[Acting Review] Just Mercy; Peran Besar dan Kecil yang Sama Bagusnya!

Just Mercy adalah film yang rilis tahun 2019 dan diperankan oleh Michael B. Jordan bersama Jamie Foxx. Film ini didasarkan pada sebuah kisah nyata, Bryan Stevenson, seorang pengacara dari sebuah Lembaga Bantuan Hukum yang membantu orang-orang yang diputuskan akan dihukum mati, tapi sebenarnya mereka tidak bersalah. Seperti biasanya, kami akan membahas bagaimana permainan para cast di film Just Mercy. Tapi, kali ini ada satu yang menurut kami menarik. Seperti yang tertera di judul, Just Mercy menunjukkan sebuah kualitas penciptaan dimana peran besar dan kecil sama bagusnya. Bahkan at some point peran kecilnya punya penciptaan dan permainan yang lebih baik dari pada peran utamanya. Bagaimana bisa? Berikut penjelasannya. Hati-hati, banyak spoiler. Kalau belum nonton, jangan baca sampai akhir. 

Jamie Foxx dan Michael B. Jordan yang Standar

Kami tak hendak mengatakan kalau permainan Jamie Foxx dan Michael B. Jordan jelek, tapi karena kami tahu mereka pernah ada di level permainan macam apa, maka kami bisa mengatakan kalau permainan Michael B. Jordan dan Jamie Foxx di Just Mercy terbilang standar. Kenapa?

Kita mulai dari warna suara keduanya, baik Jamie Foxx ataupun Michael B. Jordan. Sejauh yang bisa kami dengar, Jamie Foxx berhasil mengubah aksennya menjadi aksen Southern America yang begitu kental. Jamie juga berhasil mengubah sedikit warna suaranya. Kalian hanya bisa mendapati perubahan itu kalau mendengarkan dengan baik. Coba dengarkan video interview Jamie Foxx yang satu ini; 

Lalu bandingkan ketika ia menjadi Walter McMillan atau Johnny D di Just Mercy. Ini videonya;

Kita belum membandingkan suara Johnny D ciptaan Jamie Foxx dengan yang asli. Dari dua video itu dulu, kamu akan mendapati warna suara yang terasa lebih kecil, dan Southern Accent yang sangat kental. Tapi, karena ini adalah film biopic, maka mau tak mau kami akan membandingkannya dengan tokoh aslinya. Berikut video tokoh Johnny D yang asli. 

Jika kita bandingkan warna suaranya, tentu akan terasa sangat jauh. Tapi ketika kita bandingkan aksennya, baru akan terasa mirip. Dalam soal suara, itu yang dicapai oleh Jamie Foxx. Lalu bagaimana dengan Michael B. Jordan?

Video cuplikan acara 60 Minutes yang kami tautkan di atas akan jadi alat perbandingan untuk tokoh yang lain. Lalu kembali ke Michael B. Jordan. Apakah kalian melihat kemiripan dari penciptaan Michael B. Jordan dan Bryan Stevenson yang asli? Kalau kami, sama sekali tidak. Jika kalian dengarkan baik-baik di trailer yang sudah kami tautkan juga di atas, tak ada warna suara yang sama dengan Bryan Stevenson yang asli, tidak ada aksen yang berubah, atau bahkan mungkin memang tidak ada yang berubah. Kami masih melihat Michael B. Jordan yang bermain sama seperti ketika ia bermain di film Creed, atau Black Panther. Pastikan kalian tetap mengingat dua video yang kami tautkan di atas. Video 60 Minutes, dan video trailer. Karena itu akan kami gunakan terus sebagai perbandingan sampai artikel ini selesai.

Lalu apakah itu artinya Michael B. Jordan tidak memiliki capaian? Tentu tidak. Mungkin soal fisiologis Michael B. Jordan memang tak punya capaian sebaik Jamie Foxx, atau bahkan sebaik Tim Blake Nelson yang bermain sebagai Ralph Myers. Tapi soal permainan emosi, itu jadi hal lain. 

