[Acting Review] Dallas Buyers Club; Otentik dan Sesuai Medis

dallas buyers club

Dallas Buyers Club adalah sebuah film yang dirilis sekitar tahun 2013. Film ini bercerita tentang seorang lelaki pengidap Aids bernama Ron Woodroof yang kemudian dalam perjalanannya membuat sebuah “club” yang menjual obat-obatan untuk para pengidap Aids dan diberi nama Dallas Buyers Club. Selain ceritanya yang memang menarik, film ini juga berhasil mencuri perhatian karena permainan kedua aktornya, yakni Matthew McConaughey dan Jared Leto. FYI, mereka berdua berhasil meraih Oscar, masing-masing di kategori Best Leading Actor dan Best Supporting Actor, dimana sepanjang sejarah, tak banyak film yang bisa meraih 2 penghargaan tersebut sekaligus. Tapi seperti apa sebenarnya permainan kedua aktor tersebut? Apakah benar-benar bagus atau karena memang kala itu “persaingan masih belum terlalu ketat” sehingga mereka bisa menang? Berikut pembahasannya;

 

Capaian yang Tidak Terlalu Spesial

Pada film Dallas Buyers Club ini, salah satu yang paling kami soroti adalah capaian fisik kedua aktor tersebut. Selintas, keduanya berhasil menguruskan badan dengan sangat signifikan. Matthew berhasil menguruskan berat badan sampai 21 kilogram, sementara Jared Leto berhasil menurunkan berat badannya hingga lebih dari 18 kilogram. Lalu apakah hanya itu saja yang menarik dari penciptaan mereka? Kalau iya, berarti kami bisa bilang bahwa penciptaan mereka biasa-biasa saja. Karena hampir pada banyak film dan banyak aktor, malah lebih banyak aktor yang berhasil “menguruskan” badannya sampai pada angka ekstrem yang membahayakan nyawa mereka. Apakah hanya soal berhasil kurus saja yang menjadi capaian menarik dari Matthew dan Jared?

Kita lihat pada Matthew terlebih dahulu. Pada aktor yang satu ini, secara fisik, kami memang tidak bisa melihat perbedaan yang sangat signifikan kecuali tubuhnya yang terlihat sangat kurus. Lalu bagaimana dengan wajahnya? Wajahnya tetap terlihat sama seperti Matthew. Hal itu jadi tidak spesial ketika kami tahu bahwa Ron Woodroof yang asli tidak sangat mirip dengan Ron Woodroof ciptaan Matthew. Tapi kami mencoba menyingkirkan anggapan bahwa film yang berdasarkan kisah nyata tokohnya harus sangat mirip, karena itu hampir tak mungkin, terutama dalam film ini.

 

Setelah kenampakan fisik, dari badan sampai wajah, dimana kami tidak menemukan perbedaan yang signifikan kecuali tubuhnya yang sangat kurus dan kumis tebal di wajahnya, kami mulai mencoba memperhatikan hal lain yakni Suara. Dalam hal ini, kami juga tidak menemukan ciptaan suara yang berbeda jauh dari Matthew di kehidupan nyata. Kami memang tidak bisa menemukan footage suara dari Ron Woodroof yang asli. Tapi kami berusaha membandingkan suara Matthew di film Dallas Buyers Club dan di beberapa interview baik sebelum atau sesudah film ini dibuat. Dan kami tidak bisa menemukan perbedaan suara yang signifikan antara Matthew ketika menjadi Ron dan Matthew saat tidak menjadi Ron. Kami mendengarkan logat yang sama, warna suara yang hampir sama, hanya gaya bicara yang nampak sedikit berbeda. Lalu kami mencoba mencari kenapa ciptaan suara Matthew hanya “segitu”. Kami kemudian menemukan bahwa kedua tokoh ini, Ron Woodroof yang asli dan Matthew sama-sama berasal dari Texas, dimana secara geografis logat mereka sama. Sehingga ciptaan suara, terutama logat Matthew tidak sangat melompat jauh dari Matthew ketika tidak menjadi Ron Woodroof.

Dalam soal suara, bagi kami, salah satu bagian yang agak berubah adalah caranya membawakan suara tersebut. Caranya membawakan suara itu terasa nampak lebih slengekan dari Matthew di luar film. Selain itu, warna suaranya juga terasa sedikit berubah jadi lebih berat. Mungkin kalian bisa membandingkan dari dua video di bawah ini. Perbedaan suaranya tidak terdengar sangat jelas, tapi ada sedikit perbedaan soal ketebalan warna suara keduanya.

