American Hustle: Membaca Pola Spontanitasnya

American Hustle

Katanya American Hustle itu kebanyakan adalah hasil improvisasi? Setelah kami mengulik dan menjadikannya alasan kenapa kami kemudian menonton film ini, jawaban awalnya adalah iya, film ini banyak improvisasi yang menarik dan segar. Tak terlihat kaku atau terbata-bata. Tapi setelah kami mencari lagi apakah benar ini sebuah improvisasi? Ternyata di LA Times, sutradara mengatakan;

“I want to correct the notion of improvisation,” the co-writer/director said. “You can’t make a film that complicated and improvise it.” – DAVID O. RUSSEL IN LA TIMES

Jadi sebenarnya tidak ada improvisasi di dalam film ini. Akhirnya, judul awal artikel ini yang sebenarnya adalah “Membaca Pola Improvisasinya” kami ubah dan pembahasannya kami geser ke “Membaca Pola Spontanitasnya” yang juga kami temukan di dalam American Hustle. Bagaimana semua acting para cast di film ini bisa sangat segar, seperti spontan dan terasa baru? Ini alasannya menurut kami;

American Hustle

 

Capaian Personal Para Cast

Sebelum kita membahas alasan kenapa permainan para cast di American Hustle terasa segar dan spontan, kita harus bahas terlebih dahulu capaian personal mereka. Karena pada dasarnya capaian personal itulah yang membuat permainan mereka segar dan baru. 

Pertama pada Christian Bale. Memang benar ia mendapatkan nominasi di Oscar karena permainannya di film ini, tapi memang hanya layak di nominasi saja. Kami hanya melihat perbedaan berat badan saja yang jadi lebih gemuk. Dimana berat badan itu kemudian mengubah caranya berjalan, berlari, duduk, dan berdiri. Selain itu hampir tidak ada perubahan apapun. Kami mendengar warna suara dan tempo yang mirip dengan warna suara dan temponya di film lain, atau bahkan sebagian di dunia nyata ketika ia sedang tidak menjadi tokoh. 

Sementara pada bagian suara yang lain, kami mendengar perubahan aksen yang drastis dan konsisten. Sejauh yang kemudian kami cari informasinya, Bale mengubah aksen kehidupan normalnya, yang biasanya ia memiliki aksen British yang kuat, sepanjang produksi film American Hustle aksen tersebut diganti dengan aksen Amerika yang kuat dan konsisten. Kami tak bisa mengingkari capaian tersebut pastinya. 

Setelah pada Bale, lalu pada Bradley Cooper. Kami malah tak melihat perubahan apapun kecuali gaya rambut dan pembawaan. Selain itu tidak ada perubahan yang lain. Kendaraannya tetap sama. Kami masih melihat Bradley Cooper memainkan emosi tokoh. Bukan tokoh yang sedang menjalankan emosinya sendiri. Semua bentuk kendaraannya sama. Warna suaranya sama, caranya berjalan sama, caranya memainkan mata sama persis dengan Cooper di kehidupan nyata dan beberapa di filmnya yang lain. Jadi tidak ada perubahan yang signifikan. Tapi memang, Cooper memegang kesan tokoh dengan sangat kuat. Kami rasa pegangan Cooper pada kesan tokoh itu yang membuat permainannya solid, meskipun kendaraannya sama. 

Amy Adams dan Jennifer Lawrence pun kira-kira punya capaian personal yang sama dengan Cooper. Lalu apa yang membuat permainan mereka di film ini terasa segar? 

American Hustle

 

 

American Hustle, Peristiwa, dan Manusia

Mendengarkan peristiwa dengan baik. Itu jawabannya. Kami rasa kunci dari permainan yang segar dan terasa baru adalah pada kemampuan para cast mendengarkan peristiwa. Tidak hanya mendengarkan kawan main, tapi juga mendengarkan peristiwa. Apa tanda mereka mendengarkan peristiwa? Kami membaca naskah American Hustle ketika sedang menonton film ini. Pada adegan pertama misalnya, ketika tokoh yang dimainkan Bale, Cooper, dan Amy Adams bertemu dengan tokoh yang dimainkan Jeremy Renner. Kami melihat dialog yang timingnya tidak sesuai dengan clue terakhir pada tiap dialog. Apakah itu suatu hal yang baik? Tentu saja! Kalau mereka mendengarkan clue saja, maka peristiwa tidak akan jadi spontan. Tapi ketika aktor mendengarkan peristiwa, dialog bisa keluar kapanpun dan akan selalu terasa segar. 

Kami rasa salah satu indikasi mereka mendengarkan peristiwa dengan baik adalah timing keluarnya dialog yang tidak menunggu kawan main selesai berdialog. Tapi menjalankan pikiran dan perasaan tokoh atas peristiwa, lalu mendengarkan kawan main dengan baik, dan membuat dialog sebagai buah dari pikiran dan perasaan tokoh atas apapun impuls yang mereka dapatkan. 

