[Acting Review] Heath Ledger sebagai Joker; Gila yang Dinamis

Siapa yang tidak mengenal Joker di film The Dark Knight? Hampir semua orang pasti tahu dengan tokoh ini. Terlebih lagi ketika pemerannya, Heath Ledger berhasil memerankannya dengan sangat apik menurut banyak orang. Apalagi ketika kemudian Heath sampai bunuh diri, yang katanya karena memainkan tokoh ini! Popularitas tokoh Joker semakin naik setelah itu. Tapi apakah benar bahwa permainan Heath Ledger sebagai Joker sebagus itu? Apa yang bagus? Bagian mana yang menarik? Atau hanya karena sensasi dirinya meninggal saja yang membuat permainannya jadi lebih bagus dari para pemeran Joker lainnya? Seperti misalnya Jack Nicholson dan pemeran Joker yang lain? Berikut pembahasan lengkapnya;
Fisik yang Selesai
Ketika melihat permainan Heath Ledger sebagai Joker, kami sudah melihat capaian fisik yang tuntas dari Heath. Apalagi yang kurang dari capaian fisiknya? Dalam soal warna suara Heath sudah berhasil merubah warna suaranya menjadi warna suara lain yang sangat mendekati persona Joker yang dibuatnya. Bukan hanya warna suaranya saja, tapi cara bicara, penggalan pada tiap kalimat, hingga penekanan tiap katanya sangat berubah dari Heath yang asli. Ada banyak video wawancara Heath sebelum menjadi Joker yang bisa kamu tonton. Salah satunya ini;
Setelah melihat sesi wawancara itu, lalu lihat bagaimana warna suaranya berubah drastis ketika ia menjadi Joker;
Warna suaranya, caranya bicara, semua aspek yang berhubungan soal suara berhasil diciptakan dengan sangat baik oleh Heath Ledger. Hal yang menarik adalah Heath tidak sembarangan menciptakannya. Ia tidak hanya memilih bentuk dan warna suaranya saja, tapi ia juga mencari tahu kenapa Joker punya warna suara semacam itu. Seperti yang disebutkan oleh beberapa media, Heath melakukan pencarian tokoh Joker ini selama berbulan-bulan. Dalam proses persiapan tokohnya, Heath juga berlatih bersama seorang guru vokal untuk bisa mendapatkan warna suara yang tepat untuk tokoh Joker. Lalu rasa-rasanya, kenapa suara itu jadi sangat hidup adalah karena proses berbulan-bulan yang dilalui Heath di dalam kamar di sebuah apartemen. Dimana dalam kamar itu diberitakan bahwa Heath mengurung dirinya, menulis kisah hidup Joker di buku catatan, dan melakukan bentuk latihan lain dalam kamar tersebut. Dengan effort sebesar itu, maka tak heran kalau Heath berhasil menciptakan suara Joker dengan sangat baik, hidup, dan tidak palsu atau artifisial.
Tidak berhenti pada suaranya saja. Kita bisa melihat dengan jelas gesture yang sangat berubah. Dari mulai gesture yang besar, hingga yang paling kecil. Gesture besar misalnya dari caranya berjalan. Kita bisa melihat cara berjalan yang sangat berbeda dari Heath di luar film. Selain itu kamu bisa melihat perbedaan bentuk tubuh ketika ia menjadi Joker. Dimana salah satu perbedaannya bisa kamu lihat pada bentuk pundak dan lehernya. Dimana pundaknya agak dinaikkan ke atas, sementara lehernya dijulurkan ke depan seperti kura-kura.
Selain gesture besar yang berubah, dengan bantuan make up, tokoh Joker semakin menemui kesempurnaan personanya. Kita bisa melihat dari warna rambut dan riasan wajah yang berubah telah berhasil membuat tokoh ini semakin hidup dan utuh. Hal yang menarik lagi adalah Heath Ledger berhasil menggunakan riasan tersebut untuk semakin membuat tokohnya lebih terlihat menyeramkan.
