripan. Misalnya soal warna suara. Kami sama sekali tidak mendapati kemiripan pada warna suaranya. Coba perhatikan video interview Muhammad tentang dirinya yang tidak mau mengikuti wajib militer. 

Lalu sekarang coba bandingkan capaian Will Smith;

https://youtu.be/B5R7yeHOTHs

Coba bandingkan dan dengarkan baik-baik. Tidak ada kemiripan sama sekali dengan warna suara Ali. Terlepas soal kualitas videonya, yang mungkin mempengaruhi kualitas suara yang terekam, coba bandingkan dengan semua footage dari petinju dengan nama asli Cassius Clay ini. Sejauh yang kami dengar, tidak ada kemiripan sama sekali. 

Lebih parahnya lagi, kalau kami melihat dan membandingkan warna suara Will Smith di luar film, seperti yang ada di video ini;

Maka kami mendengar betapa miripnya suara Will di luar film dan suara Will ketika ia menjadi tokoh Cassius Clay. Lalu dimanakah penciptaan suaranya? Kami rasa Will tidak menciptakannya. Sementara soal aksen, kami mendengarkan hal yang sama seperti suara. Tidak ada perubahan aksen dan cara bicara dari Will Smith. Tapi itu di sebagian awal. Sementara pada sebagian akhir, kita bahas di sub judul berikutnya. 

Lalu soal laku tubuh, kami memang menemukan ada laku tubuh yang berubah dari Will Smith. Kami pun menangkap laku tubuh yang sedikit banyak sama dengan Muhammad meski tidak sangat drastis. Kamu harus memiliki mata yang jeli untuk melihat kesamaan laku tubuh Muhammad ciptaan Will Smith dan Muhammad yang asli. 

Laku tubuh ini termasuk pada caranya memainkan mulut. Perhatikan baik-baik, mulut Will terlihat agak “cameng” kalau dalam bahasa Sunda, atau rahang bagian bawahnya agak maju ke depan. Tapi Muhammad sama sekali tidak memiliki bentuk itu. Mulutnya cenderung kecil, dan tidak cameng. Itu bentuk yang sudah jelas terlihat, tapi kenapa tidak ditirukan oleh Will Smith? Coba kalian cari salah satu footage pertarungan Si Petinju Legendaris dengan Sonny Liston. Ia menggunakan cara membuang nafas yang otentik menurut kami. Ia memajukan bibir bawahnya, lalu membuang nafasnya ke atas. Lalu coba perhatikan di sepanjang film, apakah Will melakukan hal tersebut? Entah dalam kondisi bertarung atau tidak, kami tak melihat laku itu sama sekali. 

Kembali lagi apakah film dengan tokoh biopic memperbolehkan si aktor menginterpretasi secara bebas? Separuh tidak dan separuhnya lagi iya. Terlepas apakah itu konsep sutradara atau bukan. Tapi kalau melihat film ini, kami rasa konsep sutradara tidak seperti Hitler di Jojo Rabbit yang membebaskan si aktor menginterpretasi Hitler sebagai bentuk cemooh. Di film ini sepertinya, setidaknya dari apa yang sudah kami tangkap, Will Smith semestinya sepenuhnya berubah menjadi karakter yang ia mainkan. Tapi yang terjadi, tidak. 

Lalu apa capaian Will? Kami tentu harus melihatnya secara utuh. Pertama jelas kelihaiannya dalam menirukan gerakan tinju dari si Petinju Legendaris itu. Kalau kita memperhatikan baik-baik, Will terlihat lancar melakukan gerakan-gerakan tinju yang identik dengan gerakan tinju si Petinju Legendaris. 

Selain itu ia juga memiliki permainan emosi yang menarik. Kamu bisa lihat di adegan ketika ia ada di dalam mobil, ketika ia mendapati kabar bahwa sahabatnya Malcolm X meninggal. Di adegan itu Will berhasil memainkan emosi yang menarik. Gejolaknya sangat besar, tapi dilakukan dengan tenang, bahkan tanpa gerakan badan dan ekspresi sama sekali. Tapi kemudian air matanya menetes. Kontrol yang baik dari Will. Sampai kemudian ia meledakkannya di momen yang tepat. 

Selain itu apalagi? Kami hampir tak mendapati akting yang memukau dari Will Smith. Jujur saja, awalnya kami bingung apa yang menarik dari capaian Will Smith. Kami lalu untuk sementara ini menyatakan bahwa satu-satunya yang membuat permainan Will Smith menarik adalah ketika ia berhasil bermain sesuai porsi. Kami rasa, tokoh yang ingin dibangun Will Smith harus memiliki kesan tenang di bagian-bagian tertentu. Sementara di bagian lain, misalnya ketika ia mengintimidasi lawannya, tokoh ini harus memiliki kesan meledak-ledak dan cerewet. Will Smith berhasil pada aspek tersebut. 

 

 

Inkonsisten Di Separuh Bagian Terakhir?

Ini yang kami pertanyakan dan sayangkan. Jika di sub judul sebelumnya, kami melihat capaian yang tidak sangat signifikan di awal, berbeda ketika kami melihat capaian Will di separuh terakhir film. Tiba-tiba, entah keluar dari mana, kami melihat aksen yang berubah drastis, warna suara yang jadi agak tebal, dan laku tubuh yang terlihat sangat berbeda. Sayangnya, kami tak terkejut dan senang dengan capaian itu. Karena dalam sudut pandang kami, jika itu terjadi, secara tidak langsung, Will Smith tidak bermain secara konsisten. 

Perhatikan baik-baik permainan Will setelah ia bebas dari tahanan dan lepas dengan jaminan. Aksennya berubah menjadi jauh lebih kental. Kami awalnya berpikir ini pertumbuhan karakter. Tapi bagaimana mungkin dalam waktu kurang dari 5 tahun dalam satuan waktu film, aksen si tokoh bisa berubah drastis? Tokoh ini tidak mengalami sebuah peristiwa yang mengejutkan psikisnya sama sekali. Tapi kenapa aksen, warna suara, dan beberapa laku tubuh jadi berubah drastis? Apa yang terjadi. Di sana lah kami kemudian menangkap permainan Will yang tidak konsisten. Kami bahkan mencatat, karena perubahan yang terjadi di separuh bagian akhir, permainan Will Smith nanggung dan inkonsisten. 

Lalu kenapa bisa tidak konsisten? Kami rasa ini persoalan pemahaman pada karakter dan tujuan permainan si aktor. Dari interview Will Smith tentang film ini yang kami bisa dapatkan, ia terlalu fokus pada latihan fisiknya. Lupa bahwa tokoh yang sedang ia mainkan juga merupakan seorang manusia, yang tidak hanya terdiri dari kemampuan bertinju saja. Tapi juga terdiri dari laku tubuh yang lain, dan cara berpikir serta merasakan yang lain. Mungkin ini jadi sebuah pengingat untuk para aktor. Siapapun tokohmu, seharusnya kamu tahu apa yang harus jadi fokus penciptaanmu. Pastikan juga fokus penciptaanmu itu tepat dan benar. Jika tidak, buruklah permainanmu. 

Secara keseluruhan, memang permainan Will menarik di beberapa bagian, terutama yang tidak mengandalkan ledakan-ledakan emosi besar. Justru emosi yang menarik terjadi ketika ledakan emosinya tertahan, tapi getarannya tetap terasa. Sementara separuh sisanya, tidak konsisten. Itu menurut kami, menurutmu?

Terima kasih, viva aktor