I’m Not There; Manusia yang Benar-benar Lain!
Kalau kamu nonton I’m Not There, maka mungkin kamu akan mengalami kebosanan yang luar biasa. Karena memang, film yang kalau kata Wikipedia adalah sebuah “unconventional biopic” ini sulit untuk dinikmati. Kamu perlu menonton dua sampai tiga kali untuk benar-benar memahami filmnya yang kalau dibilang terdiri dari beberapa film yang berdiri sendiri, tidak memiliki rangkaian dramatik yang sama, dan tiap cerita dengan tiap tokohnya punya dramatik sendiri-sendiri yang juga sulit dibaca. Tapi kita nggak mau ngomongin soal filmnya, karena memang sulit dinikmati. Kita bicarakan aktingnya saja.
Kalau soal akting, kita akan bicara Cate Blanchett saja. Permainannya di I’m Not There membuat rasa rindu kami pada perubahan drastis terobati. Lelah rasanya menyaksikan film-film dengan akting yang begitu-gitu saja. Tidak ada perubahan, dengan alasan bahwa tokohnya dekat, konsep, dan lain sebagainya. Ah, apa daya, pengkarya sudah bilang “konsep”, sulit untuk dikritik. Atau, memang tidak mau dikritik? Sudahlah, tidak perlu bicara itu. Kita kembali ke Cate Blanchett saja.
I’m Not There, Manusia yang Lain!
Di artikel ini kita akan khusus membahas Cate Blanchett yang berhasil mengobati kerinduan kami dengan permainan yang luar biasa. Cast lain bermain bagus, tapi Cate Blanchett yang tetap mencuri perhatian. Kenapa?
Pertama, tokoh yang diperankan Cate yang bernama Jude Quinn adalah seorang laki-laki. Dari sini saja kita bisa melihat alasan kenapa permainannya luar biasa. Untunglah Cate Blanchett tidak menjadi perempuan yang kelaki-lakian, tapi benar-benar mengubah hampir seluruh aspek dimensionalnya. Kita bedah satu persatu.
Satu aspek yang terlihat paling jelas adalah bentuk fisiknya. Tak perlu memperhatikan dengan seksama, lihat saja sekilas, perubahan itu sudah muncul. Dari rambut yang berbeda, bentuk wajah, lalu warna suara yang jadi sedikit gandem atau bulat, lalu tempo bicara yang diseret, laku tangan yang sesekali menyentuh mulut dan wajahnya, cara berjalan, cara berdiri, caranya duduk, semua. Semua aspek fisiologis berhasil ia ubah dengan sangat baik.
Dari bentuk wajah, kita bisa melihat wajah yang seperti di tarik ke bawah dan ke depan. Bentuk itu menghasilkan wajah yang agak sayu dan condong ke depan. Lalu pada bentuk tubuh diam, perhatikan bentuk pundaknya yang dinaikkan ke atas dengan kepala agak menjulur ke depan. Bentuk itu berhasil mengubah cara berjalannya dan juga berefek pada laku tubuh yang lain. Satu aspek dari fisiologis lain yang paling menarik adalah caranya memainkan tangan. Kita bisa melihat ia begitu sering memainkan tangannya di dekat wajah, menggigit jarinya sesekali, dan menyentuhkannya ke mulut.
Dengan bentuk itu, semua laku tubuhnya jadi ikut berubah juga. Efeknya terlihat pada cara berjalan, cara bicara, cara duduk, cara merokok, dan laku tubuh yang lain. Ini yang kami bilang soal kendaraan. Tokoh adalah sebuah kendaraan lain yang bukan diri kita. Memang yang menjalankan adalah diri kita, tapi kendaraannya bukan kita dan kendaraannya pasti berbeda. Ketika kendaraannya sudah dibuat berbeda, maka cara menjalankan kendaraan itu akan berbeda juga kan? Tidak mungkin cara mengendarai Harley Davidson sama dengan cara mengendarai Jupiter Z. Bukan begitu? Bagi kami itu sebuah keniscayaan. Itu kenapa aspek fisiologis itu sangat penting untuk ditemukan karena ia menjadi landasan permainan.
Tapi permainan Cate tidak sangat sempurna. Satu hal yang sepertinya tidak sanggup digapai Cate adalah bernyanyi dengan warna suara yang diinginkan sutradara. Sehingga semua adegan yang berisi nyanyian di dubbing. Ya, tak apa, setidaknya ia mendekati sempurna.
Menjalankan Emosi
Fisik sudah jelas terlihat berubah, lalu bagaimana dengan caranya menjalankan emosi? Apakah berbeda? Sekali lagi, seperti yang kami bilang, kendaraannya sudah berbeda. Maka emosi yang muncul juga pasti memiliki bentuk yang berbeda. Tidak mungkin sama. Jadi sudah jelas, dari mulai cara marah, cara tertawa, cara menanggapi orang yang berteriak “Judas” di konsernya, semuanya berubah menjadi cara tokoh. Kami bisa bilang otentik, karena kendaraannya sudah otentik.
Banyak aktor yang ribet menjalankan emosi tapi akhirnya cara menjalankan emosi tokohnya sama dengan tokoh lain yang sebelumnya pernah ia mainkan. Tentu saja akan sama, kendaraannya saja tidak diubah, bagaimana bisa cara menunjukkan emosinya berbeda?
Analoginya begini, emosi itu bahan bakar. Ia seperti bensin atau solar dalam sebuah kendaraan. Esensi emosi tidak akan mungkin bisa diubah, ia akan terus berbentuk cair. Tapi cara mengolah emosi dan cara menunjukkan emosi bisa kita ubah. Semua itu kembali pada kendaraannya. Kalau kendaraannya sama, ya cara mengolah dan menunjukkannya akan tetap sama. Sementara kalau kendaraannya berubah, cara mengolah dan menunjukkan emosi itu juga pasti akan ikutan berubah. Paham?
Tidak banyak pembahasan soal Acting Review I’m Not There ini. Satu hal yang pasti, Cate Blanchett sudah mengobati kerinduan kami atas penciptaan yang utuh dan jauh. Soal aktor lain, ah sudahlah, Cate Blanchett saja!
Terima kasih, (masih) viva aktor!