[Acting Review] Lincoln; Dimana Daniel Day-Lewis?
Jika kamu lebih suka mendengarkan daripada membaca, bisa mendengarkan versi Podcastnya DISINI.
Mungkin banyak dari kamu yang tidak mengenal Daniel Day-Lewis atau asing dengan nama itu. Terlebih lagi kalau kamu bukan orang yang sangat gila pada keaktoran dan film. Lumrah saja, karena aktor yang satu ini jumlah filmnya cukup sedikit jika dibandingkan aktor Hollywood lain yang terkenal seperti misalnya; Brad Pitt, Robert Downey Jr. atau aktor lain yang sangat akrab di telinga kalian. Tapi kalau bicara soal kualitas, hampir tidak ada yang bisa mengalahkannya. Salah satu buktinya adalah kenyataan bahwa ia merupakan aktor pertama dan satu-satunya sepanjang sejarah yang berhasil meraih Oscar untuk kategori Best Actor sebanyak 3 kali! Kalian tidak percaya? Coba cek! Jack Nicholson punya 3 Oscar, tapi 1 di antaranya adalah Supporting Actor.
Bukan cuma itu, Aktor kelahiran Irlandia ini bisa dibilang merupakan aktor paling gila dan paling konsisten dalam hal kualitas. Daniel Day-Lewis adalah “penganut” paham Method Acting, dan mungkin satu-satunya aktor yang sepanjang karirnya, konsisten menganut Method Acting. Pada hampir semua filmnya, ia selalu menggunakan metode tersebut, dimana menurut banyak aktor, metode itu adalah metode yang sangat merepotkan. Nah, salah satu film yang dimainkan Daniel Day-Lewis dan menggunakan Method Acting adalah Lincoln. Di film ini juga, ia berhasil meraih Oscar ketiganya.
Ada banyak film Daniel Day-Lewis yang menarik. Atau mungkin bisa dibilang hampir semua film Day-Lewis selalu menarik. Tapi kali ini kita akan coba membahas aktingnya di film Lincoln, film yang disutradarai oleh Stephen Spielberg. Dalam film ini Daniel bermain sebagai Lincoln, seorang presiden Amerika yang berhasil membuat undang-undang penghentian perbudakan. Kenapa permainan Daniel Day-Lewis menarik di film ini? Apa yang membuatnya menarik? Berikut pembahasannya. Selamat membaca!
Imaji Fisik Lincoln yang Menancap Kuat
Pada awal film, kami langsung disuguhi perubahan suara yang sangat berbeda dari Daniel di kehidupan nyata. Kami dibuat tercengang dengan perubahan suaranya yang luar biasa jauh meninggalkan Daniel yang asli. Kalau pada film-film sebelumnya yang kami review, kami menemukan base atau dasar suara yang sama, dalam suara Lincoln ciptaan Daniel ini kami tak menemukan itu. Kami sepenuhnya menemukan suara baru, suara Lincoln, yang kami sendiri tidak pernah mendengar seperti apa suara Lincoln. Tapi entah kenapa, kami yakin Lincoln bersuara seperti itu.
Sebelumnya, coba dengarkan dulu suara Lincoln ciptaan Daniel dan suara Daniel yang asli dan lihat perbedaannya.
Itu di adegan awal, lalu bandingkan dengan suara Daniel yang asli, interview ini diambil ketika shooting Lincoln selesai.
Kami biasanya mengambil interview sebelum film dibuat untuk melihat capaian penciptaan si aktor. Untuk yang satu ini, kami mencoba mengambil interview setelah film selesai dibuat untuk melihat apakah ada yang tertinggal dalam ciptaan Daniel di diri Daniel sendiri, karena kami hampir tidak menemukan celah penciptaan yang “seperti Daniel”. Kami juga hampir tidak menemukan kesamaan sama sekali dari dua suara itu. Kami bisa mengatakan bahwa suara Lincoln dan suara Daniel sudah jelas suara dua manusia yang berbeda. Hal yang membuat kami tercengang lagi adalah betapa kuatnya suara yang diciptakan Daniel mengimajinasikan sosok Lincoln. Sederhananya begini, tidak ada footage soal bagaimana Lincoln bersuara, tapi kita bisa membayangkan kalau suara Lincoln itu seperti apa yang diciptakan Daniel. Kenapa tidak ada footage suara Lincoln? Menurut pencarian kami, film atau perekaman suara baru hadir 12 tahun setelah ia meninggal. Sehingga tidak ada satu pun footage suara dari Lincoln.
