[Acting Review] Us; Oscar Kedua Lupita Nyong’o?

Lupita Nyong'o

Sebagian dari kamu kayaknya udah cukup familiar ya dengan judul film yang satu ini. Us adalah film horor yang rilis tahun 2019 ini, beberapa bulan yang lalu tepatnya. Film Us adalah film horor kedua -kalau kami nggak salah- yang disutradarai oleh Jordan Peele. Bahkan sepertinya film kedua Jordan Peele sebagai sutradara. Film pertamanya adalah Get Out. Dimana kayak yang kalian tahu, Get Out berhasil mendapatkan banyak sekali pujian. Salah satunya adalah suksesnya Daniel Kaluuya masuk nominasi Oscar untuk pertama kali sepanjang karirnya. Nah, balik lagi ngomongin Us, Film ini dibintangi oleh aktris kulit hitam berkualitas, Lupita Nyong’o yang sekaligus peraih Best Supporting Actress Oscar di tahun 2014 dengan film 12 Years A Slave.

Melihat film ini bikin kita inget soal kepiawaian Jordan Peele bikin film horor dan keahlian Peele milih pemain serta memaksimalkan pemainnya. Bahkan terlintas di pikirin kami kalau Us mungkin akan punya nasib yang sama kayak Get Out, sama-sama masuk nominasi Best Actress Oscar. Mungkin nggak sih? Kalau mungkin, apa alasannya? Kenapa permainan Lupita Nyong’o sampai bisa “diduga” akan masuk Oscar? Apakah mainnya emang sebagus itu? Dan apakah Lupita Nyong’o masuk “selera” voter Oscar? Di artikel ini kita akan bahas semuanya. Siapin kopi, rokok kalau perlu, dan selamat membaca!

 

Kualitas Permainan Lupita Nyong’o yang Nggak Main-main

Lupita Nyong’o bermain sebagai Adelaide Wilson yang kemudian punya nama pendek Addys. Lupita berhasil menunjukkan permainan yang nggak main-main di film ini. Pertama, kita lihat dari capaian fisiologisnya dulu. Meskipun pada beberapa aspek di fisiologis kami masih melihat “bentuk” Lupita, tapi tak dipungkiri pada dimensi ini Lupita cukup berhasil menciptakan tokoh dengan kesan yang jauh dari diri Lupita sebagai aktor. Kenapa kami bilang cukup berhasil sementara pada waktu yang bersamaan kami juga bilang pada bagian fisiologis masih terlihat “bentuk” Lupita?

Jadi gini, fisiologis memang bagian yang paling sulit untuk diubah kecuali dengan bantuan make up atau CGI. Maka salah satu cara untuk membuatnya terlihat berubah adalah memberikan kesan yang lain pada fisiologis yang diciptakan. Kesan bisa muncul dari banyak bagian dalam tubuh. Misalnya pada mata, mulut, cara bicara, warna suara, bahasa tubuh, dan lain sebagainya. Mata misalnya, kesan tokoh yang baru bisa muncul dari cara memandang, caranya merespon sesuatu dan lain sebagainya. Nah, ini yang berhasil Lupita capai. Ia sukses memberikan kesan yang lain dari beberapa aspek fisiologisnya. Misalnya dari mata si tokoh. Pada bagian itu dari awal kita melihat pandangan mata yang punya kesan takut. Ia seperti menderita trauma yang sangat besar pada tempat yang dikunjunginya. Sehingga kita bisa melihat mata yang lebih sering terlihat awas dari pada mata yang santai. Perbandingannya bisa kalian lihat pada tokoh Gabe Wilson, suaminya, yang dimainkan Winston Duke. Pada cara Gabe memandang kita bisa melihat bahwa Gabe tidak memiliki beban sama sekali pada tempat tersebut. Sementara Addys sebaliknya, ia memiliki beban yang sangat besar pada tempat tersebut. Hal itu jadi logis, terlebih lagi ketika di adegan awal kita disuguhi masa lalu dari tokoh ini.

 

 

Masa lalu Addys yang ditunjukkan ke penonton itu menjadi sebuah hal yang logis dan selaras dengan bentuk tokoh Addys. Terutama pada bagian matanya. Dimana pada bagian ini memberikan kesan yang sangat kuat pada tokoh sehingga kemudian juga mempengaruhi bagian tubuh yang lain.

