2 Hal yang Membuat Ciptaan Setiap Aktor Berbeda
![Ciptaan Setiap Aktor Berbeda](https://akuaktor.com/wp-content/uploads/2020/09/Ciptaan-Setiap-Aktor-Berbeda-1024x576.jpg)
Ada puluhan, atau mungkin ratusan metode keaktoran di dunia ini dan semua aktor bisa mempelajari metode-metode itu. Ada ribuan metode olah tubuh, rasa, dan suara yang tersebar di dunia. Pun, setiap aktor bisa mempelajari semua metode tersebut. Hampir tidak ada batasan bagi seorang aktor untuk mempelajari semua metode. Tapi sayangnya, semua metode itu bukanlah kunci untuk membuat ciptaannya berbeda. Metode-metode itu sebatas jalan untuk menuju apa yang mereka percaya dalam seni peran. Entah menjadi berbeda, atau sekedar menyampaikan emosi, pesan atau kehendak sutradara. Tapi ada 2 hal yang membuat ciptaan setiap aktor berbeda. Bukan hanya berbeda bentuknya, tapi juga berbeda kualitasnya.
Fisik, Suara, dan Rasa Bisa Dilatih
Nyatanya, ketiga aspek itu, fisik, suara, dan rasa bisa dilatih dan setiap aktor bisa ada di capaian yang sama. Fisik misalnya. Katakanlah fisik yang ideal adalah ketika aktor mampu bermain 2 jam di atas panggung tanpa kelelahan. Semua aktor, siapapun itu, bahkan yang bukan aktor, bisa mencapainya. Pun begitu dengan suara. Semua aktor bisa ada di kemampuan suara yang sama. Begitu juga dengan rasa. Kami percaya bahwa sejatinya, setiap aktor mampu mencapai kemampuan bermain rasa yang sama.
Bukan, ini bukan soal pengalaman, apalagi soal bakat. Kami sampai sekarang masih percaya bahwa bakat bukan modal utama bagi seseorang untuk masuk ke dalam dunia seni peran. Bukan juga ketekunan berlatih. Ada banyak kasus dimana seorang aktor begitu tekun berlatih, bahkan lebih tekun dari teman lainnya, tapi ciptaannya tetap begitu-begitu saja.
Tentu ketekunan berlatih bisa menjadi kunci, karena sekali lagi, penguasaan atas 4 modal dasar aktor, yakni tubuh, suara, rasa, dan pikiran sangat penting karena mereka adalah pondasi. Tapi bukan itu yang mampu membuat ciptaan setiap aktor berbeda. Lalu apa?
Sense Kreatif
Hal pertama yang membuat ciptaan setiap aktor berbeda adalah sense kreatif. Atau dalam bahasa yang lebih sederhana adalah tingkat kreativitas mereka. Sementara ini kami percaya bahwa siapapun aktornya, ketika ia tidak memiliki tingkat kreativitas yang tinggi, maka ciptaannya akan begitu-begitu saja dan membosankan. Bahkan ketika ia memiliki kemampuan fisik, suara, rasa, dan pikir yang baik.
Kamu perlu ingat kalau akting yang dilakukan para aktor bukan sekedar akting, tapi seni akting. Ada kata “seni” disana. Seni, mau tidak mau membutuhkan tingkat kreativitas yang tinggi. Semakin tinggi tingkat kreativitasnya, semakin baik dan berbeda pula ciptaannya.
Sense kreatif ini tidak bisa dilatihkan. Ia hanya bisa dibiasakan. Caranya adalah dengan memilih tempat nongkrong yang punya sense kreatif tinggi. Atau membiasakan diri dengan memperbanyak referensi, entah dengan menonton pertunjukan teater, menonton film, menonton pertunjukan tari, atau sekedar jalan-jalan keliling pasar untuk memperhatikan bagaimana bentuk-bentuk manusia yang ada disana.
Sense kreatif ini jugalah yang menjadi kunci berbedanya hasil penciptaan setiap aktor. Bukan hanya berbeda, tapi otentik. Salah satu contoh yang paling jelas adalah bagaimana tokoh Joker ketika dimainkan oleh banyak aktor selalu memiliki bentuk yang berbeda. Joker versi Jack Nicholson, dengan Joker versi Heath Ledger jelas berbeda, padahal tokohnya sama. Ini bukan tentang interpretasi atau tingkat detail dalam mencari karakter. Semua aktor bisa mencapai titik detail yang sama, mengingat ketika kita melakukan observasi atas karakter tujuannya adalah mencapai objektivitas tertinggi.
Sense kreatif inilah yang membuat ciptaan setiap aktor berbeda. Hasil observasi itu seperti sekedar memberi tahu si aktor ruang penciptaannya. Bayangkan kalau hasil observasi itu sebuah ruangan yang luar biasa besar dengan banyak tanah liat dan benda-benda lain. Tanah liat dan benda-benda itu adalah data-data hasil observasi si aktor. Si aktor kemudian bisa bermain di sudut ruangan manapun. Ia lalu bisa menggunakan tanah liat dan segala benda yang ada di dalam ruangan itu untuk membentuk karakter. Ia juga bisa menciptakan apapun, selama semua bahan masih berada dalam ruang besar itu dan hasil ciptaannya masih ada di dalam ruangan tersebut. Meski berada di ruangan yang sama dengan ketersediaan bahan yang juga sama, hasil ciptaan setiap aktor pasti akan berbeda tergantung sense kreatif yang ia miliki.