Itu baru soal warna suara. Bagaimana dengan logat, nada, intonasi, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan suara. Apakah kami melihat ada Daniel Day-Lewis disana? Jawabannya tidak, tidak sama sekali. Dari nada kita sudah melihat perubahan yang signifikan. Nada yang diciptakan Daniel terasa lebih kalem dan berwibawa. Begitu juga pilihan intonasi dan logatnya. Dari sudut pandang suara saja, kami sudah menemukan kesempurnaan. Kami hampir tidak menemukan celah sama sekali.
Setelah bicara soal suara, kali ini kita melihat bagaimana kenampakan wajah dari tokoh Lincoln ciptaan Daniel. Dari wajahnya, kami melihat perubahan yang signifikan. Terima kasih untuk tim make up tentunya. Tapi sejauh informasi yang kami dapatkan, Daniel Day-Lewis tidak ingin memakai make up prosthetic, sehingga apa yang kita lihat di Lincoln adalah make up tipis. Kalau memang benar itu yang terjadi, maka Daniel lagi-lagi membuat kami tercengang. Ia berhasil menciptakan wajah Lincoln dengan sangat sempurna dan sangat dekat dengan Lincoln, sekaligus sangat jauh dari diri Daniel. Pada hampir semua gesture wajahnya, kami melihat penciptaan yang detail dan lengkap. Dari caranya mengernyitkan dahi, caranya menundukkan kepala, cara mulutnya membuka, cara matanya memandang, semuanya berbeda dari Daniel di luar film. Bahkan pada bibir bagian atas dimana awalnya kami menduga ada bentuk yang sama dengan Daniel di luar film, nyatanya kami tidak menemukan kesamaan itu. Lincoln dan Daniel benar-benar 2 manusia yang berbeda.
Selanjutnya pada caranya berdiri dan duduk. Dari caranya berdiri dan duduk, kami melihat susunan tubuh yang berbeda dari Daniel di luar film. Dari caranya berdiri dulu. Kami melihat cara berdiri, dan bentuk tubuh ketika berdiri yang sangat berbeda. Bentuk tubuh Lincoln ketika berdiri terlihat cukup bungkuk. Kita bisa melihat kesan ringkih dalam bentuk tersebut dan sekaligus melihat bentuk yang “ringkih yang kokoh”. Bentuk tubuh Lincoln seperti benar-benar hidup dan solid. Sepanjang film kami tidak melihat kebocoran akting dalam permainan Daniel. Mungkin ini adalah salah satu efek dari method acting, dimana dalam pelaksanaan kerjanya sebagai aktor, Daniel tidak pernah keluar dari tokoh Lincoln sampai film selesai!
Setelah caranya berdiri dan posisi ketika ia berdiri, kita juga bisa melihat posisi duduk yang berbeda dan terasa diciptakan. Jika merujuk pada posisi tubuh ketika ia berdiri, lalu menarik garis hubung dengan posisi duduknya, maka kita bisa melihat konsistensi dalam ciptaan Daniel. Ketika berdiri, tokoh ini terlihat bungkuk di bagian pundak agak sedikit ke bawah. Ketika duduk, bagian itu juga masih stabil dengan kebungkukannya. Kalau kalian perhatikan, dalam posisi duduk apapun, bagian punuk, kalau kami boleh menyebutkan begitu, selalu pada posisi yang hampir sama. Sepertinya Daniel juga mencari tokoh ini secara anatomi untuk melihat susunan tulang si tokoh. Kalau itu benar-benar dilakukan, tidak ada kata lain selain GILA untuk aktor yang satu ini.
Emosi Lincoln yang Hidup dan Solid
Kita sudah membahas sedikit soal capaian fisik, dimana kalau kami disuruh memberikan nilai, kami akan memberikan nilai 10 dari 10 untuk ciptaan fisik Daniel atas tokoh Lincoln. Kenapa? Karena kami menemukan tingkat detail yang tinggi. Bukan cuma detail, tapi juga sangat konsisten dan sangat berbeda dari Daniel di kehidupan nyata! Bentuk tubuh yang diciptakan oleh Daniel terlihat sangat kokoh, solid, konsisten, dan melompat jauh dari diri Daniel Day-Lewis sebagai aktor. Lalu bagaimana dengan permainan emosinya? Apakah sebagus penciptaan fisiknya?
