[Flash Review] Teman Tapi Menikah 2: Film yang Baik Ditonton Sebelum Menikah
Teman Tapi Menikah 2 sudah rilis sejak beberapa hari yang lalu. Kami baru punya waktu menonton film ini. Ada banyak film yang semestinya kami tonton, tapi apalah daya ada beberapa hal yang membuat kami tak bisa menonton semuanya. Teman Tapi Menikah 2 adalah sekuel dari Teman Tapi Menikah. Di film ini peran Ayudia yang sebelumnya dimainkan oleh Vanesha Prescilla digantikan oleh Mawar De Jong.
Karena ini flash review, maka kita akan membahas sedikit tentang bagaimana kesan setelah menonton film ini dan tentunya permainan para cast nya. Tenang, tidak ada spoiler di flash review. Aman dibaca sampai akhir. Jadi bagaimana film dan permainan para cast? Berikut pembahasannya:
Teman Tapi Menikah 2, Pengetahuan Pra Nikah yang Bagus
Kesan pertama yang kami dapatkan setelah menonton film ini adalah Teman Tapi Menikah 2 cocok sekali dijadikan pengetahuan sebelum menikah. Bahkan, setelah menikah dan sebelum punya anak, film ini cocok untuk dijadikan referensi, kira-kira akan bagaimana kondisi saat sudah menikah dan istri hamil anak pertama.
Rako Prijanto sebagai sutradara berhasil menyusun informasi-informasi penting ketika seseorang menghadapi kehamilan pertama. Ia meletakkannya pada peristiwa yang tepat dan porsi yang tepat. Siapapun yang menonton ini tidak akan merasa tergurui. Kita (mungkin juga kalian) akan dibuat merasakan peristiwa dulu, menikmati emosinya, lalu baru mengambil pelajarannya. Jadi bukan informasi dulu yang disampaikan, tapi emosi terlebih dahulu dan informasi jadi semacam efek dari adegan tersebut.
Dalam sudut pandang kami, film ini punya tempo yang terbilang cepat. Konflik-konflik yang muncul tidak rumit dan panjang. Konflik yang dimunculkan pendek-pendek tapi cukup sering. Kami rasa pemilihan peletakan konflik ini membuat Teman Tapi Menikah 2 terasa tidak terlalu dramatis. Film ini dalam bahasa kami “manusiawi”.
Ketika menonton nanti, kalian mungkin akan menemui beberapa persoalan teknis, tapi itu tak akan muncul di keseluruhan film. Porsinya tak lebih banyak dari pada hal-hal menyenangkan yang ada di film ini.
Janggal Di Awal, Menarik Di Akhir
Lalu bagaimana dengan permainan Mawar De Jongh dan Adipati Dolken? Kami merasa di bagian awal film Adipati dan Mawar bermain agak janggal. Maksud janggal pertama ada pada bagaimana mereka menjalankan respon yang bisa kalian dengarkan dari pilihan nada, tempo, dan dinamika dialog. Bahkan pada cara mengucapkan dialog di beberapa adegan terasa textbook atau bau kertas. Kejanggalan berikutnya adalah soal chemistry keduanya. Kami merasa di awal chemistry Adipati dan Mawar tak sangat dekat. Bahkan ketika tokoh mereka sudah bersahabat lama dan kehidupan pernikahan adalah hal baru. Sejarah kedekatan tokoh ini seperti dimulai dari nol. Kejanggalan berikutnya ada pada respon mereka. Kami merasa responnya tak hidup. Terkesan dihitung dan tidak dijalankan selaras pikiran dan perasaan si tokoh.
Tapi persoalan chemistry itu sirna di bagian akhir. Pada bagian akhir kami mendengar respon-respon yang lebih hidup dan berjalan sesuai pikiran dan perasaan si tokoh. Permainan ansambel keduanya juga jadi lebih hidup di bagian-bagian menjelang akhir film. Tempo, dinamika, dan nada dialog yang sebelumnya terasa textbook hampir tak terdengar bau kertas lagi.
Sebenarnya jika kami melihat lebih rinci, tak ada yang sangat mengejutkan dari permainan keduanya. Misalnya pada aspek fisiologis dan kenyataan bahwa mereka sedang memerankan tokoh yang benar-benar ada di dunia nyata atau biopic. Tapi jika aspek itu kami singkirkan sebentar, maka kami sarankan kalian menonton film ini sampai akhir untuk melihat bagaimana di akhir, baik Adipati atau Mawar bermain lebih hidup dari sebelumnya.