A Copy of My Mind; Sederhana
A Copy of My Mind adalah salah satu film Joko anwar yang mencuri perhatian di tahun perilisannya. Ada banyak penghargaan yang didapatkan film ini. Bahkan beberapa di antaranya adalah penghargaan aktris terbaik. Penghargaan tersebut membuat kami penasaran dengan capaian para pemainnya. Alhasil, kami pun menonton film berdurasi 1 jam 58 menit ini. Hasilnya:
A Copy of My Mind itu Sederhana
Ya, nyatanya cuma satu kata yang kami bisa dapatkan untuk mewakili keseluruhan permainan para aktor di A Copy of My Mind. Tara Basro yang berperan sebagai Sari, lalu Chico Jericho yang menjadi Alek, dan beberapa pemain lainnya bermain sederhana saja.
Tara Basro misalnya, yang berperan sebagai seorang tukang pijat. Kami bisa melihat capaian yang menarik pada permainan tangan ketika ia memijat. Tidak ada gerakan tangan yang canggung atau asing sama sekali ketika memijat. Meski tidak ada informasi yang bisa kami dapatkan tentang apakah ia benar-benar belajar memijat atau tidak, Tara berhasil menunjukkan tangan yang cukup lihai seperti para pemijat dengan pengalaman satu setengah tahun. Sejauh ini informasi yang bisa kami dapatkan adalah ia mengunjungi salon saja beberapa kali. Soal mendapatkan pelatihan memijat atau semacamnya, tidak ada informasi.
Selain soal penguasaan laku tubuhnya sebagai tukang pijat, Tara Basro juga berhasil bermain sederhana dengan menjalankan respon yang “in the moment”. Tara mendengarkan kawan mainnya dengan baik, meskipun kawan mainnya hanya sekedar ekstras dengan dialog. Misalnya di adegan ketika pegawai toko elektronik menawarkan televisi padanya. Kita bisa melihat Tara mendengarkan dengan baik kawan mainnya dan menjalankan pikirannya sesuai dengan kondisi sosiologis si tokoh. Sekedar pengingat, sebelum menuju ke adegan tersebut kita sudah disuguhi Sari yang “miskin”, dan ketika Tara merespon pegawai toko elektronik dengan cara seperti itu, kita bisa menyebut lakunya relevan.
Ada beberapa layer emosi yang terjadi. Di layer pertama, yang terlihat oleh si pegawai, terlihat Tara mengendalikan layer kedua, yang menjadi emosi sebenarnya. Senyum yang muncul di adegan tersebut menurut kami adalah ejawantah dari emosi sebenarnya. Dimana senyum itu adalah hasil pikiran dan perasaan yang merespon betapa konyolnya si pegawai toko elektronik ini menawarinya home theatre dengan harga jutaan sementara mungkin gaji si pegawai tokoh elektronik itu jauh lebih besar dari gaji Sari. Permainan emosi berlayer itu menarik dan sederhana.
Tara juga berhasil menunjukkan perjalanan pikiran dan perasaan yang sesuai “bit”. Perhatikan adegan ketika Tara menonton film setelah memasak mie instan. Kita bisa melihat ia mengubah moodnya di momen yang tepat. Sari mengubah mood karena translasi yang amburadul. Kenapa kami bilang ia mengubah mood di momen yang tepat? Translasi yang buruk itu mungkin baru terlihat atau baru disadari oleh Sari ketika film sudah berjalan beberapa menit.
Adegan dengan respon yang tepat sesuai dengan “bit” juga terjadi saat Sari menemui bosnya, Bandi untuk meminta langsung menangani klien tanpa pelatihan lagi. Di adegan tersebut Tara mendengarkan dengan baik, merespon dengan tepat, dan hampir selalu “in the moment”. Hasilnya, permainan pikiran dan perasaan Tara di adegan tersebut cukup dinamis.
Lalu bagaimana dengan Chico dan pemain yang lain di A Copy of My Mind? Chico dan pemain yang lain kurang lebih memiliki capaian yang sama dengan apa yang sudah kami sebutkan pada permainan Tara Basro. Mereka semua bermain sederhana.
Soal adegan “menantang”, tak penting buat kami. Sementara untuk capaian yang lain seperti dimensi fisiologis, kecenderungan permainan yang mungkin sama dengan si aktor di kehidupan nyata atau di film sebelumnya, kami no comment.