Dalam permainan emosi, kami mendapati banyak adegan dengan laju emosi yang menarik. Misalnya, ketika adegan ia diperiksa bajunya dan akhirnya Bryan Stevenson harus telanjang. Kita bisa melihat cara menahan amarah yang baru dan otentik. Seperti ejawantah dari dimensi tokohnya yang merupakan seorang yang berpendidikan dan seorang Pengacara dan Lembaga Bantuan Hukum.   

just mercy

 

Lalu pada adegan ketika Bryan Stevenson bertemu dengan Herb yang akan dihukum mati, kami melihat permainan emosi yang menarik baik dari Michael B. Jordan, atau pun Herb. Emosi keduanya intens dan sederhana. Michael B. Jordan mendengarkan dengan baik dan mencoba merasakan dan menerima dengan baik emosi yang dikirimkan Herb padanya. Herb pun menyampaikan emosinya dengan tepat dan menarik. Ini adalah salah satu adegan dimana Peran Kecil sama bagusnya, atau bahkan lebih bagus dari Peran Besar. 

Adegan dengan permainan emosi yang menarik lainnya ditunjukkan oleh Michael B. Jordan ketika Bryan berhadapan dengan si Sheriff dan marah karena mosi terdakwanya ditolak. Kami bisa melihat kemarahan yang relevan dengan dimensi tokoh dan dengan tempat terjadinya kemarahan, serta dengan orang yang jadi objek kemarahannya. 

Permainan emosi yang menarik juga ditunjukkan oleh Jamie Foxx ketika ia menjadi Johnny D. Kalian bisa melihatnya di adegan ketika Johnny D pertama kalinya bertemu dengan Bryan Stevenson dan berbincang berdua. Kita bisa melihat Jamie Foxx menjalankan sejarah tokohnya dengan baik. Laju emosi si tokoh juga ia jalankan dengan tepat dan meyakinkan. Sehingga momen ketika ia harus meledakkan emosinya, kami rasa tepat dan sesuai porsi. Kenapa kami bilang ia menjalankan emosinya sesuai sejarah tokohnya? Ingat, tokoh ini sudah sering menemui pengacara dan tidak ada hasil apapun. Malah ia mendapatkan keputusan hukuman mati. Jadi emosi yang dijalankan Jamie Foxx selaras dengan sejarah tokohnya. 

Adegan dengan emosi menarik lainnya yang ditunjukkan oleh Jamie Foxx terjadi ketika akhirnya Mosi Terdakwanya disetujui oleh pengadilan dan ia dibebaskan. Kita bisa melihat emosi yang intens dan menarik. Tapi dalam adegan ini, yang terpenting bagi kami adalah soal vibra yang berhasil dikirimkan oleh Jamie Foxx. Kami rasa vibrasi atau getaran emosinya luar biasanya kuat. Bahkan jika musik, susunan dramatik, dan hal lain di luar keaktoran ditanggalkan, vibra Jamie Foxx tetap terasa kuat. Ditambah dengan unsur-unsur yang kami sebutkan barusan, permainan emosi Jamie Foxx jadi luar biasa kuat. Tak heran ia masuk nominasi Screen Actors Guild. Meskipun kami heran di awal tapi jadi jelas setelah selesai menonton film, kenapa ia tak masuk Oscar. 

Tapi bagi kami, capaian Jamie Foxx dan Michael B. Jordan standar saja. Tak ada yang mengejutkan dan sangat spesial. Bahkan terkesan biasa saja. Bahkan lagi, di awal, kami berencana untuk tak menuliskan acting review tentang film ini karena melihat tak ada yang spesial dari Michael B. Jordan atau Jamie Foxx. Tapi kami bertahan karena 1 hal yakni Brie Larson. Bukan karena kecantikannya tentunya, tapi karena porsinya yang sedikit, tapi permainannya yang sama bagusnya dengan yang mendapatkan porsi besar. 

Just Mercy, Peran Besar dan Kecil yang Sama Bagusnya

Ini yang ingin kami highlight dari artikel ini sebenarnya. Bukan permainan Jamie Foxx atau Michael B. Jordan. Tapi bagaimana para aktor dengan peran kecil berhasil menunjukkan taji mereka, bahkan lebih baik dari si peran besar. 

Peran kecil yang pertama, yang menurut kami berhasil “mengungguli” Michael B. Jordan dan Jamie Foxx adalah Brie Larson. Kami melihat ciptaan yang cukup detail. Warna suara Brie berubah, aksen dan tempo bicaranya pun berubah. Fisiknya, terutama rambut, juga berubah. Meski Brie tak memiliki porsi adegan dengan emosi intens yang cukup banyak, tapi kehadiran Brie berhasil mengungguli peran besar lain dalam beberapa aspek. 