Untuk make up, kali ini kita tidak sepenuhnya mengucapkan terima kasih pada pemake up, karena ternyata desain make up tersebut dirancang sendiri oleh Heath. Berdasarkan salah satu situs berita, dalam proses pencarian tokohnya, Heat sempat keluar dan membeli make up murahan di salah satu supermarket. Ia kemudian membawa make up itu pulang dan merias dirinya sendiri sebagai Joker sesuai bayangannya. Untungnya sutradara, Christopher Nolan menyukai hal tersebut. Sehingga ia menggunakan desain make up Heath dan pemake up menyempurnakan desain tersebut. Jadi logis juga kenapa riasan wajah dan rambut milik Joker terasa menyatu dengan tokohnya. Karena memang riasan itu diciptakan sendiri oleh tokohnya dan disempurnakan oleh crew untuk bisa dinikmati di layar.
Bicara soal Heath yang menggunakan riasan tersebut untuk menghidupkan tokohnya, maka kita juga bicara soal gesture kecil yang dimainkannya dengan make up tersebut. Jika kalian memperhatikan, Joker sesekali menjilati bibir bagian bawahnya. Usut punya usut, ternyata gesture kecil itu muncul karena make upnya yang suka lepas. Hal yang menarik bukan make upnya yang lepas, tapi kelihaian Joker untuk menemukan kesempatan itu dan membuat “kekurangan” itu jadi milik tokoh.
Selain itu, di sepanjang film, kalian akan disuguhi banyak sekali gesture-gesture kecil yang menarik. Mulai dari cara memainkan lidah, cara memandang, dan cara menggerakkan kepala yang sangat menarik. Kamu bisa melihatnya di bawah ini;
Dalam adegan itu kalian bisa melihat matanya bermain dengan apik, hidup dan tidak artifisial. Kita juga melihat sesekali lidahnya terjulur dan berhasil membuat tokohnya semakin hidup. Lalu perhatikan betul bagian lehernya yang bergetar sesekali seperti menahan ledakan atau dorongan yang besar dari dalam dirinya dan berusaha “membuat dirinya nampak normal”. Semua gesture tersebut berhasil membuat tokohnya semakin hidup. Bukan hanya mata, lidah serta lehernya saja, tapi juga perhatikan cara Heath memainkan jari jemari si Joker. Kita bisa melihat sampai pada bagian paling detail dan terkecil tubuh tokoh ini berhasil dihidupkan dengan sangat baik oleh Heath.
Secara garis besar, dalam aspek fisiologis Heath telah rampung. Ia sudah finish, sudah selesai, sudah khatam, dan berhasil menciptakan dari titik terbesar, hingga titik yang paling detail. Bukan hanya bentuknya, tapi juga hidup tubuhnya si tokoh. Fisik? Tak ada banyak pertanyaan dan kejanggalan.
Kegilaan yang Dinamis
Mungkin inilah yang menjadi poin paling menarik dalam permainan Heath Ledger sebagai Joker. Dalam setiap kemunculannya, kami bisa melihat ada semacam gejolak kegilaan, dorongan, atau konflik yang sangat besar sedang terjadi dalam diri si tokoh. Tapi gejolak itu sekaligus berusaha dikendalikan oleh Joker agar ia tampak normal. Tapi justru, pengendalian tersebut kemudian memunculkan dinamika yang menarik. Itu kurang lebih kenapa kami beri sub ini dengan judul Kegilaan yang Dinamis. Tapi kenapa bisa begitu?