Banyak sekali, bukan satu dua, tapi hampir semua aktor baru bahkan beberapa aktor lama, menunggu kawan mainnya selesai berdialog baru kemudian mengeluarkan dialognya. Hal itu mengurangi kesan hidup pada peristiwa yang terjadi. Bagaimana bisa? Sederhana saja, ketika kalian sedang berdebat, atau sedang bicara dengan orang lain, apakah kalian tahu kalimat terakhir orang tersebut? Tentu tidak kan? Kalian hanya mendengarkan dengan baik, lalu menjalankan pikiran dan perasaan kalian untuk menangkap dan memproses segala impuls yang terjadi baru kemudian dialog akan keluar sesuai hasil pemrosesan yang terjadi di pikiran dan perasaan. Satu poin yang membedakan cara keluarnya dan timing keluarnya dialog adalah pemahaman yang selesai atas dimensi tokoh. Kalau pemahaman atas dimensi tokoh atau analisis atas tokoh tidak rampung, maka hal ini sulit terjadi. Malah sebaliknya, kalian akan menunggu clue terakhir dialog kawan main baru menimpalinya. Permainan jadi tertebak dan tidak segar. 

Adegan lain di film ini yang bisa jadi contoh timing dialog yang keluar karena mendengarkan dengan baik peristiwa dan kawan main terjadi saat tokoh Bale berbincang dengan istrinya yang diperankan oleh Jennifer Lawrence. Kita bisa melihat tik tok dialog yang menarik. Tidak ada tik tok dialog yang direncanakan, semuanya muncul karena mendengarkan kawan main dan peristiwa. Tidak ada timing yang telat, semuanya tepat. Interjeksi yang muncul pun sangat tepat dan membantu menghidupkan permainan. Hal-hal semacam itu hanya bisa didapatkan ketika aktor mendengarkan peristiwa dengan baik dan menjalankannya sesuai pemahaman mereka atas dimensi tokoh. 

 

 

Di luar soal timing keluarnya dialog, kita juga membahas soal dinamika dialog. Coba perhatikan adegan saat Amy Adams marah pada Bale di rumah. Kita bisa melihat dialog Amy dinamis dan hidup. Kenapa itu bisa terjadi? Kami rasa karena bangunan dasar atas tokoh yang kokoh dan upaya mendengarkan peristiwa yang baik. Jadi Amy Adams sejatinya tidak sepenuhnya merancang kapan ia harus menekan kata tertentu. Mungkin itu keluar begitu saja. Bukan, jangan salah tangkap “begitu saja” sebagai akting tanpa upaya. Ingat, bentuk dasar tokoh sudah dibuat. Upaya mendengarkan peristiwa juga sudah dijalankan. Jadi tidak keluar begitu saja sebagai Amy Adams, tapi keluar begitu saja sebagai tokoh. 

Timing dialog juga bukan hanya soal mendengarkan dialog kawan main dengan baik, tapi juga memperhatikan dimana tempat terjadinya peristiwa, atau dalam bahasa kami masih masuk dalam proses “mendengarkan peristiwa”. Coba perhatikan adegan saat Cooper dan Bale berdebat kecil di museum. Pada saat itu Cooper berkata dengan suara keras, Bale sesekali melihat ke sekeliling untuk memastikan tidak ada yang mendengarkan pembicaraan mereka. 

Tapi Cooper tak sadar akan hal itu sehingga Bale memunculkan dialog yang meminta Cooper untuk mengecilkan suaranya. Cooper merespon itu dengan cara tokoh yang menurut kami menarik dan sesuai. Ia tidak langsung mengecilkan suaranya, tapi melihat ke sekitar dulu, membocorkan suara yang terlalu keras sekali dua kali, baru kemudian berhasil mengendalikan volume suaranya. Pembacaan atas ruang dengan cara tokoh itu membantu Cooper menghasilkan dialog dengan dinamika yang hidup dan segar. Bayangkan jika Cooper langsung diam. Maka akan tetap ada dinamika, tapi tertebak. Tidak dijalankan dengan cara tokoh yang dari awal dibangun sebagai lelaki yang obsesif. 

Semua itu bisa terjadi hanya jika pemahaman atas tokoh selesai atau analisisnya lengkap. Kalau tidak, maka mungkin permainannya akan sama seperti kebanyakan sinetron Indonesia yang… ya begitulah. Jadi, kalau ada aktor yang bilang analisis tokoh itu nggak penting, sini, ngobrol sama kami. Pengetahuan atas tokoh adalah dasar. Mendengarkan peristiwa dengan baik adalah langkah berikutnya. Hasilnya adalah permainan yang baru, segar, dan spontan. Ingat, itulah yang diharapkan semua metode seni peran manapun yang ada di dunia. Memunculkan laku-laku yang baru dan spontan meskipun sudah dilatihkan sekian ribu kali. 

Kenapa begitu? Karena sejatinya, untuk sementara ini kami beranggapan bahwa, apa yang dikejar dalam seni peran salah satunya adalah upaya meniru atau menduplikasi laku hidup manusia. Manusia meniru manusia? Kok susah? Itu kenapa ada sekolahannya, ada bukunya, dan ADA TEORINYA! 

Terima kasih, viva aktor

About The Author