Setelah fisik yang sudah sempurna, kami dibuat tercengang lagi dengan permainan emosi yang menarik dari Daniel di banyak adegan. Misalnya pada adegan ketika ia rapat dengan kabinetnya yang terjadi di sekitar menit ke-20.
https://youtu.be/wrSv3yUbmn4?t=1254
Pada adegan itu kita bisa melihat bahwa Lincoln sebenarnya marah pada anggota timnya karena mereka tidak sepenuhnya memberikan dukungan. Tapi caranya masuk ke lingkaran obrolan itu menarik. Ia masuk dengan nada yang justru tidak tinggi. Ia membukanya dengan dialog yang terbilang ringan sambil terus fokus pada pensil yang sedang ia raut. Tapi dari sana, kita bisa melihat Lincoln menyusun emosinya dengan sangat tenang. Hingga akhirnya ia menaikkan nadanya dan meledak. Ledakan yang hadir tidak sangat besar, nadanya tidak tinggi, tapi maksud dan tujuan dialog itu tersampaikan dengan baik, bukan hanya pada kami yang menonton, tapi juga pada lawan mainnya. Maksud dari dialog itu menancap tepat sasaran. Jika diperhatikan, pilihan nadanya ketika bicara, gerak wajahnya saat diam, tangannya yang sibuk, hingga akhirnya ia mengeluarkan suara, yang “mengendalikan” kerumunan itu, semuanya tepat.
Hal lain yang juga menarik dari adegan ini adalah bagaimana silent act yang dimainkan Daniel. Pada silent act tersebut, kami bisa melihat Lincoln yang sedang berpikir dengan cara Lincoln, dengan bentuk Lincoln, dan dengan intensitas Lincoln. Kami sepenuhnya disuguhi Lincoln secara rasa, bentuk fisik, hingga pikiran. Berdasarkan fakta yang kami dapatkan, ternyata memang dalam pencarian tokoh Lincoln ini, Daniel membaca semua buku dan tulisan Lincoln sampai buku yang bicara tentang Lincoln untuk benar-benar menancapkan cara berpikir Lincoln dan anggapan orang tentang Lincoln. Ada ratusan buku yang dibacanya untuk mendapatkan tokoh Lincoln. Jadi tidak heran kalau dari segi pikiran atau kita menyebutnya operasi dalam, tidak ada Daniel disana. Kita secara utuh melihat pikiran dan perasaan Lincoln yang sedang dijalankan oleh Lincoln.
Adegan lain yang juga menarik adalah saat Molly protes pada Lincoln karena mengijinkan anaknya, Robert pergi berperang .
Pada adegan itu, kita bisa melihat cara Lincoln marah yang sangat otentik. Bentuk tubuh dan gesture Lincoln yang kita bicarakan di atas tadi, secara konsisten muncul dengan emosi yang lain di adegan ini. Misalnya caranya memainkan tangan. Kami bisa melihat bentuk permainan tangan yang berbeda dari Daniel di luar film dan bahkan Daniel di film-film sebelumnya. Caranya mengendalikan emosi dan kesedihan ketika bicara soal kematian Willie, anaknya, pun menarik. Nada dan vibrasi tiap katanya sangat terasa. Daniel seperti benar-benar menyisipkan motivasi secara detail pada tiap kata yang diucapkannya. Sehingga setiap kata yang keluar dari mulutnya punya arti.
Lalu di adegan lain yang terjadi pada sekitar menit ke 70, yakni adegan ketika ia membaca surat jam 3.40 pagi. Surat tersebut berisi permohonan untuk membatalkan hukuman mati pada seseorang. Cara Daniel mengolah emosi Lincoln pada adegan tersebut terlihat dan terasa menarik. Kita bisa membaca bahwa Lincoln sejatinya ingin memaafkan si pelaku. Tapi ia tidak memaafkan si pelaku demi amandemen yang dicanangkannya. Kita bisa melihat gejolak perasaannya yang berisi kesedihan dan perasaan menyerah atas keadaan dari laku-laku Lincoln. Bahkan kita juga bisa melihat perasaan muak dari caranya menepuk kaki lawan mainnya. Kita seolah diberi tahu bahwa kemarahan Lincoln atas kondisi ini ada di tepukan tangannya. Lincoln seolah berkata lewat tepukan tangannya “Bangsat! Aku tidak bisa menyelamatkannya”. Tapi di sisi lain ia terlihat tidak marah.