Masih pada bagian mata, di bagian ini juga Lupita terlihat tetap menjalankan pikiran dan perasaan tokoh. Sehingga efeknya pada penonton adalah kesan misterius. Kita seperti diberikan tanda tanya besar dari cara Lupita memainkan mata Addys. Mata itu seperti memiliki sebuah rahasia besar. Lalu bagaimana dengan bagian lain? Apakah kesan yang sama juga muncul di bagian yang lain?

He eh banget! Kesan lain yang juga menarik tercipta dari warna suara dan cara membawakan suara yang sedikit berubah. Perubahannya sangat kecil, tapi perubahan yang kecil itu melengkapi tokohnya. Coba dengarkan sesi wawancara Lupita sebelum produksi film Us ini.

Lalu bandingkan ketika ia bermain sebagai Addys di film Us.

Jika kalian dengarkan baik-baik, suara keduanya terasa berbeda tapi perbedaan itu kerasa tipis. Sehingga kalau kalian nggak sangat detail mendengarkannya, maka kalian nggak akan bisa menangkap perubahan tersebut. Jadi kalau soal warna suara, Addys seperti memiliki suara yang lebih gandem atau lebih rendah beberapa nada dibandingkan dengan suara Lupita yang asli. Kalau kita analogikan di tangga nada nih ya, suara Lupita itu ada di tangga nada Fa, sementara suara Addys itu ada di tangga nada Re atau Mi, atau hanya turun setengah nada saja. Memang akan sulit tertangkap kalau kita hanya menilai dari warna suaranya saja. Coba sekarang perhatikan logat keduanya baik Lupita atau pun Addys. Dengan logat atau aksen yang berubah, perubahan warna suara yang tipis itu bisa terbantu dan memunculkan suara lain yang berbeda dari suara Lupita di luar film Us.

Setelah pada warna suara dan logat yang jika disatukan, keduanya melahirkan kesan suara yang berbeda jauh dari Lupita di luar film, maka kita juga akan berbicara soal bagaimana dialog tokoh Addys ini dibawakan. Dengan bentuk suara yang lain, Lupita seperti nggak lupa untuk membawakan dialog sesuai apa yang terjadi pada pikiran dan perasaan tokohnya. Dia kayak sadar dan bilang gini; “Aku udah nyiptain kendaraan yang bagus untuk tokohku, aku harus juga membawa kendaraan ini dengan cara tokohku donk, bukan dengan caraku” Mungkin kalau si Lupita ngomong ke AkuAktor dia akan bilang begitu.

Dalam bagian fisiologis, sejujurnya yang menarik perhatian kami adalah cara Lupita memainkan mata dan ekspresi wajahnya. Sementara untuk caranya yang lain, seperti cara berjalan terasa biasa saja. Bukan berarti tidak diciptakan, tapi diciptakan hanya mungkin bentuknya tidak sangat signifikan sehingga tidak berhasil mencuri perhatian. Lagi-lagi soal mata, sedikit saja. Pada bagian ini kita diberi informasi bahwa tokoh ini seperti punya rahasia. Hal yang menarik adalah Lupita mempertahankan intensitas bentuk mata yang punya rahasia tersebut dari awal sampai film hampir selesai. Atau setidaknya sampai misteri yang dibawa tokoh ini mulai terbongkar. Hal yang menarik lainnya adalah pada kondisi emosi apapun, matanya tetap menyimpan sebuah rahasia besar. Tapi ia tetap tidak menisbikan emosi yang sedang berjalan saat itu di depan matanya.

 

Analoginya gini deh, biar agak gampang dicerna. Dalam mata si Addys itu seperti ada sebuah pesan besar yang mana dari awal film sampai akhir ia harus mempertahankan pesan tersebut. Nah, dalam perjalanan mempertahankan pesan itu, si Mata ini merasakan hal lain, sehingga ia merespon apa yang ia rasakan itu. Tapi meskipun si Mata ini merespon hal lain, pesan besar yang ada di balik mata itu tidak dilepaskan begitu saja ketika ada kejadian lain di depannya. Seperti emosi sampingan, sementara emosi besarnya tetap duduk manis di singgasana.

Kalau kita sudah mulai menyenggol soal emosi, maka sekarang sepertinya saat yang tepat buat ngobrolin bagaimana permainan emosi Lupita Nyong’o dalam film ini. Kalau kita singkat semua penjelasan yang akan datang itu ya, isinya cuma 1 frase 2 kata. Luar Biasa! Karena memang itulah yang terjadi pada permainan emosi Lupita Nyong’o. Ingat, ini masih saat dia menjadi tokoh Addys ya, belum ketika ia menjadi tokoh Red. Tokoh Red akan kita bahas di poin setelahnya.