 

 

Selain Brie Larson, ada juga Darrell Britt-Gibson yang menjadi tokoh Darnell Houston, teman dari anaknya Johnny D. Ia malah hanya punya kemunculan yang sangat sedikit. Tak lebih dari 4 scene sepertinya. Tapi ia berhasil menunjukkan permainan emosi yang menarik. Ia memang tak memiliki capaian fisiologis sebaik Brie Larson dan Jamie Foxx, tapi permainan emosinya berhasil menyamai kualitas dan pencapaian Jamie Foxx dan Michael B. Jordan. 

Kalian bisa melihatnya di 2 adegan. Pertama saat Darnell berbincang dengan Bryan Stevenson di ruang tamu dan akhirnya mau membuat sebuah testimoni. Di adegan itu kami bisa melihat perjalanan emosi yang menarik dan sesuai porsi. Ada ketakutan besar yang jadi gejolak dalam dirinya. Ia berhasil menunjukkan dengan porsi yang sesuai. Darrell seperti tahu bahwa adegan itu adalah “panggungnya”, jadi ia harus memaksimalkannya. Tapi, ia tak mau berlebihan. Ia hanya mau sesuai porsi. Dan itu yang terjadi. Ia bermain sesuai porsi. 

Adegan lain yang dilakukan oleh Darrell adalah ketika ia dikeluarkan oleh Bryan Stevenson dari penjara dan keduanya berbincang di dalam mobil. Kami bisa melihat permainan emosi yang menarik. Sejarah tokoh dan dimensi tokoh dijalankan selaras dengan emosi yang ada di peristiwa tersebut. Ingat, tokoh ini sedari awal sangat takut akan polisi. Ia takut ditangkap sehingga awalnya ragu untuk ikut andil dalam upaya pembebasan Johnny D. Tapi ia memberanikan diri. Lalu ketika ketakutannya jadi kenyataan, maka gejolak yang ada di pikiran dan perasaannya tentu akan jadi sangat besar. Itulah yang ditunjukkan Darrell dengan porsi dan laju yang tepat.   

Aktor dengan peran kecil lainnya adalah anak Johnny D. Praktis kami hanya melihat permainan emosi yang menarik dari John McMillan, yang diperankan oleh C.J. LeBlanc sekali. Hal itu terjadi di adegan ketika pengadilan memutuskan untuk menolak mosi terdakwa dari ayahnya. Kita bisa melihat permainan emosi yang intens, dan yang lebih menarik dari permainan emosi LeBlanc adalah relevansi emosi yang sedang terjadi di dirinya dengan tempat terjadinya emosi tersebut yakni di sebuah pengadilan dimana polisi dimana-mana dan ia beresiko akan ditangkap. Kita bisa melihat permainan mata yang menarik, ketakutan yang muncul sesekali tapi berusaha diterobos, hingga kemarahan yang besar bercampur rasa takut yang sudah tak mau dipikirkan lagi. 

 

 

Terakhir, pemain dengan porsi kecil atau peran kecil yang memiliki capaian menarik adalah Tim Blake Nelson yang berperan menjadi Ralph Myers. Kami melihat ciptaan yang bahkan mendekati tokoh aslinya. Dekat sekali. Jika analoginya dalam angka, dan tokoh aslinya ada di angka 10, maka ciptaan Nelson ada di angka 9. Kita bisa melihat bentuk mulut yang berubah, aksen yang diubah, cara memainkan mata yang mengikuti tokoh aslinya, bahkan caranya memainkan pundak dan torso yang berusaha dibuat semirip mungkin dengan tokoh aslinya. 

Bagi kami, melihat capaian Tim Blake Nelson, ia adalah yang terbaik, bahkan lebih baik, dari Jamie Foxx dalam soal penciptaan di film Just Mercy. Sayang saja, porsinya tak sebanyak Jamie Foxx. Tokoh Ralph Myers pun memiliki porsi permainan emosi yang intens dan berhasil ia gunakan dengan baik. Jadi, dimensi fisiologisnya berhasil diciptakan, dan permainan emosinya juga sukses. Capaian yang lengkap untuk seorang aktor yang hanya mendapatkan peran kecil. 

Dari Just Mercy kami belajar. Tidak penting peran besar atau kecil, yang terpenting adalah bagaimana kamu menjalani peran tersebut dengan serius. 

Terima kasih, viva aktor!

About The Author