Adegan lain yang juga sangat menarik terjadi di menit ke 104. Adegan itu adalah adegan rapat.
Pada adegan itu, kita bisa melihat ledakan yang sangat menarik dari emosi Lincoln. Ledakan itu dihantarkan dengan silent act yang sangat hidup. Kita bisa melihat gesture tubuh itu mulai dari ketika lawan mainnya meracau dan tidak setuju dengan idenya. Pikirannya yang mulai muak bisa kita lihat dari kediamannya. Hingga akhirnya ia menaikkan tangannya dengan tegangan yang juga bisa kita rasakan pada proses menaikkan tangan, hingga ia menggebrak meja. Bum! Emosi itu disusun dengan baik, detail, hidup, dan sangat menarik. Ledakan yang dihasilkan pun bukan ledakan yang besar dan bertubi-tubi. Tapi ledakan itu hanya muncul di awal, kemudian kita bisa melihat Lincoln berusaha mengendalikan pikiran dan perasaannya. Ia mulai meletakkan penekanan pada kata-kata dengan sangat tepat. Pengendalian emosi itu seperti juga berusaha menyampaikan pada penonton bahwa Lincoln memang tokoh bangsa yang punya kedewasaan berpikir dan mengendalikan perasaan. Kembali pada soal pengendalian emosi, kita juga melihat perjalanan emosi yang menarik. Dari awal ia meledak, kemudian mengatur ledakan emosinya, hingga saat dimana suaranya agak bergetar yang menandakan kondisi pikiran dan perasaannya yang sedang dalam kondisi sangat emosional.
Permainan emosi yang sangat menarik! Dan kenyataan yang membuatnya lebih menarik lagi adalah bahwa semua emosi itu dimainkan tetap dalam bentuk Lincoln! Tidak sedikitpun bentuk yang terlewat. Benar-benar konsisten.
Dimana Daniel Day-Lewis?
Setelah menonton film ini, pertanyaan yang muncul pertama kali di benak kami adalah “Dimana Daniel Day-Lewis ketika tokoh ini ia mainkan?” Kami melihat penciptaan tokoh yang sangat lengkap, detail, dan konsisten, baik dari segi permainan emosi, penciptaan fisik, perjalanan pikiran, dan semua hal yang menyusun si manusia. Hampir bisa dikatakan tidak ada celah sama sekali dalam ciptaan Daniel. Dari ujung kepala sampai ujung kaki semuanya Lincoln. Tidak ada Daniel yang tertinggal disana. Terlebih lagi selama proses shooting film Daniel sama sekali tak keluar dari tokohnya. Seperti yang diterangkan oleh Stephen Spielberg dan Sally Field bahwa keduanya baru melihat Daniel yang asli setelah film selesai. Lalu dimana Daniel yang asli selama film ini dibuat? Apakah ia hanya keluar dari tokoh ketika mau tidur dan bangun tidur? Atau dimana Daniel? Dimana kesadarannya sebagai aktor ketika ia bermain? Sejauh yang kami cari, tidak ada wawancara mengenai hal tersebut.
Tapi kami sedikit menyimpulkan berdasarkan pengetahuan yang kami punya, bahwa mungkin Daniel Day-Lewis ada di “atas” sedang memperhatikan permainannya tapi tidak berusaha mengoreksi permainannya. Di atas bukan berarti meninggal dan Daniel kesurupan Lincoln ketika memainkannya ya. Analoginya seperti ini, Daniel seperti sedang berada di atas langit, naik helikopter, melihat dari jauh tokoh Lincoln yang sudah ia ciptakan, dan membiarkan tokoh yang sudah ia cari dengan sangat detail, luar dalam, pikiran dan perasaan itu bermain. Kesadaran Daniel tetap ada, tapi hanya sebagai pengawas, bukan pemain. Sederhananya begitu.
Secara garis besar permainan Daniel Day-Lewis sangat sempurna di film ini. Ia bermain hampir tanpa celah, sangat konsisten, solid, hidup luar dalam, dan mungkin merupakan salah satu permainan biopic terbaik sepanjang sejarah. Sayang, ia sekarang pensiun…
Viva Aktor!