[Acting Review] Scent of a Woman; Dinamika yang Tak Terduga

Scent of a Woman

Jika kamu lebih suka mendengarkan daripada membaca, bisa mendengarkan versi Podcastnya DISINI.

Pernah dengar tentang film yang satu ini? Scent of a Woman adalah sebuah film yang dirilis pada tahun 1992. Film Scent of a Woman ini bercerita tentang seorang letnan kolonel buta yang ingin melakukan semua hal yang ia senangi, lalu bunuh diri. Kurang lebih begitu ceritanya. soal dia ditemani oleh anak muda untuk menghabiskan waktu di New York dan lain sebagainya itu adalah cerita yang lebih rinci. Tapi kita tidak akan membahas soal itu sekarang. Justru dalam film Scent of a Woman ini yang paling menarik untuk dibahas adalah permainan tokoh utamanya, yakni Al Pacino. Yups! Sekedar informasi saja, atau bahasa gaulnya FYI, Al Pacino berhasil meraih satu-satunya Oscar sepanjang karirnya dalam film ini. Setelah film Scent of a Woman ia tak meraih Oscar sama sekali. Bahkan masuk nominasi aja enggak! Tapi siapa peduli soal itu. Sekarang waktunya membahas ciptaan dan permainan Al Pacino sebagai tokoh Lieutenant Colonel Frank Slade atau setelahnya akan kita singkat Slade saja. Berikut ulasannya! Siapkan kopi, rokok, dan selamat membaca!

Nggak Sama, Tapi juga Nggak Beda

Pada menit pertama kemunculannya di Scent of a Woman, Al Pacino sebenarnya sudah memberikan tanda bahwa ia telah menciptakan sesuatu. Jika kalian perhatikan pada adegan pertama ketika Charlie Simms diantarkan keponakan Slade ke tempat tinggalnya, kita sudah diperkenalkan dengan tokoh melalui suaranya. Dari suara itu, kami sudah bisa mendengar perubahan yang (berubah memang) tapi tidak sangat signifikan. Kenapa bisa begitu? Coba dengarkan baik-baik suara yang diciptakan oleh Al Pacino dalam tokoh Frank Slade, lalu bandingkan dengan suara Al Pacino yang asli. Coba dengarkan video interview tahun 1993 ini;

 

https://youtu.be/_lCQCUtFv38?t=228

 

 

Video itu terjadi tahun 1993, kurang lebih setelah proses shooting Scent of a Woman. Poin yang perlu kalian perhatikan adalah pada bagian suaranya yang agak serak. Lalu coba dengarkan suara ciptaan Al Pacino di Frank Slade;

 

 

 

Suara yang serak dari Al Pacino dan Frank Slade terasa sama. Itulah yang membuat kami tidak bisa berkata kalau suara ciptaan Al Pacino di Scent of a Woman berbeda secara signifikan dengan suara aslinya. Tapi kami juga tidak bisa mengatakan bahwa kedua suara itu sama. Karena pada beberapa titik yang lain, suara mereka berbeda. Tapi kesamaan suara yang sedikit itu mungkin tidak akan begitu kalian perhatikan karena aksen yang diciptakan oleh Pacino. Ya, aksen dalam tokoh Frank Slade ini sangat berbeda dengan aksen Al Pacino yang asli. Tidak berhenti pada bagian aksen saja, tapi pada dinamika dialognya serta nada-nada yang keluar dari setiap dialog yang diucapkannya. Hal itu membuat titik suara yang terasa sama, jadi tidak terlalu penting lagi.

Tapi ada masalah lain yang kami temukan dari dinamika dan nada dialog yang dimainkan oleh Al Pacino. Dalam beberapa adegan, nada yang dimainkan Al Pacino sama. Hal itu membuat permainan nada Al Pacino pada beberapa titik terasa monoton dan bahkan membosankan. Ini jika kami melihat hanya dari bagian permainan nada dialognya saja. Apalagi dengan film yang berdurasi lebih dari 2 setengah jam. Alunan nada dialog yang kebanyakan sama, membuat permainan Al Pacino dalam bagian ini terasa monoton.  

Pada bagian permainan dialog dan penciptaan suara, itulah yang kami temukan. Kami secara sederhana tidak bisa mengatakan apa yang diciptakan Al Pacino pada bagian itu menarik, tapi juga tidak bisa bilang tidak menarik. Meskipun ada beberapa ketidak beresan yang kami tangkap, pada bagian lain Al Pacino berhasil menciptakan tokoh ini dengan gemilang. Salah satunya adalah bagaimana Al Pacino berhasil menghidupkan kebutaan pada tokoh ini.

