The Life Ahead; Hanya Permainan Emosi

The life ahead

Pasti pada nanya kan, ini film apaan? Kok nggak pernah denger judulnya? Emang, emang ini bukan film yang sangat populer seperti kebanyakan film Marvel atau film Hollywood lainnya yang memenuhi pasar. Tapi film The Life Ahead ini, yang judul aslinya adalah La vita davanti a se merupakan sebuah film Italia yang berhasil mengambil perhatian banyak pecinta film. Bukan hanya karena ceritanya, yang menurut kami relatif ya, bisa menarik bisa enggak, tapi karena salah satu legenda keaktoran dunia yang setelah 1 dekade lebih tidak pernah bermain di sebuah film feature dan menjadi tokoh utama, akhirnya mau bermain film feature lagi dan menjadi tokoh utama. Ia adalah Sophia Loren yang berperan sebagai Madame Rosa. 

Salah satu alasan yang paling jelas adalah karena ia adalah legenda seni peran dunia. Sophia Loren mungkin sama seperti Christine Hakim dan legenda keaktoran Indonesia lainnya, tapi skalanya internasional. Ia sempat mendapatkan banyak penghargaan lewat permainannya di Two Women, film yang rilis tahun 1960. Ia menyabet hampir semua penghargaan tahun itu. Dari mulai Oscar, BAFTA, Cannes, dan banyak lagi yang lainnya. Pada tahun-tahun berikutnya hingga ia memutuskan untuk mulai rehat dari perfilman, ada banyak penghargaan yang didapatkannya. Nah, karena itulah, ketika si Sophia Loren ini main di The Life Ahead, dunia keaktoran girang bukan kepalang. Seorang legenda bermain film lagi. Tentu permainannya sangat kami tunggu. Rasanya kurang lebih sama seperti menunggu Daniel Day-Lewis bermain film lagi. Tapi sekarang, pertanyaannya adalah, apakah worth it penantian itu? Sebagus dan se-melegenda itukah Sophia Loren? Mari kita lihat!

 

 

Yang Bagus-Bagus Aja Dulu

Biar nggak selalu mulai dari fisiologis, mari kita bahas yang bagus-bagus terlebih dahulu. Oke, jadi permainan Sophia Loren di The Life Ahead ini memang memukau, tapi dari sudut pandang kedalaman emosi. Ada banyak adegan dengan emosi yang dalam, intens, kompleks, dan tidak gamblang yang terjadi pada karakter ini. Salah satu yang cukup menarik, atau setidaknya terpatri di ingatan kami adalah adegan saat Rosa meminta maaf pada Momo yang mendatanginya di basemen. Kita bisa melihat ada upaya menyembunyikan emosi Rosa yang sebenarnya pada Momo dan itu menarik.  Kita bisa melihat matanya sedetik melihat ke atas, kemudian mengucapkan “Pokoknya aman saja!”, kami rasa nada pengucapan dialog itu relevan dengan perjalanan emosi si karakter yang mungkin ketika mau mengucapkan “Pokoknya aman saja” itu mengingat kembali semua persoalan holocaust yang pernah ia alami. Vibranya menarik. 

Sekedar informasi, tokoh ini memiliki sejarah yang sangat kelam. Ia adalah salah satu penyintas peristiwa holocaust di era Nazi. Bahkan pada beberapa adegan, dijelaskan di dialog kalau Rosa pernah ada di Kamp Auswitch. Kalau kamu belum tahu, silahkan googling. Intinya itu ngeri banget lah. 