Sense kreatif itu bukan bakat. Seperti yang kami bilang di atas, sense kreatif itu didapatkan karena lingkunganmu yang kreatif atau referensimu yang bejibun. Jadi kalau mau punya sense kreatif tinggi, kamu harus memperbanyak referensi dan memilih tongkrongan yang sama-sama punya sense kreatif tinggi.
Keberanian Mengambil Resiko
Berikutnya yang mampu membuat ciptaan setiap aktor berbeda adalah keberaniannya mengambil resiko dalam setiap proses penciptaan yang dilakukannya. Ketika seorang aktor sudah berpikir resiko, maka secara otomatis ia akan menghalangi daya ciptanya. Ia akan memiliki banyak ketakutan.
Misalnya, tokoh yang ia mainkan, dalam kepalanya harus memiliki bentuk tubuh yang aneh serta warna suara yang berbeda dari dirinya. Tapi karena si aktor berpikir bahwa bentuk itu terlalu beresiko, maka secara otomatis ia akan menolak untuk melakukan bentuk itu. Mungkin bahasa yang sedikit kasar adalah si aktor selalu ingin bermain aman.
Kami rasa ini terbukti secara medis ketika kita memandangnya dalam sudut pandang psikologi. Setiap orang, ketika sudah berpikir resiko, kebanyakan dari mereka akan memilih untuk tidak melakukannya dan mencari cara lain yang lebih mudah untuknya. Hal itulah yang membuat semua ciptaannya sama.
Lalu kembali kita gunakan analogi sebuah ruangan besar dengan tanah liat dan bahan lain. Ketika si aktor memiliki sense kreatif tinggi, tapi ia tidak memiliki keberanian mengambil resiko, maka ciptaannya akan begitu-gitu saja. Ia akan lebih cenderung main aman dan terlalu banyak pertimbangan. Padahal semua bahan sudah ada di depan matanya. Tapi karena ia terlalu takut untuk mengambil resiko, maka ia membatasi dirinya dalam mengambil bahan dan menciptakan bentuk.
Selalu ada banyak ketakutan yang muncul pada seorang aktor. Ketakutan paling besar adalah ketidakmampuan untuk konsisten. Padahal, kalau bicara soal konsistensi, hampir semua metode memiliki cara untuk mencapai titik konsisten. Artinya ada jalan menuju mampu konsisten. Tapi sayangnya, si aktor mungkin tidak tahu, atau yang paling menyebalkan bagi kami adalah menyalahkan waktu.
Wahai para aktor, di Indonesia terutama, ketika waktu jadi persoalan, ingatkah kalian bahwa persoalan waktu itu bukan baru terjadi setahun dua tahun. Tapi sudah terjadi puluhan tahun. Lalu kenapa sampai sekarang seperti belum ada satupun aktor yang membuat sebuah metode yang mampu menanggulangi keterbatasan waktu tanpa mengurangi daya ciptanya? Miris kan? Banyak aktor, tapi tidak banyak perubahan di dunia seni peran.
Lalu adakah cara untuk melatih keberanian mengambil resiko ini? Ada. Caranya cukup selalu berani saja. Apapun resikonya kenapa tidak diambil saja. Jika itu masih menjadi resiko, mungkin kamu belum menemukan solusi atas risiko tersebut. Tentu solusinya bukan tidak mengambil resiko, kalau itu ya sama aja donk! Ambil saja resiko, kalau takut tidak konsisten, pelajari banyak metode untuk tahu caranya konsisten. Setelah itu ambil lagi resikonya, pol mentok kamu akan dimarahi sutradara. Itu pun sangat jarang terjadi. Karena sutradara yang baik seharusnya malah senang ketika si aktor berani mengambil resiko atas bentuk ciptaannya. Kalau masih dimarahi, ya cari lagi dan berikan penawaran yang lain.
Bukan Interpretasi
Kalau ada yang bilang bahwa hasil ciptaan seorang aktor itu tergantung pada interpretasinya, kami bisa mengatakan kalau itu separuh benar dan separuhnya lagi salah. Kenapa? Interpretasi itu dipengaruhi oleh sense kreatif. Lalu pada pengaplikasian interpretasi sangat dipengaruhi oleh keberanian aktor mengambil resiko. Ketika ia memiliki sense kreatif yang kuat dan interpretasi yang baik dan berbeda atas karakter, tapi ia tidak memiliki keberanian untuk mengeksekusi interpretasi tersebut, maka ciptaannya akan begitu-gitu saja. Tidak ada yang baru dan cenderung membosankan. Lalu jika aktor hanya memiliki keberanian mengambil resiko saja, tanpa memiliki sense kreatif yang baik, maka ciptaannya akan amburadul. Tidak ada “seni” disana.
Sebaliknya, ketika kamu memiliki sense kreatif yang baik, maka interpretasimu tidak terbatas. Setelah interpretasi yang tidak terbatas itu didapatkan, ditambah dengan keberanian mengambil resiko, maka kamu akan mampu menghasilkan ciptaan yang berbeda dan tentunya berkualitas.
Jadi, kalau kamu ingin hasil ciptaanmu berbeda pada setiap karya, pastikan kamu memiliki sense kreatif yang baik dan keberanian untuk mengambil resiko. Jika tidak memiliki keduanya, maka ciptaanmu akan begitu-gitu saja. Kalau tidak ada sense kreatif, dimana letak “seni” nya? Yakin kamu aktor?