[Flash Review] NKCTHI; Tokoh-tokoh yang Kompleks
Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, atau selanjutnya akan kita sebut NKCTHI adalah film karya Angga Sasongko yang baru rilis tanggal 2 Januari 2020 lalu. Film ini menceritakan… ehm… apa ya? Terlalu biasa kalau kami menyebutkan sinopsis di awal. Nanti jadi seperti media kebanyakan. Kalau mau tau ceritanya mendingan nonton aja.
Seperti judul artikel ini, kita akan membuat sebuah review singkat tentang film dan keaktorannya. Tenang, flash review ini selalu bebas spoiler. Kami harus mengatakan itu berulang karena siapa tahu ada pembaca yang baru tahu tentang Flash Review.
Jadi, seperti apa NKCTHI?
NKCTHI, Belajar Berdamai
Film ini adalah salah satu film yang menurut kami memiliki cara bertutur yang sederhana tapi bisa menyampaikan pesannya dengan tepat sasaran. Secara garis besar, dari apa yang kami tangkap (kami bisa salah dan berbeda dari kalian yang membaca) adalah bagaimana seseorang seharusnya belajar berdamai dengan apapun yang sudah, akan, dan sedang mereka hadapi. Apapun itu, entah kesedihan, ketakutan, bahkan kebahagiaan. Penggunaan lagu Hindia yang berjudul Secukupnya kami rasa mewakili pesan itu.
Kembali lagi soal pada cara bertutur yang sederhana, meski sederhana film ini disusun dengan dramatik yang rapat. Di awal film, kalian akan dibuat nyaman dengan beberapa kejanggalan kecil. Bahkan saking nyamannya, kalian mungkin tidak akan merasa ada kejanggalan. Kejanggalan itu juga begitu kecil sehingga tidak akan bisa terbaca kalau kalian tak memperhatikannya dengan baik. Kejanggalan-kejanggalan itu adalah kunci untuk memahami bagaimana film ini berjalan. Kami sempat bertanya di pertengahan film, “Mau dibawa kemana film ini?” Tapi sejurus kami bertanya, jawaban seketika muncul dan semua kejanggalan yang sudah hadir sejak awal film membantu kami menjawab kemana arah film ini sebenarnya.
Kejanggalan itu juga membantu membentuk spektakel yang menarik dari dramatik film NKCTHI. Jika kami gambarkan dengan bentuk curva, maka NKCTHI akan naik perlahan sekali dan pada satu titik ia akan melonjak sedikit ke atas, membuka banyak misteri dan selanjutnya seperti kebanyakan film, solusi akan hadir. Solusi-solusi untuk semua persoalan dalam film ini pun kami rasa disampaikan dengan sederhana dan bahkan kontennya pun sederhana. Awalnya kami mengira kalau Angga akan membuat cara menyelesaikan film ini begitu kompleks dan rumit. Nyatanya tidak. Soal bagaimana bentuk penyelesaian dari setiap masalah di film ini kalian harus menontonnya. Kami tak mau mengatakan seperti apa bentuknya.
NKTCHI memang membuat kita belajar berdamai. Tapi bukan dengan cara yang rumit. Sederhana saja, tapi tepat sasaran.
Tokoh-tokoh yang Kompleks
Jika pada banyak film Indonesia yang kami tonton salah satu alasannya adalah ingin melihat atau penasaran pada capaian keaktoran tiap pemainnya, film ini berbeda. Soal pemain tak kami jadikan alasan menonton film ini. Sederhana saja, dari trailer yang kami lihat, kami menduga tidak akan ada capaian yang mengejutkan. Dan ya, kami benar. Tak ada capaian yang signifikan, lengkap dan mengejutkan. Mari bersepakat terlebih dahulu soal capaian keaktoran (Tak bersepakat juga tak masalah, woles aje) tapi dengarkan ini. Dalam keaktoran, tiap aktor dituntut bukan hanya sekedar menyampaikan pesan saja. Tapi ia juga harus menjadi manusia yang lain. Mereka harus menciptakan tiap aspek dalam tokoh yang dimainkannya. Bukan satu atau dua aspek saja. Dan dalam tokoh ada banyak aspek. Atau setidaknya, jika disederhanakan, akan ada 3 aspek yakni Fisiologis, Sosiologis, dan Psikologis dimana ketiganya bertautan.
Dengan bersepakat pada prinsip itu, kami tak bisa bicara banyak soal keaktorannya. Karena misalnya, dalam soal capaian aspek fisiologis, kami tak menemukan apapun. Rio Dewanto, Donny Damara, Sheila Dara, Rachel Amanda, Oka Antara dan Niken Anjani tak memiliki capaian pada aspek fisiologis yang signifikan jika mengatakan tidak ada sama sekali terlalu kasar.
Tapi pada permainan emosi, tentu mereka memiliki capaian yang menarik. Rio Dewanto misalnya. Kami rasa ia bermain “dewasa” dalam aspek emosi. Ia bisa dengan baik bermain pengendalian emosi. Rio seperti paham bahwa tokohnya tidak mungkin memiliki satu emosi yang sama, bahkan ketika ada di satu adegan yang sama. Sederhananya permainan emosi Rio Dewanto dinamis, relevan, dan tumbuh dengan tepat. Begitu juga dengan pemain lain seperti Rachel Amanda, Sheila Dara atau Oka Antara. Tapi sayang, cara menyampaikan emosinya sama seperti mereka di film mereka yang lain. Tak ada yang mengejutkan.
Kenapa kami cerewet sekali soal cara menyampaikan emosi yang berbeda? Sederhana saja. Meski film ini “sederhana”, tapi tidak dengan tokoh-tokohnya. Semua tokoh di film ini kompleks. Mereka memiliki sejarah yang luar biasa rumit. Nah, kami merasa, dengan tingkat kompleksitas yang tinggi pada tiap tokoh yang mereka mainkan, seharusnya ada sebuah kesadaran pada diri aktor bahwa tingkat kompleksitas yang tinggi itu mempengaruhi cara mereka menjalankan emosi dan membuat bentuk dari emosi itu sendiri. Kita akan bahas lebih dalam di acting review. Acting review akan kita rilis setidaknya sampai film ini turun layar untuk menghormati para pembuatnya karena acting review akan penuh dengan spoiler.
Secara keseluruhan film ini menarik. Ia dibungkus dengan sederhana, tapi sekaligus kompleks. Ijinkan kami menganalogikan film ini dengan sebungkus nasi padang yang di dalamnya ada jengkol balado, rendang yang dimasak berhari-hari sampai sangat empuk, sayur yang masih segar, sambal ijo dengan sedikit bumbu gulai yang tak sengaja terjatuh, dan sebuah batu kecil karena nasi yang dimasak tidak dicuci dengan bersih sempurna. Luarnya nampak sederhana, tapi di dalamnya tak sederhana sama sekali. Kompleks.