Matthew di luar film, tahun 2011 sebelum film Dallas Buyers Club mulai diproduksi.

 

Matthew sebagai Ron ketika adegan ia mendengarkan kabar bahwa dirinya mengidap HIV Aids.

 

Coba dengarkan baik-baik dan bandingkan kedua suara tersebut. Kamu mungkin tidak akan menemukan perbedaan itu. Lumrah saja, karena dari segi logat sama, dan warna suara juga tidak sangat berubah. Tapi sekali lagi, dengarkan pengucapan beberapa huruf konsonan. Kalian akan mendapati sedikit perubahan suara yakni kesan warna suara yang terasa sedikit agak besar, berat, atau gandhem. Selain itu apalagi? Sayangnya kami tak menemukan yang spesial.

Setelah suara yang ciptaannya jadi terbantu dengan gaya bicara yang berubah, kita akan membahas soal gesture tubuh yang diciptakan Matthew. Gesture tubuh yang pertama cukup mencuri perhatian adalah caranya berjalan. Dengan tubuh yang makin kurus, nampaknya itu merubah cara berjalannya dengan cukup signifikan. Selain itu pada beberapa gesture lainnya seperti saat ia sedang duduk, minum, menyetir, dan kegiatan lain, kami melihat ciptaan yang relevan dengan bentuk tubuh serta perawakan atau pembawaan si Ron Woodroof. Tapi sekali lagi, ciptaan gesture itu bagi kami sedikit tidak spesial. Kenapa? Karena nampaknya gesture tubuh yang besar-besar itu tidak diciptakan secara sadar tapi terbentuk karena tubuhnya yang kurus.

Justru pada gesture-gesture kecil yang dimainkannya, terasa ciptaan yang sangat menarik dan perubahan yang menurut kami signifikan. Salah satu gesture tubuh kecil yang berubah drastis adalah caranya menunjuk. Ketika Matthew bermain sebagai Ron Woodroof, ia menunjuk dengan jari tengah, sementara ketika ia tidak menjadi Ron, seperti dalam cuplikan penerimaan penghargaan di Oscar ini;

 

Dalam cuplikan video di atas kita bisa melihat bahwa ia menunjuk menggunakan jari telunjuk. Sementara di film, seperti yang sudah kami katakan, ia menunjuk menggunakan jari tengah.

 

Ciptaannya Sesuai Medis

Seperti yang kami bilang, bahwa justru laku tubuh kecil ciptaan Matthew yang kami rasa menarik. Setelah caranya menunjuk, kali ini kami juga dibuat terpukau dengan laku tubuh kecil seperti batuk yang sepanjang film kami bisa melihat batuk itu muncul beberapa kali. Bukan hanya batuk, tapi juga “pilek” yang muncul sepanjang film. Kenapa itu jadi menarik? Karena berdasarkan data yang kami cari mengenai beberapa gejala yang muncul dari para pengguna kokain, terutama yang memakai barang itu dengan cara menyedotnya lewat hidung adalah munculnya pilek tanpa sebab dan batuk. Laku tubuh kecil yang diciptakan oleh Matthew itu ternyata relevan secara medis. Apalagi dengan tokohnya yang seorang pecandu kokain, pengguna banyak jenis obat-obatan dan pengidap HIV Aids serta banyak penyakit lainnya.

Hal yang menarik lagi dari laku yang sesuai medis itu adalah bahwa laku tersebut muncul dengan porsi yang berbeda dalam beberapa bagian film Dallas Buyers Club. Maksudnya begini, ketika kamu menonton pada adegan awal, kamu akan melihat laku kecil itu terjadi berulang kali dengan intensitas yang cukup sering. Sementara ketika ia sudah terlihat agak segar, kita juga masih melihatnya, tapi dengan intensitas yang cukup jarang. Bahkan kami, tim Akuaktor yang menonton, sempat melupakan laku tubuh kecil itu ketika ia terlihat agak segar. Tapi tiba-tiba laku kecil itu muncul lagi dan mengingatkan kami tentang kondisi Ron Woodroof yang belum sepenuhnya sembuh, ia masih sakit dan masih menggunakan kokain. Kesadaran untuk mengatur intensitas laku tubuh kecil itulah yang justru menarik dari permainan Matthew. Ia seperti sadar bahwa laku kecil itu, batuk dan pilek itu, harus tetap muncul, tapi juga harus sesuai dengan tingkat kesakitan yang sedang dirasakan si tokoh.