Kebutaan yang Hidup

Mungkin inilah yang menjadi perhatian banyak orang ketika menonton film Scent of a Woman. Al Pacino berhasil membuat hidup kebutaan itu. Tak dipungkiri, kebutaan yang diciptakan Al Pacino terasa sangat hidup. Pada adegan pertama kemunculannya saja, ketika ia duduk di kursi. Kami bisa melihat kebutaan yang sangat jelas dari bagaimana ia bermain tangan, bagaimana tangannya meraba ujung gelas, dan lain sebagainya. Pada bagian pertama ini, Al Pacino berhasil memunculkan gesture-gesture baik besar atau kecil sebagai penanda bahwa ia buta dengan sangat stabil. Hampir tiap detik berjalannya adegan ini, kami mendapatkan semua informasi bahwa ia buta.  

Soal kebutaan yang hidup ini, tidak hanya pada adegan pertama saja, selama film berjalan, kami terus disuguhi gesture baik kecil atau besar yang sangat konsisten membawakan pesan bahwa ia buta. gesture -gesture itu yang membuat kebutaan tokoh Frank Slade ini terus hidup. Sehingga sepanjang film, kami tidak bisa melihat celah kalau Al Pacino hanya “pura-pura” buta.

 

 

Sekedar informasi, ternyata selama proses shooting film ini, Al Pacino sangat jarang mengedipkan matanya baik saat take atau ketika berada di luar take. Bahkan beberapa rumor mengatakan bahwa setelah film ini selesai shooting, Al Pacino harus datang ke dokter untuk memperbaiki penglihatannya yang katanya buta temporer. Entah benar atau tidak, kebutaan yang diciptakan Al Pacino membuat kami yakin bahwa hal itu mungkin saja terjadi.

Gesture-gesture yang diciptakan Al Pacino terasa sangat hidup. Gesture yang muncul sesuai dengan emosi yang sedang berjalan. Jadi ia tidak asal “raba saja, kan buta, pakek tangan liatnya”. Ia tidak asal begitu. Tapi semua operasi yang terjadi baik di dalam ataupun di luar saling mempengaruhi satu sama lain. Misalnya pada adegan terakhir, ketika ia sedang berpidato untuk menyelamatkan Charlie, pada saat sebelum ia berdiri dari tempat duduk, kami bisa melihat rabaan tangan yang lain jika dibandingkan dengan rabaan tangan di adegan-adegan sebelumnya. Rabaan tangan itu seperti membawa emosi Frank Slade atas respon lawan mainnya.

Perjalanan Emosi dan “Hoo Hah” yang Menarik

Apalagi selain kebutaan yang menarik di film Scent of a Woman ini? Yups! Interjeksi “Hoo Hah” yang ikonik dan melegenda itulah yang menarik dan menjadi perbincangan di masanya dulu. Bahkan mungkin bukan hanya dulu, tapi sekarang juga interjeksi itu menjadi perbincangan banyak pihak. Sekedar informasi, Al Pacino menemukan interjeksi itu ketika ia sedang mencari tokoh dan observasi dengan seorang pensiunan tentara. Si pensiunan tentara itu setiap kali selesai merakit senjata selalu berteriak “Hoo Hah!” itulah yang membuat Al Pacino kemudian menggunakan interjeksi ini dalam tokohnya. Dimana interjeksi tersebut membuat si tokoh semakin hidup.

Tapi ada pertanyaan yang nyantol di benak kami. Kapan dan bagaimana “hoo hah” itu muncul? Sepanjang film Scent of a Woman kami mencoba mencari tangga emosi yang menuju ke keluarnya interjeksi “hoo hah” ini. Kami tidak bisa menemukan banyak, karena memang “Hoo Hah” itu muncul dengan bentuk, dan nada yang berbeda-beda. Hingga akhirnya kami mencoba menyimpulkan untuk sementara bahwa Hoo Hah hanyalah semacam ekspresi dari perasaan Slade, yang berpengaruh besar pada pikiran dan perasaannya. Kenapa begitu? Kami memperhatikan bahwa interjeksi itu hanya akan muncul ketika Slade benar-benar senang, atau benar-benar merasa bersalah atau sedih, atau merasa lega. Contohnya ketika ia berada di pesawat dan menerima minuman dari pramugari. Kita bisa melihat bahwa dalam adegan itu, Frank merasa sangat senang karena ia akhirnya bisa memulai perjalanannya melakukan apapun yang ia suka sebelum kemudian memutuskan bunuh diri.

 

Sementara ketika sedih, salah satu contohnya terjadi pada adegan di rumah, saat ia makan malam bersama keluarganya. Slade terlihat merasa bersalah dengan semua yang dikatakan keponakannya, Randy. “Hoo Hah” yang muncul sesuai dengan emosi yang sedang berjalan. Tapi seperti yang kami bilang, tidak semua emosi menyebabkan “Hoo Hah” itu muncul. Hanya emosi-emosi yang benar-benar punya pengaruh besar pada perasaan dan pikiran si tokoh saja yang akan memunculkan interjeksi tersebut.