Seperti yang sudah kami katakan di atas, bahwa kami melihat Joker seperti seorang lelaki dengan gejolak yang sangat besar dalam dirinya. Dia seperti tahu bahwa dia memang “gila”. Tapi di satu sisi, ketika dirinya menyadari bahwa dia gila, Joker berusaha mengontrol kegilaan itu agar ia terlihat normal seperti orang lain. Nah, upaya dari pengontrolan itulah yang kemudian memunculkan getaran-getaran pada semua gesture, bahasa tubuh, suara, nada bicara, dan laku-laku lainnya. Upaya mengontrol itu yang sekaligus memunculkan dinamika yang menarik dari semua akting Heath. Mungkin pengandaian sederhananya seperti ini; Joker itu seperti bom yang mau meledak, tapi ia terkungkung di dalam sebuah wadah besar yang tertutup rapat. Bom itu sejatinya sudah meledak, tapi efeknya tak bisa keluar karena tertahan wadah yang tertutup itu. Nah, logikanya, tutup wadah itu pasti akan sedikit bergetar kan? Dan wadah itu juga mungkin beberapa kali bergetar. Efek yang kita lihat dari wadah itu lah yang sama seperti laku Joker. Dinamika itu tak muncul di satu dua bagian saja. Hampir di semua adegan dinamika itu muncul. Salah satunya bisa dilihat di adegan ketika Joker pura-pura mati;
Pada adegan itu kita bisa melihat dinamika yang sangat menarik. Coba perhatikan gerak mata dan caranya menyusun tangga dramatik saat ia bercerita soal masa lalunya. Kita bisa melihat tangga dramatik yang perlahan naik dan mendaki dengan cara Joker. Tangga dramatik itu kemudian makin lama makin intens. Poin yang menarik pada bagian itu adalah di ujung pendakian emosi tersebut, Joker tidak berusaha meledakkannya. Tapi ia justru kembali ke level emosi yang normal lalu menyobek mulut lawan mainnya. Dengan pola semacam itu kita semakin yakin bahwa tokoh ini sangat gila. Heath seperti tahu bahwa untuk menekankan bahwa dirinya sangat gila, ia harus sejenak berada dalam kondisi normal, lalu melakukan hal yang gila. Sehingga efek gila yang dihempaskan ke penonton terasa lebih tebal. Bentuk-bentuk dinamika semacam itulah yang membuat kegilaan tokoh ini semakin tebal dan terasa.
Selain adegan tersebut, kamu juga bisa melihat dinamika yang menarik dengan bentuk yang lain di adegan ketika ia merekam dirinya sendiri dan menyandera Batman yang palsu;
Di bagian awal, meskipun hanya menggunakan suara, Joker berhasil menyampaikan kegilaan dan dinamika emosi dengan suara saja. Pada suaranya, kita bisa mendengarkan intensitas emosi dan dinamika emosi yang baik. Selain itu caranya merekam juga membantu Heath untuk mempertebal kegilaan tokoh ini.
Pada momen itu, kami yang sebelumnya sempat berpikir bahwa Joker memiliki pola emosi yang tidak terbaca, jadi bisa menduga bagaimana bentuk emosinya. Dinamika emosi yang Joker mainkan dan miliki pada hampir semua adegan terdengar sejenis. Maksudnya begini, pada tiap dinamika emosinya, pasti akan dibuka dengan nada dan emosi yang rendah dan biasanya wujud lakunya adalah tertawa yang lucu seperti bercanda. Lalu setelah itu ia tiba-tiba akan meledak, dan dalam beberapa adegan wujudnya adalah bentakan. Nah, pola itu berulang, meskipun dengan durasi yang berbeda di masing-masing fase. Tapi yang menarik adalah bahwa perwujudan emosinya berbeda terutama pada bagian terakhir di “pendakian” emosi Joker. Kadang kamu akan melihat puncak dengan wujud marah, kadang dengan wujud tertawa, tapi tetap dengan intensitas yang sama.
Adegan lain yang juga punya kegilaan yang dinamis tapi muncul dengan wujud yang berbeda terjadi saat adegan pesta.
Pada adegan tersebut kita tak hanya melihat dinamika yang hidup pada tokoh ini. Tapi kita juga bisa melihat Heath Ledger menghidupkan semua properti dan lawan mainnya dengan sangat baik. Jika kalian perhatikan dengan baik, pada adegan ini semua objek yang ada di luar Joker direspon dengan baik. Mulai dari camilan, gelas di atas meja, gelas di tangan para figuran, sampai lawan mainnya. Apa yang dilakukan Heath bukannya mematikan permainannya. Tapi justru makin membuat permainannya lebih hidup. Bukan hanya permainannya, tapi juga permainan lawan mainnya. Dimana ketika dalam adegan itu jika semua pemain berhasil hidup dengan baik, maka adegan akan tersampaikan dengan baik. Sepertinya Heath juga sadar bahwa keseraman Joker itu tak muncul dari diri Joker sendiri, tapi juga dari respon orang di sekitarnya. Sehingga Heath sangat memperhatikan lawan mainnya di adegan ini.