Lalu bicara soal pertumbuhan kesakitan dari tokoh Ron Woodroof ini, kami melihat pertumbuhan yang baik. Tumbuh disini artinya bisa merasa lebih baik, atau sebaliknya,  merasa lebih buruk. Kami melihat pertumbuhan yang konsisten mulai dari caranya menunjukkan kesakitan dan rasa sakit yang tumbuh. Terutama pada setengah jam pertama film Dallas Buyers Club dimulai. Bukan hanya tumbuh secara konsisten, tapi juga sesuai dengan medis. Soal bagian mana tubuh yang melemah ketika penyakit demensianya kambuh, tentang bagian tubuh mana yang sakit saat ia overdosis interferon, dan lain sebagainya, semua laku-laku yang berhubungan dengan medis, nampak dipelajari dengan baik oleh Matthew dan ditunjukkan dengan relevan juga.

 

Respon, Perjalanan dan Ejawantah Emosi yang Menarik

Setelah kita bicara soal penciptaan tokohnya secara fisik, gesture tubuhnya yang nampak diciptakan berbasis dari data medis, dan hal-hal yang berhubungan dengan itu, kali ini kita akan membahas soal respon, perjalanan, dan ejawantah emosi yang ternyata juga menarik.

Bentuk respon dan perjalanan emosi yang menarik bisa kamu lihat pada adegan ketika Ron mendengarkan kabar bahwa dirinya terkena HIV Aids.

 

 

Pada adegan tersebut kita bisa melihat respon yang menarik. Kita bisa lihat bagaimana matanya mencoba membagi perhatian kepada 2 dokter yang ada di depannya. Kemudian ketika dikabarkan bahwa dirinya mengidap Aids, pikirannya mulai berjalan dan kita bisa melihat ketidak percayaan tersebut. Meski begitu, ia tetap membagi fokusnya dengan baik pada kedua dokter yang ada di depannya. Dalam adegan itu juga, kita bisa melihat bagaimana angkuhnya tokoh ini dan tidak percayanya tokoh ini pada kabar tersebut. Kita bisa melihat gesture-gesture tubuh yang membesar, punggung yang agak sedikit ditarik ke belakang karena tidak setuju atau menolak kabar tersebut, hingga nada yang ia naikkan perlahan. Sampai pada akhirnya Ron meninggalkan dua dokter tersebut tetap dalam keadaan, bahasa tubuh, dan pilihan nada yang angkuh.

Adegan yang menarik lainnya bisa kamu lihat ketika ia sedang berada di perpustakaan untuk meneliti benarkah ia terjangkit aids atau tidak.

 

 

Dalam adegan tersebut, kita bisa melihat keseriusan Ron mencari data sebanyak-banyaknya tentang penyakit yang masih belum ia percaya bahwa ia terjangkit penyakit tersebut. Tapi bukan bagian itu yang menarik. Bagian yang menarik adalah ketika ia menyadari bahwa ia telah melakukan hampir semua hal yang bisa menyebabkannya terjangkit aids. Tepat pada bagian setelah ia membaca tulisan mengenai alasan kenapa Aids bisa menjangkiti seseorang, kita bisa melihat ekspresi yang secara garis besar menggambarkan semacam ketidak percayaan, ia dalam sepersekian detik terdiam. Lalu kita bisa melihat emosi yang semakin naik tapi gesture yang turun. Maksud dari gesture turun disini adalah arah kepalanya yang menunduk, seperti mengambil ancang-ancang, hingga kemudian meledak. Pada bagian ini, kalau kita bisa menganalogikan, perjalanan emosi Ron seperti busur panah, dimana ia ditekuk terlebih dahulu untuk menghasilkan momentum yang tepat dan pada momen yang pas, ia melepas busur panah emosi dengan takaran dan sasaran yang tepat.