Balik lagi ketika Lupita sebagai tokoh Addys. Ia berhasil memainkan emosi tokohnya dengan dinamis, hidup, dan logis. Salah satu adegan yang menarik adalah ketika di kamar tidur Lupita melihat ke jendela dan dia bercerita. Dengan kamera yang hanya mengambil bagian punggungnya saja Lupita sudah berhasil berbicara banyak dan menyampaikan banyak emosi bahkan tanpa menunjukkan ekspresi wajahnya. Lupita berhasil menunjukkan ketakutan Addys akan masa kecilnya, atau kita bisa menyebutnya “rahasia” masa kecilnya. Pada adegan tersebut emosi Addys begitu intens, dinamis, dan hidup.

Lupita sepertinya juga membangun tokoh ini dengan trauma pada tempat yang menjadi latar cerita film ini. Sehingga kita bisa melihat semua pilihan bentuk tubuh yang selalu ada dalam kondisi awas dan siaga. Dengan penjelasan singkat di masa kecil si tokoh, kita seolah-olah digiring untuk menyimpulkan bahwa tokoh ini memang trauma terhadap tempat tersebut karena pernah mengalami peristiwa yang menyeramkan. Kita seolah-olah disuruh percaya pada kondisi psikis tokoh ini, yang mana si tokoh ternyata punya rahasia sangat besar di akhir film.  

 

Tokoh yang Lain, Capaian yang Sama

Ini mungkin yang sebagian dari kalian tunggu. Lupita Nyong’o bermain sebagai tokoh Red dalam film Us. Yosh! Jika kami bilang pada bagian fisiologis Addys si Lupita lebih berhasil menciptakan kesan dari pada bentuk, pada tokoh Red ini ia berhasil menciptakan keduanya dengan sukses. Lupita berhasil menciptakan kesan dan bentuk yang sangat menarik. Perubahan yang paling terlihat adalah cara memandang, cara memainkan ekspresi wajah serta warna suaranya. Lupita benar-benar menciptakan tokoh yang lain. Ia seperti tidak menyisakan Lupita, apalagi Addys pada tokoh Red. Keduanya benar-benar tokoh yang berbeda.

Kita bahas secara detail. Kita mulai dari warna suara dulu. Kalau dari apa yang kami cari, justru yang menarik dari warna suara ini bukan bentuk atau hasilnya, tapi proses penciptaan warna suara tersebut. Lupita pada salah satu sesi wawancara mengatakan bahwa ia mendapatkan suara Red karena terinspirasi penyakit Spasmodic Dysphonia, dimana perubahan suara yang terjadi karena trauma fisik atau pun trauma emosional. Poin yang menarik adalah Lupita mengambil inspirasi yang tepat dengan kondisi tokohnya yang pada akhir film kemudian dijelaskan bahwa ia adalah Addys yang sebenarnya dan terjebak di bawah tanah selama puluhan tahun. Jika ditarik kesimpulan dengan penyakit Spasmodic Dysphonia, maka ada kemungkinan si tokoh terkena trauma fisik dan emosional ketika hidup dalam gorong-gorong itu. Kalau AkuAktor punya kesempatan ngobrol sama Lupita Nyong’o, maka kami akan menanyakan kenapa ia memilih Spasmodic Dysphonia sebagai inspirasi warna suara Red? Pasti akan terjadi obrolan yang menarik!

Selanjutnya pada cara Red memandang. Ini lebih menarik lagi. Pada caranya memandang kita seolah-olah cuma disuguhi satu bentuk pandangan mata saja, yakni melotot. Tapi yang menarik adalah dengan satu bentuk tersebut, ada banyak emosi yang disampaikan oleh tokoh ini. Salah satu yang menarik ketika tokoh Red monolog di depan Addys di adegan menjelang akhir film. Pada bagian itu ia tampak meneteskan air mata. Kami sempat bertanya, kenapa tokoh kejam ini meneteskan air mata? Apa yang terjadi pada pikiran dan perasaan si tokoh? Ternyata semua jawaban dari pertanyaan kami itu terjawab di bagian akhir film. Dimana tokoh Red sebenarnya adalah Addys dan Addys adalah Red. Dalam ceritanya, Red mencekik Addys dan membawanya ke gorong-gorong serta menyekapnya disana. Hal itu yang kemudian membuat Addys yang asli harus hidup di gorong-gorong selama puluhan tahun. Itu juga yang mungkin sedang terjadi pada pikiran dan perasaannya saat monolog. Gejolak yang sangat besar, yang tersembunyi selama puluhan tahun akhirnya keluar di momen tersebut.