Lalu bagaimana dengan permainan emosi Al Pacino di Scent of a Woman ini? Bagaimana perjalanan emosi si tokoh? Apakah menarik? Jawabannya, tentu saja menarik, dan kenapa menarik? Sepanjang film, kami tidak bisa menduga kemana emosi Frank Slade akan menuju. Kalau perjalanan emosi Frank Slade ini diibaratkan seperti gelombang amplitudo, maka ia sangat naik turun. Tidak stabil naik dan tidak stabil turun. Bahkan pada beberapa emosi yang mungkin harusnya berjalan normal dari level 1 ke 2, 3, 4, dan seterusnya, dalam permainan Al Pacino di Scent of a Woman ini, kami disuguhi dinamika yang acak. Kadang emosinya ada di angka 8, lalu melorot ke angka 1, lalu kembali ke angka 7, dan begitu seterusnya. Pilihan Al Pacino yang seperti itu rasanya menjadi logis ketika kita tahu sedikit halaman nol si tokoh yang merupakan seorang letnan kolonel, bagaimana ia menjadi buta, dan bagaimana tabiatnya ketika masih bisa melihat (Kamu bisa mendapatkan informasi ini dari dialog Randy ketika di meja makan).

 

Salah satu contoh permainan emosi yang menarik dari Al Pacino dalam Scent of a Woman ini adalah ketika adegan makan bersama keluarga. Respon dan emosi yang dikeluarkan oleh Slade terasa agak aneh pada momen pertama kali melihatnya. Awalnya kami menduga bahwa ia menyusun emosinya secara terbalik. Analoginya seperti ini; seharusnya dari 1 naik ke 2, 3, 4, 5, 6, hingga titik tertinggi lalu meledak. Tapi yang terjadi sebaliknya, dari 9, turun ke 8, 7, 6, 5, hingga titik terendah lalu meledak. Ternyata setelah kami menonton berulang kali, kami sepakat bahwa bukan itu yang sepenuhnya terjadi pada operasional dalam dari Frank Slade. Atau setidaknya kami tahu kenapa dari angka 9 kemudian turun hingga titik terendah lalu meledak. Coba kalian perhatikan, di awal perbincangannya dengan Randy, semua gesture, dan nada, dipilih dengan bentuk yang besar dan tinggi. Lalu coba perhatikan ketika Randy mulai memanggil Charlie dengan panggilan Chuck. Gesture dan nada yang besar dan tinggi itu perlahan berubah. Ditambah dengan dialog Randy yang semakin memojokkan Slade, membuat gesture dan nada yang besar dan tinggi tadi tertekan menjadi semakin kecil. Kami beranggapan bahwa pikiran Slade saat itu memang merasa bersalah atas apa yang telah dilakukan dan terjadi padanya, bukan seperti ledakan yang mengecil tapi punya efek besar. Dalam bagian itu Frank Slade murni kalah. Lalu, mungkin jika Randy tak pernah memanggil Charlie dengan panggilan Chuck lagi, emosi Slade tidak akan meledak. Jadi, yang awalnya kami berpikir kalau kemarahan itu adalah karena “tidak terima” dengan perkataan Randy tentangnya, nyatanya bukan. Slade tidak terima dengan Randy yang memanggil Charlie dengan panggilan Chuck.

https://youtu.be/brC_CkLnw1E

 

 

Dalam adegan itu seperti ada dua kesadaran yang sedang berjalan di operasional dalam dari Frank Slade. Kesadaran pertama adalah kesadaran tentang betapa salah dan buruknya ia di mata Randy, dan kesadaran kedua adalah kesadaran “Jangan panggil Charlie dengan Chuck lagi”. 2 kesadaran itu bermain hampir bersamaan. Kesadaran pertama membawa Frank Slade pada gesture tubuh dan nada yang merendah dan merasa bersalah. Sementara Kesadaran “Jangan panggil Charlie dengan Chuck lagi” yang punya tombol on/off ketika nama Chuck terucap, menjadi pemantik ledakan yang terjadi pada adegan itu.

Mungkin kalau Frank Slade dialog, ia akan bilang “Kamu boleh merendahkanku, dan aku memang rendah dan banyak salah, tapi jangan berani-berani melecehkan Charlie! Dia nggak suka dipanggil Chuck! Ingat Itu!” Kira-kira begitu.     

Secara garis besar ciptaan dan permainan Al Pacino sangat menarik di film Scent of a Woman. Pertama soal kebutaannya yang berhasil ia bangun dengan baik, lalu soal dinamika emosi yang seolah acak tapi hidup, responnya yang genuine, hingga soal double kesadaran yang berjalan di adegan makan. Hampir semua ciptaan Al Pacino di film Scent of a Woman ini menarik. Meskipun ada satu dua kekurangan dalam ciptaannya, tapi itu tidak mempengaruhi capaiannya yang lain.

Kami masih sangat penasaran dengan bagaimana operasional dalam terjadi di tokoh ini. Kalau kalian, penasaran dengan adegan yang mana? Tinggalkan di kolom komentar ya!

Viva Aktor!  

About The Author