[Acting Review] Sandra Bullock di Bird Box; Permainan Emosi yang Berwarna
Sandra Bullock merupakan salah satu aktris Hollywood yang terkadang bermain dengan luruh di tiap tokohnya. Hampir di semua filmnya, Bullock selalu memberikan acting yang luar biasa. Meskipun sejauh yang saya ingat, satu-satunya Oscar yang berhasil ia dapatkan adalah Blind Side, sementara satu lagi adalah nominasi ketika ia bermain di film Gravity. Kedua film tersebut, Bullock bermain emosi dengan luruh. Permainan emosi Bullock yang dalam kembali ia tunjukkan di film Bird Box. Film ini kurang lebih bercerita tentang seorang perempuan yang mencoba menyelamatkan diri dari entitas yang tak diketahui. Ia harus menyusuri sungai menuju sebuah tempat yang aman bersama dua anak kecil dalam keadaan mata tertutup, dan jika matanya terbuka, maka ia akan mati. Tapi kali ini kita tidak akan membahas soal filmnya sama sekali. Untuk yang ingin tahu review film Bird Box, bisa dibaca disini. Kali ini kita akan coba mengulas soal acting Sandra Bullock di film Bird Box.
Permainan Emosi yang Selalu Tepat!
Dalam film ini yang paling mencuri perhatian adalah bagaimana cara Sandra Bullock menunjukkan emosi tokohnya. Kita akan mengenyampingkan soal capaian fisik. Karena dalam film ini tidak ada capaian fisik yang signifikan dari Sandra Bullock. Misalnya soal tampilan wajah; tidak ada yang berbeda dari Bullock dan Malorie, tokoh yang ia mainkan. Lalu soal suara, sama seperti wajah; tidak ada yang berubah. Bahkan bisa dibilang sama sekali tidak ada yang berubah. Soal fisik lainnya juga sama. Misalnya cara berjalan, aksen bicara, cara memandang, semuanya masih sama. Jika kita membahas keaktoran dengan sangat detail pada tokoh yang dimainkan Bullock, maka akan ada banyak kekurangan yang kita dapatkan. Tentunya dengan pemahaman bahwa menciptakan tokoh artinya juga memperhatikan penampilan tokoh dari ujung kepala sampai ujung kaki. Kita tak akan bicara itu untuk sementara waktu. Sekarang kita akan bicarakan tentang bagaimana Sandra Bullock berhasil memainkan emosi Malorie dengan sangat baik. Sangat amat baik bahkan!
Jadi dalam film ini, ada 2 latar waktu yang berbeda. Pertama adalah latar waktu sebelum ia berusaha menyelamatkan diri menuju tempat yang aman dan masa kini, ketika ia dan dua anaknya berusaha sampai di tempat perlindungan. 2 latar waktu tersebut memiliki beda setidaknya 5 tahun dari apa yang dijelaskan di film. Pada adegan 5 tahun yang lalu, Malorie sedang dalam keadaan hamil tua. Malorie sepertinya adalah seorang liberalis garis keras. Ia ditunjukkan sebagai perempuan yang mandiri, masa bodoh dengan siapapun, dan selalu ingin hidup sendiri. Malorie juga ditunjukkan sebagai seorang seniman lukis. Hal ini bisa kamu lihat pada menit-menit pertama. Dalam adegan ini tidak banyak yang bisa terbaca kecuali ia sedang hamil dan ia yang merupakan seorang pelukis. Hanya sebatas itu. Dalam adegan ini juga, tidak ada yang menonjol dalam permainan Sandra Bullock. Kecuali tentunya soal tik tok dialog yang berjalan lancar dan Bullock yang mendengarkan lawan mainnya dengan baik, hanya itu.
Dalam adegan ini, hingga menuju ke dokter untuk memeriksakan kandungannya, Bullock berhasil menunjukkan dirinya sebagai seorang liberalis. Hal itu bisa dilihat dari pilihan kata di tiap dialognya dan juga respon-respon Sandra Bullock ketika mendengarkan lawan mainnya. Dalam adegan ini juga tidak ada yang sangat menarik perhatian. Semuanya masih terasa biasa dan saya hanya disuguhi pikiran-pikiran Malorie dari dialognya saja. Secara garis besar, di adegan awal Sandra Bullock berhasil menyampaikan informasi bahwa dirinya adalah seorang liberalis sejati, pelukis, dan seorang perempuan yang ingin hidup sendiri, hanya itu.
Adegan lalu berlanjut ke awal konflik. Dalam adegan ini, tiba-tiba semua orang berlaku gila. Beberapa dari mereka membunuh dirinya sendiri dengan berbagai cara. Dalam adegan ini, Sandra Bullock belum menunjukkan permainan yang cukup mengesankan. Semuanya berjalan natural dengan intensitas acting yang biasa.