Lalu kenapa bentuknya melotot saja? Kami berpikir mungkin itu akibat tinggal di gorong-gorong terlalu lama sehingga bentuk pandangan matanya begitu. Itu seperti bentuk mempertahankan diri di tempat yang penuh dengan orang aneh, menakutkan, dan nggak ia kenal, dan harus tinggal puluhan tahun disana.

Selain soal bentuk dari Red yang menarik dan perbedaan dari kedua tokoh yang diperhatikan dengan baik oleh Lupita. Hal yang menarik lainnya adalah kesadaran Lupita untuk tetap intens ada dalam tokoh dan menjaga rahasia tokohnya sampai akhir film. Tujuannya tentu agar film ini berhasil menciptakan jalur cerita yang menarik. Lalu kenyataan bahwa Lupita nggak cuma menyembunyikan, tapi juga memberikan clue atau petunjuk yang seolah-olah menyuruh penonton untuk membaca apa yang terjadi pada tokoh ini juga sangat menarik.

Lupita Nyong’o sepertinya juga sadar bahwa dirinya adalah nyawa dari film ini. Ia adalah pesan utama dari film ini. Ketika Lupita bocor sedikit saja dalam memainkan peran dan menjaga rahasia tokohnya itu, maka ia akan menghancurkan keseluruhan jalur cerita yang sedang dibangun oleh film ini. Istilah sederhananya adalah kejutan dalam film ini akan gagal kalau Lupita gagal menjaga rahasia itu. Tapi Lupita berhasil, sehingga film ini sukses!

 

Lalu Bagaimana Oscar? Sesuai Selera Voter Oscar Nggak?

Jawabannya adalah antara iya dan tidak. Kalau dalam kacamata kami, tokoh-tokoh yang berjenis seperti tokoh yang dimainkan oleh Lupita ini cukup sering masuk ke dalam jajaran nominasi Best Actress Oscar. Jenis tokoh yang sering masuk adalah tokoh-tokoh dengan gejala psikis yang berat, permainan emosi yang dalam, dan musikal. Sementara tokoh Lupita ini kalau kita masukkan dalam jenis-jenis tersebut, maka ia setidaknya bisa masuk dalam jenis “Tokoh dengan gejala psikis yang berat” dan “Tokoh dengan permainan emosi yang dalam”. Tapi lagi-lagi, Lupita bisa jadi juga tidak masuk dalam selera para voters. Kenapa? Sejauh yang kami tahu film horor sulit mendapatkan tempat di jajaran Best Actress Oscar. Dalam 20 tahun terakhir saja yang paling sering masuk nominasi Oscar adalah film-film biopic atau film yang mengkisahkan soal seseorang yang sedang berjuang menghadapi penyakit psikisnya, seperti Still Alice, Black Swan, atau Silver Linings Playbook. Sementara horor? ZERO!

Tapi apakah itu bisa jadi pertimbangan bahwa Lupita tidak akan bisa mendapatkan Oscar keduanya? Tentu tidak juga. Ia masih punya kesempatan masuk nominasi Oscar kalau para voters melihat bagaimana Lupita menciptakan dua tokoh yang kompleks secara psikis. Ia tidak hanya memainkan 1 tokoh yang kompleks psikisnya seperti Still Alice atau Silver Linings Playbook. Ia memainkan 2 tokoh dengan bentuk dan pergolakan psikis yang berbeda. Bahkan kita bisa bilang kalau dua tokoh yang ada di film Us adalah 2 tokoh yang berbeda. Bukan 1 orang dengan 2 kepribadian, tapi memang 2 manusia yang berbeda.

Jadi, bagaimana voter Oscar akan melihat ini? Menurut kalian, apakah Lupita ada kesempatan untuk masuk nominasi Best Actress Oscar tahun 2020 mendatang? Atau enggak? Coba tuliskan pendapat kalian di kolom komentar, dan mari kita berbincang!

Terima kasih, Viva Aktor!  

About The Author