Salah satu adegan yang sangat menarik di film ini adalah ketika ia menangis di dalam mobil.

https://youtu.be/_EhShhmGGzs

 

 

Kita bisa lihat pada adegan tersebut caranya menyusun tangisan sangat menarik. Dalam adegan tersebut, kebanyakan kita hanya diperlihatkan bagian wajahnya saja. Meski begitu, kita bisa melihat perjalanan emosi yang menarik. Dari mulai ketika ia masih mengenakan kacamata, kita bisa melihat kedipan mata sebelah kiri yang seolah berusaha mengendalikan air mata yang mau jatuh. Lalu setelah ia membuka kacamata, kami makin melihat jelas pergolakan perasaan yang terjadi dalam diri si tokoh melalui permainan mata dan gerakan wajahnya. Dalam gerakan-gerakan wajah itu juga kami melihat perjalanan emosi yang semakin naik setiap detiknya, hingga ia melihat pistol. Setelah bagian itulah, tokoh Ron terlihat benar-benar menyerah, takut, dan menyesal atas apa yang telah terjadi padanya. Kita tentu bisa melihat hal itu dari tangisan yang akhirnya pecah.

Tapi yang menarik dari tangisan tersebut selain bagaimana perjalanan tangisan itu muncul adalah bentuk tangisannya yang otentik. Bentuk tangisan itu seolah selaras dengan dimensi tokoh yang sebelumnya telah dibangun oleh Matthew. Tokoh yang angkuh, merasa dirinya selalu lebih baik dari semua orang, sedikit menyebalkan, tapi ketika ia menyerah dan menangis, kita melihat bentuk tangisan yang sangat menyedihkan. Tidak dengan bentuk tangisan yang merengek, tapi semacam ingin teriak, tapi menahan diri karena ia adalah orang yang menurutnya tak terkalahkan dan sedikit menyebalkan.

Selain itu, yang juga menarik sekaligus menyisakan pertanyaan adalah ketika Ron berpura-pura menjadi pastur. Entah direncanakan dengan baik atau tidak oleh Matthew sebagai aktor, tapi ketika Ron berpura-pura menjadi pastur, ia juga merubah gaya rambut, merubah gesture, merubah nada bicara, sampai terasa sedikit merubah warna suara dan logat. Nah, yang jadi pertanyaan disini adalah, apakah Ron akan selihai itu merubah dirinya menjadi pastur atau tokoh lain di luar dirinya? Kalau Matthew sendiri mungkin kita tak akan terkejut, tapi bagaimana dengan Ron Woodroof, seorang tukang listrik, orang biasa, dan mengidap penyakit Aids. Apakah ia bisa menciptakan tokohnya sebagai pastur sebagus itu?

 

Bagaimana Dengan Jared Leto?

Kita sudah banyak bicara soal Matthew McConaughey. Lalu bagaimana dengan Jared Leto? Aktor yang juga mendapatkan banyak pujian dalam permainannya di film Dallas Buyers Club ini? Apakah ia hanya beruntung bisa mendapatkan Oscar, atau memang ia punya kualitas permainan yang baik? Jawabannya adalah Jared memang punya kualitas permainan yang sama baiknya dengan Matthew.

Bagian yang paling mencolok soal penciptaan Jared dalam tokoh ini tentu pada bagian fisik. Pertama, sama seperti Matthew, ia juga terlihat agak kurus. Selanjutnya, Jared juga merubah bahasa tubuh, gesture, caranya berjalan, dan hal-hal yang berhubungan dengan fisiologisnya dengan cukup drastis. Hal ini termasuk juga dalam penciptaan suaranya. Semakin menarik ketika kami tahu bahwa ternyata dalam kisah Ron Woodroof yang asli, tidak ada tokoh bernama Rayon. Sehingga tokoh yang diciptakan oleh Jared Leto ini adalah tokoh fiktif. Meski begitu, penciptaannya cukup lengkap dan detail.

 

Bukan hanya soal penciptaan fisik saja yang berubah dari Jared Leto, tapi juga permainan emosinya. Terutama pada adegan-adegan akhir dimana tokohnya mulai terekspos secara emosional. Ia dengan baik berhasil menunjukkan pergolakan emosinya, meskipun pada banyak adegan, emosi yang dihadirkan di film tidak sedalam emosi yang dihadirkan oleh Matthew.

Secara garis besar, permainan kedua aktor ini menarik. Tapi awalnya kami melihat capaian yang spesial tapi cukup umum di kalangan para aktor sekelas mereka. Sehingga jadi tak sangat spesial. Terutama pada capaian fisiknya. Tapi ketika kami melihat bagian fisiologis yang diciptakan kedua tokoh ini dari sudut pandang medis, maka kami bisa menemukan objektifitas tertinggi yang berhasil diciptakan, baik oleh Matthew atau pun Jared.

Jadi, kalau menurut kalian, apa yang menarik dalam permainan kedua aktor ini? Tuliskan di kolom komentar ya!

Viva Aktor!  

About The Author