Tapi semua acting yang terkesan biasa itu berubah setelah adegan kematian sang Kakak yang terjadi di depan mata Malorie. Dalam adegan itu, Sandra Bullock berhasil menunjukkan permainan emosi yang lain. Ia seolah tahu bahwa ada satu peristiwa yang lebih besar dari kematian Kakaknya. Dalam adegan kematian kakaknya tersebut, tidak ada emosi besar yang ditunjukkan Bullock. Ia hanya berusaha menyelamatkan dirinya dan si jabang bayi hingga akhirnya ia berhasil masuk ke dalam rumah dan kemudian kondisi jadi sedikit aman.
Lalu berlanjut ke adegan ketika ia berhasil masuk ke dalam rumah seorang gay bersama beberapa orang lainnya yang berhasil menyelamatkan diri. Dalam adegan awal di rumah ini, kegelisahan Malorie mulai muncul. Dalam adegan ini, Bullock seolah menyusun tangga emosi tokohnya perlahan dengan semua peristiwa yang terjadi di depan matanya termasuk kematian sang kakak. Semua keriuhan itu seolah dirangkai satu persatu oleh tokoh Malorie dengan sangat baik. Ia menunjukkan hal tersebut dengan jalan kesana kemari, ekspresi wajah yang tidak tenang, laku yang aneh, takut dan perasaan tidak percaya. Semua emosi itu berhasil ditumpah ruahkan oleh Sandra Bullock di tokoh Malorie dengan tepat. Hingga kemudian tangisnya pun pecah karena kematian sang kakak. Dalam adegan menangis itu, Malorie tetap terlihat bertahan sebagai seorang perempuan kuat yang tak sembarangan mengeluarkan air mata. Permainan emosi yang berwarna dari Sandra Bullock kurang lebih dimulai di adegan ini.
Setelahnya, Bullock berhasil menunjukkan tokoh Malorie yang dewasa dan tegar. Ia tak berlarut dengan kesedihan itu. Ia segera tahu bahwa yang terpenting sekarang adalah bertahan hidup dan menyelamatkan bayinya. Lalu jika bicara soal pertumbuhan emosi tokoh Malorie, Sandra Bullock berhasil menyusunnya dengan tangga yang tepat. Bukan hanya itu, ia juga berhasil menunjukkan emosi dengan kadar yang sesuai dengan alasan emosi tersebut muncul dan kapan emosi tersebut harus muncul.
Salah satu permainan emosi yang paling mencuri perhatian, ditempatkan di posisi yang tepat dan muncul dengan kadar yang pas adalah ketika ia kehilangan Tom di masa 5 tahun setelah bencana itu dimulai. Dalam adegan tersebut, Malorie sudah memiliki 2 orang anak, laki-laki dan perempuan. Di adegan itu Malorie menunggu Tom yang sebelumnya berusaha melindunginya dan anak-anak dari kejaran orang-orang gila yang hendak membunuh mereka. Tom berpesan bahwa jika setelah 15 menit ia tak kembali, maka Malorie harus segera pergi ke tempat perlindungan tersebut karena Tom pasti sudah mati. Tepat setelah 15 menit Tom tak kembali. Disitulah tangis Malorie pecah. Ia kehilangan lagi orang yang disayanginya. Hal yang membuat adegan ini menarik adalah karena susunan tangga emosi yang tepat. Bullock tidak serta-merta mengeluarkan tangisannya. Ia menyusunnya dengan baik, padahal ia hanya memiliki sepersekian menunjukkan tangga emosi tersebut.
Tak cuma itu, dalam adegan ini juga, kadar emosi yang dikeluarkan oleh Bullock tepat. Ia tak meledak. Ia menahan tangisnya. Jika kita melihat posisi Malorie dalam adegan ini, maka kita bisa menangkap bahwa Malorie tidak bisa menangis kencang karena ada 2 orang anak di dekatnya yang sedang tidur. Emosinya jadi seperti tertahan. Tapi justru efek yang muncul pada diri saya sebagai penonton adalah ledakan emosi yang dalam dan menusuk dengan tepat dan tajam. Apa yang dilakukan oleh Sandra Bullock mengingatkan saya pada salah satu prinsip keaktoran milik Bertold Brecht yakni melampaui empati. Dalam prinsip tersebut, kurang lebih aktor tidak akan menangis ketika ia menceritakan atau merasakan sesuatu yang seharusnya membuatnya menangis. Ia seolah mempersilahkan penonton untuk menangisi apa yang dirasakannya. Kira-kira itulah yang terjadi di adegan ini.