Heath juga tahu bahwa apa yang dipegangnya, baik itu benda hidup atau mati adalah “senjata” tokohnya untuk membuat tokoh yang dimainkannya semakin hidup. Salah satu contohnya bisa kamu lihat ketika Joker berbicara dengan orang tua. Pada bagian itu kita bisa mendengar Joker memainkan pistol yang di tangannya dan memukul meja beberapa kali. Senjata sebagai perpanjangan tangan untuk mewujudkan emosi tokoh sangat menarik dan hidup.
Lalu pada beberapa adegan lain, kami melihat banyak hal yang menarik dari permainan Heath. Terutama ketika kami mengetahui bahwa pada salah satu adegan, dimana dia ada di dalam penjara dan bertepuk tangan, ternyata itu adalah improve. Jika benar apa yang dikatakan oleh banyak media bahwa adegan itu adalah Improvisasi, maka bisa dipastikan bahwa Heath tetap “menyalakan” respon tokohnya pada banyak momen baik ketika dia sedang tidak berada di dalam kamera atau sedang di dalam frame kamera.
Selanjutnya bicara respon, Heath berhasil memunculkan respon-respon yang menarik dan hampir tidak terduga. Salah satunya di adegan ketika ia diinterogasi oleh Batman.
https://youtu.be/_ChPTKPzB4I
Pada adegan tersebut, hal pertama yang kami lihat adalah dinamika dan pola yang sama seperti adegan-adegan sebelumnya. Meski polanya sama, tapi bentuk perwujudannya berbeda. Selain itu kita juga bisa melihat respon yang menarik dari Joker atas dialog Batman. Terutama ketika Batman berkata bahwa Joker hanya ingin membunuhnya. Bentuk dan cara Joker tertawa menarik. Lalu dengan dialog Joker yang berkata bahwa Batman melengkapinya kegilaan Joker jadi makin terasa.
Selain itu pada adegan interogasi juga kami bisa melihat Heath memunculkan Joker dalam sudut pandang yang lain. Ia memunculkan Joker bukan sebagai seorang penjahat yang sadis, tapi seorang manusia yang tidak peduli pada apapun di dunia ini bahkan pada nyawanya sendiri.
Adegan terakhir yang juga menarik adalah ketika Joker bertemu dengan Harvey Dent di rumah sakit.
https://youtu.be/1-vMDKfe944
Dibuka dengan kalimat “hai” dan gesture seperti merasa bersalah dan tidak tahu apa-apa, kita bisa melihat bahwa gesture itu palsu. Tapi di satu sisi kita juga bisa menerima bahwa memang Joker sedang “bermain-main”.
Selain itu, poin yang kami tangkap di adegan ini adalah Joker dalam sudut pandang yang lain lagi. Jika pada adegan interogasi Heath menunjukkan Joker sebagai penjahat yang tidak peduli atas apapun, pada bagian ini Heath berhasil menunjukkan Joker sebagai orang yang tidak hanya jahat atau pun sadis, tapi cerdas, logis, dan bahkan filosofis. Kamu bisa menangkap itu dari dialog yang diucapkan oleh Joker pada Harvey Dent.
Secara garis besar permainan Heath Ledger sebagai Joker dalam film The Dark Knight ini sangat hidup, dan dinamis. Heath berhasil menciptakan tokoh Joker dengan lengkap baik dari aspek fisiologis, sosiologis, hingga psikologis. Ia tidak hanya menunjukkan Joker sebagai penjahat yang sadis, tapi juga menunjukkannya sebagai manusia yang punya banyak aspek mulai dari kecerdasan hingga sisi filosofis.
Gimana menurutmu soal permainan Heath Ledger sebagai Joker? Tulis di kolom komentar ya! Viva Aktor!