The Trial of the Chicago 7; Awalnya Biasa Aja!
Hai! Gimana kabar kalian para pembaca setia? Kalian yang membaca artikel ini adalah yang paling setia mengingat peminat dari acting review tak pernah banyak. Entah kenapa, mungkin belum terlalu penting untuk mereka, atau mereka belum menemukan kepentingan apapun dari tulisan ini? Tak masalah, yang terpenting adalah kami menganggap ini penting, itu cukup. Anyway, kita habis libur seminggu dalam menulis acting review. Biasanya kita nggak pernah libur selama hampir 2 tahun. Baru minggu kemarin ini kita libur setelah sekian lama dan sekarang kami kembali lagi dengan acting review dari sebuah film baru berjudul The Trial of the Chicago 7. Film apaan tuh?
The Trial of the Chicago 7 adalah sebuah film yang ceritanya didasarkan pada kisah nyata tentang pengadilan 7 orang pendemo karena ketidaksetujuan mereka dengan wajib militer dan pengiriman tentara ke Vietnam. Mereka bertujuh diduga memulai bentrok antara para pendemo dan polisi.
Agak ribet kan bahasanya? Sorry, baru mulai nulis lagi setelah sekian lama. Intinya gini deh, jadi ada 7 orang yang memimpin demo menolak perang di Vietnam dan wajib militer kala itu, kemudian mereka bertujuh ditangkap dan dianggap memulai kericuhan, kemudian di sidang. Nah, film ini adalah proses persidangan mereka. Kalau mau sinopsis yang lebih jelas kalian bisa cari di IMDb atau di reviewer lain lah ya. Karena kami nggak fokus kesitu. Kita fokus pada permainan dan kenapa kita akhirnya mau menulis acting review The Trial of the Chicago 7.
Apa Capaian di The Trial of the Chicago 7?
Jujur aja ya, sebelumnya kami sama sekali nggak tertarik untuk mereview film ini. Kenapa? Mungkin karena pemasarannya kurang meyakinkan. Tapi kemudian kami mencoba untuk melihat trailer dari film ini dan sedikit mencari tahu informasi dari film ini. Hingga akhirnya, kami menemukan sedikit alasan untuk mereview acting para pemain The Trial of the Chicago 7. Alasan pertama yang muncul adalah karena film ini biopic. Hampir semua tokoh yang ada di the Trial of the Chicago 7 benar-benar nyata dan pernah hidup. Kami jadi punya parameter yang jelas ketika mau melihat permainan para cast.
Setelah itu kami memutuskan untuk menonton. Sayang sekali, sungguh sangat di sayangkan. Kami yang tahu track record lebih dari separuh pemain di The Trial of the Chicago 7, misalnya Eddie Redmayne yang bermain luar biasa di The Theory of Everything dan banyak film lainnya dan Sacha Baron Cohen yang bermain menarik di hampir semua filmnya, serta beberapa pemain yang lain, merasa kecewa. Pasalnya, meski ini biopic, kami hampir tidak melihat kemiripan sedikit pun pada ciptaan mereka semua.
Bahkan pada ciptaan Sacha Baron Cohen yang memang secara fisik berhasil terlihat sedikit mendekati tokoh dan menjauhi diri si aktor. Tapi itu bantuan dari make up, bukan capaian personal. Maksud kami, perhatikan baik-baik, dalam semua tingkah laku yang dilakukan oleh Sacha ketika menjadi Abby Hoffman, tokohnya, hampir semua laku itu pernah kita lihat di filmnya yang lain. Mulai dari Sweeney Todd, Borat, atau banyak film yang lainnya lagi. Jangan bicara soal perubahan suara. Kami tak menemukan itu. Intinya, pada aspek fisiologis, Sacha tak memuaskan.
Eddie Redmayne yang bermain sebagai Tom Hayden, Alex Sharp yang bermain sebagai Rennie Davis, Jeremy Strong sebagai Jerry rubin, John Carroll Lynch sebagai David Dellinger, dan banyak pemain lainnya pun memiliki capaian seperti itu. Apalagi Eddie Redmayne. Kami sudah dua kali menuliskan acting review tentang permainannya di The Theory of Everything dan The Danish Girl. Jadi kurang lebih kami tahu bagaimana kecenderungan permainannya, laku tubuhnya yang khas seperti apa, pada emosi-emosi macam apa ia akan bergerak seperti itu, dan lain sebagainya, kami hampir hafal di luar kepala. Parahnya, kami menyaksikan semua itu. Kami jadi bingung, dimana capaian Eddie dari sudut pandang fisiologis? Perhatikan baik-baik cara dia gelisah, cara itu hampir selalu terjadi di semua film Eddie selain dua film yang kami sebutkan di atas. Dimana capaian fisiologismu yang membuat kami terpukau bung Ed!
Lalu pemain lain? Kami sempat berharap pada Jeremy Strong yang bermain sebagai Jerry Rubin. Tapi sayangnya, setelah kami perhatikan lagi, capaian fisiologis yang dimilikinya ada pada bentuk rambut, brewok, dan penampilan fisik. Sama seperti Sacha Baron Cohen. Capaian itu menarik dan tetap harus disebut sebuah capaian. Tapi bukankah itu bisa sangat dibantu oleh Make Up? Lalu capaian fisiologis macam apa yang nggak bisa dibantu make up dan hanya bisa diciptakan aktor? Laku tubuh, cara berjalan, warna suara, dan hal-hal lain yang sejenis adalah ciptaan yang berasal dari si aktor. Hal-hal tersebut hampir tidak bisa kami lihat capaiannya.