Perbedaan Emosi yang Penting
Kita masih bicara soal permainan emosi yang dipertontonkan Bullock, tapi kali ini kita bicara soal perbedaan emosi dari masa kini ke masa 5 tahun sebelumnya. Bullock secara garis besar berhasil menunjukkan perbedaan emosi dari masa 5 tahun yang lalu ke masa sekarang. Kedewasaan emosi tokohnya seolah tumbuh. Jika kita pikir dengan logika, tokoh Malorie memang seharusnya tumbuh menjadi tokoh yang lebih kuat secara emosional. Pasalnya ia harus bertahan hidup dari sesuatu yang mengancam nyawanya selama 5 tahun. Tak hanya itu, ia juga harus mempertahankan nyawa 2 orang anak tersebut. Bullock berhasil menunjukkan pertumbuhan emosi itu.
Pertumbuhan emosi ini juga bisa dilihat di salah satu adegan ketika ia harus memutuskan siapa yang harus melihat untuk membimbing mereka melewati jeram sungai. Dalam adegan tersebut, Malorie dihadapkan pada kondisi untuk memilih satu di antara 2 anak kecil itu untuk membuka matanya dan melihat. Dimana adegan itu sama seperti mengorbankan nyawa salah satu di antara 2 anak kecil itu. Pergolakan emosi yang terjadi pada adegan tersebut terasa sangat dalam. Bukan hanya dalam, tapi tangga emosi dan alasan dari emosi itu juga terasa jelas. Bullock tidak berusaha pamer kelihaiannya bermain emosi. Tapi ia berusaha menghidupi emosi tokohnya dengan baik.
Dalam adegan itu juga, ia menunjukkan permainan emosi tersebut dengan nafas yang sedikit terengah-engah, pandangan mata yang tajam ke kedua anak kecil tersebut, dan laku kecil lainnya yang terasa muncul karena gejolak yang terjadi dalam diri Malorie. Kita seolah bisa membaca apa gejolak yang muncul di pikiran Malorie, bahkan ketika ia akhirnya memutuskan untuk tidak memilih dan melewati jeram sungai dengan mata tertutup. Dimana hal itu sama saja dengan bunuh diri. Semua alasan dari laku tubuhnya bisa terbaca dan memiliki alasan yang kuat kenapa laku itu terjadi.
Tokoh Malorie ini adalah tokoh yang acuh tak acuh. Ia bahkan tidak memberikan nama untuk kedua orang anak kecil itu. Dimana setelah berjalannya film, kita akan tahu bahwa si anak perempuan adalah anak dari kawannya yang mati terbunuh entitas yang tidak diketahui apa, dan si anak laki-laki adalah anaknya sendiri. Tokoh ini bahkan juga tak merasa dirinya sebagai ibu dari kedua anak kecil tersebut. Tapi dalam satu adegan, ketika ia kehilangan kedua anak kecil itu dan berusaha keras mencari dimana anak kecil itu berada, ia sampai pada emosi yang meledak besar.
Dalam adegan itu ia akhirnya teriak dengan sangat lantang dan melarang si entitas yang entah apa itu untuk mengambil anaknya. Kemarahan yang bertumpuk dari 5 tahun yang lalu meledak dalam satu kalimat. Hal yang membuat adegan ini sangat menarik adalah karena tumpukan emosi itu benar-benar terasa nyata. Semua emosi yang terjadi di adegan-adegan sebelumnya, baik yang di masa sekarang atau masa 5 tahun yang lalu keluar di adegan ini. Ledakan emosi tersebut seolah dikumpulkan pada satu kalimat saja. Semua emosi mulai dari marah, takut, sedih, dan lain sebagainya terungkap padat di satu kalimat tersebut. Bukan hanya terasa padat, berisi, dan tajam, tapi juga jelas tangga emosi menuju ledakan tersebut.
Secara garis besar, permainan Sandra Bullock dalam film ini bagus. Terutama permainan emosinya yang sangat berwarna, jelas, tajam, dan tepat. Meskipun jika kita bicara soal capaian fisik dan kecenderungan bermain, maka kita akan menemukan Sandra Bullock dalam tokoh tersebut. Tapi capaian permainan emosinya patut diacungi jempol. Jika diberi nilai, maka 7.5 adalah nilai yang tepat untuk akting Sandra Bullock dalam film Bird Box. Sekali lagi dengan mengenyampingkan capaian fisik dan kecenderungan Sandra Bullock dalam berakting.
Bagaimana menurutmu? Tuliskan di kolom komentar pendapatmu mengenai permainan Sandra Bullock ya! Viva Aktor!