Perempuan Tanah Jahanam Flash Review; Level yang Lain
Menonton film-film Joko Anwar selalu menyenangkan. Dalam sudut pandang cerita, pemilihan gambar, cara membangun dramatik, dan hampir semuanya, menyenangkan. Kecuali untuk permainan para aktornya. Kami tak selalu mendapatkan kesan “menyenangkan” pada bagian itu. Film Perempuan Tanah Jahanam salah satunya.
Flash Review kali ini akan sedikit membahas bagaimana impresi kami setelah menonton film ini dan bagaimana impresi kami setelah melihat permainan para pemain Perempuan Tanah Jahanam. Tenang, tulisan ini bebas spoiler.
Perempuan Tanah Jahanam, Level yang Baru
Tentu saja. Perempuan Tanah Jahanam berhasil meletakkan film horor pada kualitas yang baru. Film ini seperti tak lagi menggunakan banyak “senjata” yang biasa film horor pakai untuk membuat penonton takut. Bagi kalian yang sudah menonton, pasti mendapatkan kesan yang sama. Bahkan, dalam film ini hampir tidak ada jumpscare seperti kebanyakan film horor lainnya. Kalau ia tak memakai “senjata” yang biasa dipakai oleh kebanyakan film horor, lalu apa yang membuat film ini ada di “Level yang Baru”?
Kami menduga; Hal pertama yang membuat film ini ada di Level yang Baru adalah kekuatan ceritanya. Jika diperhatikan betul, cerita dalam film ini memiliki tulang punggung yang luar biasa kuat. Hampir tidak ada satupun peristiwa penting dalam film ini yang janggal. Kedua, sepertinya Joko Anwar benar-benar memikirkan setiap detail dalam film ini. Bahkan adegan-adegan yang hanya selintas lalu berhasil ia pakai sebagai pendukung cerita dan memperkuat intensitas cerita. Sehingga ceritanya menjadi rapat, rekat dan kuat. Ketiga, komposisi pemain. Kalau dalam hal ini, kami mendukung, sekaligus menyayangkan. Kenapa?
Kenapa Begitu Terus Mainnya, Tara?
Yes! Pada poin ketiga soal komposisi pemain, kami menangkap hal aneh yang disayangkan. Salah satu yang menurut kami paling aneh adalah bagaimana Joko Anwar seperti membuat Tara Basro selalu ada di tokoh yang sama. Bahkan persis! Atau bahasa yang agak awam adalah typical cast.
Iya benar bahwa Joko Anwar memikirkan komposisi pemain dengan sangat apik. Ia layaknya seorang pelatih sepak bola yang memilih susunan pemain agar bisa menang. Tapi yang disayangkan adalah Joko Anwar seperti tidak memberikan kesempatan pada beberapa pemainnya untuk bereksplorasi menciptakan tokoh. Ada dua hal yang mungkin terjadi. Pertama karena memang Joko Anwar menginginkan si aktor berlaku seperti apa yang dia mau, dimana akhirnya ia jadi Sutradara Sentris. Atau yang kedua, si aktor memang tidak memiliki kemampuan untuk mengeksplorasi tokoh yang diberikan padanya.
Salah satu yang menurut kami paling kelihatan “dikendalikan” adalah Tara Basro. Kenapa kami bisa bilang begitu? Ini bukan film pertama Tara Basro bersama Joko Anwar. Dan Kami melihat bentuk yang selalu sama di setiap film. Pada permainan Tara Basro di film Perempuan Tanah Jahanam, kalian akan melihat bentuk yang persis seperti ia di film-filmnya yang lain. Sama sekali tidak ada bedanya. Tara jadi seperti muncul tanpa capaian apapun kecuali pembawaan karakter dan permainan emosi. Dimana kalau kami menggunakan prinsip keaktoran yang ideal, permainan emosinya pada tiap film pun sama persis. Caranya membangun ketakutan, cara membangun emosi senang, sedih, dan lain sebagainya sama. Kenapa?
Apa yang terjadi, Tara? Apakah tidak ada ruang untuk mencipta? Atau kebingungan harus mencipta tokoh seperti apa? Atau, apakah sekarang Tara Basro sedang terjebak pada satu capaian yang itu melulu?
Untuk pemain lain, kami hanya melihat permainan yang kuat dari Teuku Rifnu, Christine Hakim, dan sedikit pada Asmara Abigail. Untuk pemain lain, kami tak mendapati capaian yang “menyenangkan”. Apa persoalannya? Apakah dalam sudut pandang aktor-aktor ini akting adalah memainkan emosi saja? Bukan menciptakan manusia baru yang utuh? Apakah dalam sudut pandang mereka, Stanislavski, Lee Strasberg, Stella Adler, Sanford Meisner, Suyatna Anirun, WS Rendra, Teguh Karya, dan tokoh keaktoran lain itu salah? What’s going on with you guys!?
Huft! Mohon maaf jika kami sangat emosional. Tapi itu yang kami dapatkan setelah melihat permainan para aktornya. Tak dipungkiri, sebagai sebuah film, dan melihatnya secara utuh, kalian harus menonton Perempuan Tanah Jahanam. Tapi untuk permainan para aktornya, mereka benar-benar Jahanam in a good and a bad ways.
Terima kasih, viva aktor!