Kami pun sudah membandingkannya dengan beberapa video footage tokoh aslinya. Hasilnya; kami tak menemukan kemiripan pada warna suara, tak menemukan kemiripan pada laku tubuh, dan sekali lagi, pada aspek fisiologis, kami tak menemukan kemiripan apapun. Coba perhatikan video Jeremy Rubin dan Abbie Hoffman berikut ini;
https://youtu.be/ivVVWZ9hq_0
Oke, sudah? Sudah ditonton baik-baik? Sekarang bandingkan dengan capaian Sacha Baron Cohen dan Jeremy Strong di The Trial of the Chicago 7. Kami hanya bisa memperlihatkan trailer. Jika ingin menonton langsung, segera ke Netflix aja. Ini video trailernya;
Coba dengarkan baik-baik. Apakah ada suara ciptaan Sacha Baron Cohen dan Jeremy Strong yang mendekati suara tokoh aslinya? Sejauh pendengaran kami, tidak. Kami memang mendengar upaya, tapi tidak sampai pada suara si karakter. Atau, untuk Sacha, apakah mungkin karena dia sering menggunakan warna suara itu pada beberapa karakter yang ia mainkan, kami jadi rancu apakah ini suaranya atau suara karakter? Apapun itu, kami merasa memang ada upaya terdengar mirip, tapi tak berhasil.
Bagaimana dengan Eddie Redmayne? Coba cek video pidato Tom Hayden berikut ini;
Mirip nggak? Enggak sama sekali menurut kami. Ya udah, gitulah. Intinya, bung Ed, kalau situ baca artikel ini, kami merindukan permainanmu yang memukau! Lalu pemain lain gimana? Kurang lebih sama.
Terus gimana soal permainan emosi? Ada satu adegan yang berhasil membuat kami sedikit terpukau. Adegan itu adalah ketika Tom Hayden dan Abbie Hoffman berdebat. Pada adegan itu kami melihat cara menunjukkan emosi yang berbeda. “Cara” artinya bukan pada bentuk fisiologisnya, tapi pada langkah per langkah yang dilakukan untuk menunjukkan emosi-emosi tertentu. Kami bisa melihat Sacha menyusun emosi karakter dengan cara yang menarik dan cenderung berlawanan dengan cara Eddie Redmayne menyusun emosi karakternya. Langkah-langkah itu membuat emosinya dinamis dengan cara yang menarik.
Lalu karena kami tidak menemukan capaian sama sekali dari dimensi fisiologis dan kemiripannya dengan tokoh di dunia nyata, tetiba kami menemukan satu poin yang sangat menarik tentang permainan semua cast di film ini setelah menonton film sampai kira-kira 1 jam. Apa itu?
Ansambelnya Terbaik!
Jadi gini, kami kan awalnya berusaha mencari segala macam capaian dari menit pertama, tapi ternyata, kami nggak menemukan capaian apapun yang bikin kami terpukau dan mencatat. Sekedar informasi aja, di sekitar satu jam pertama, kami nggak nulis apapun. Mau nulis kemiripan juga nggak ada, nulis capaian permainan emosi juga nggak ada, nulis capaian respon juga udah biasa, lalu apa yang nggak biasa dari permainan orang-orang ini selain capaiannya yang biasa-biasa aja? Akhirnya, secercah harapan muncul di pertengahan ketika kami melihat permainan si hakim tua menyebalkan Julius Hoffman yang diperankan oleh Frank Langella. Enggak, bukan soal capaian fisiologisnya sama sekali. Karena nyatanya sama aje bos! Sama kayak pemain yang laen. Nggak ada capaian yang memukau soal dimensi itu. Tapi, kesan tokoh muncul luar biasa kuat pada permainan Frank Langella.
Awalnya kami kira ini karena capaian fisiologis atau dimensional yang lain. Nyatanya bukan karena itu. Kami kemudian menemukan satu poin penting dalam kemunculan dan keberadaan Julius Hoffman di setiap adegan. Ia hampir selalu menjadi center of attention dan menjadi orang yang paling beda dari semua orang yang ada di ruangan. Coba perhatikan baik-baik, kalau kamu melihat adegan di ruang pengadilan, kamu akan melihat lebih banyak orang baik dari pada orang brengsek. Apalagi orang brengsek yang dengan jelas menunjukkan kebrengsekannya, yaitu si Julius Hoffman. Kami rasa kesan yang sangat kuat itu berhasil muncul karena disadari atau tidak semua pemain selalu memproyeksikan setiap lakunya pada Julius Hoffman. Bahkan ketika sedang tidak ada di ruang sidang.
Beruntungnya, si Frank Langella sepertinya menyadari hal itu dan mampu memanfaatkannya dengan baik sehingga kesan karakter yang menyebalkan, brengsek, dan korup itu sangat terlihat. Terlebih lagi ketika si karakter pun memang diberikan adegan yang menunjukkan kebrengsekannya. Semakin kuatlah kesan itu. Selain itu hampir semua pemain menyadari posisinya dan menyadari relasinya dengan tokoh lain. Nah, relasi dengan si Julius Hoffman ini adalah salah satu relasi paling kuat yang ada pada hampir semua karakter di film ini. Maka tak heran, kalau kemudian efek yang muncul adalah Frank Langella “steal the show” banget. Kami punya feeling kuat kalau si kakek yang satu ini bisa masuk nominasi Oscar, atau minimal Golden Globe lah.
Itu dulu lah ya, jangan panjang-panjang, nanti bingung. Jangan lupa baca artikel yang lain. Kalau mau, kalau enggak ya nggak papa, rileks aja.