Permainan emosi yang intens lagi terjadi di adegan ketika Rosa kembali ke basement dan bercerita tentang Auswitch pada Momo. Disana kita bisa melihat permainan emosi yang intens. Kita bisa menangkap itu dari nada dialognya, sebagian dari cara duduk dan gerak tangannya ketika memegang kursi. Begitu juga dengan responnya ketika Momo bilang basement itu kayak “batcave”nya si Rosa. Ada momen berpikir, sedikit melihat basemennya lalu dialog. Kami rasa timing dialog yang dikeluarkannya tepat. Lalu ketika dia bercerita tentang Auswitch, kita bisa melihat jeda menuju dialog Auswitch yang tepat dan relevan. Ingat, dia berusaha mengakses ingatan emosional yang menyeramkan untuknya. Kita juga bisa melihat pergerakan emosi yang menarik. Kata Auswitch sepertinya mentrigger karakter ini untuk mengingat momen-momen yang kelam dan kejam di hidupnya, tapi dia berusaha menghadapi hal itu. Efeknya ada pada dialog berikutnya yang berbunyi “Itu tempat perlindunganku”, kita bisa mendengar getaran dari dialog itu sebagai efek dari upaya menahan trauma yang besar. Permainan emosi yang kompleks ini menarik dan muncul di beberapa adegan, meski nggak semua, apalagi yang di awal. 

Adegan yang lain dengan emosi yang dalam dan intens terjadi ketika Rosa meminta Momo berjanji untuk tidak membawanya ke rumah sakit, kita bisa mendengar getaran dialog yang menarik. Vibra dari segala ketakutannya atas Auswitch dan dokter terpapar di dialog itu. Jika diperhatikan matanya dengan baik, kita bisa melihat visi yang jelas dari pandangan matanya itu. Kita bisa melihat ketakutan yang sangat besar, sekaligus permohonan yang dalam dan serius pada Momo. Menarik. 

Selain itu? 

 

 

The Life Ahead Nggak Slamet! 

Mengutip dari salah satu website yang membuat review film ini mengatakan bahwa, bahkan Sophia Loren pun gagal menyelamatkan film ini. Kalau menurut kami, ya memang begitulah. Tapi kami punya alasannya. 

Pertama, di The Life Ahead, jangan sekali-kali kalian berharap mendapatkan capaian fisiologis yang menarik dari semua aktor dan aktrisnya. Nggak ada sama sekali. Kalau Sophia Loren mungkin kami bisa maklum karena doi udah tua. Mungkin capek aja kalau harus gonta-ganti fisik lagi. Terlalu berbahaya untuk kesehatannya. Lalu soal warna suara, sejauh yang kami dengar, perubahan warna suaranya tipis sekali. Perubahan itu baru bisa kalian dapatkan ketika mendengarkan beberapa kali. Ada semacam suara yang jadi lebih tipis dibanding suara Sophia Loren yang asli. Terutama ketika dia sedang interview entah dalam bahasa Inggris atau Italia. Sementara soal aksen kami nggak bisa berkomentar banyak karena belum memiliki informasi yang solid soal aksen-aksen di bahasa Italia. Untuk lebih tau gimana perubahan warna suara Sophia, bisa dilihat beberapa video berikut;

Video Sophia Loren interview dalam bahasa Italia;

Video itu diambil 6 tahun yang lalu. Nggak jauh-jauh amat lah ya dari Sophia Loren yang sekarang di The Life Ahead. Lalu sekarang video Sophia Loren di The Life Ahead dan interviewnya dalam bahasa Inggris. Biar lebih dapet warna suaranya aja;

Dari kedua video itu kami bisa bilang kalau pencapaian suara itu kita tuliskan 1-10 dan suara Sophia ada di 0 sementara 10 artinya perubahannya sangat jauh, maka suara ciptaan Sophia ada di angka 1. Tipis sekali memang, tapi kami nggak bisa bilang nggak ada. Ada, tapi tipis banget! 

Itu soal capaian fisiologis. Kami nggak bisa ngomong lebih banyak lagi karena emang nggak ada lagi yang bisa diperbincangkan soal capaian fisiologis Sophia Loren. Kalau pemain lain? Sayangnya nggak ada juga. Kami nggak melihat capaian fisik yang signifikan dari semua pemain di The Life Ahead. 

Setelah itu, kita kan tahu ya kalau karakter ini punya semacam penyakit. Sayangnya, kami nggak dapet penjelasan apa penyakit si karakter. Bahkan ketika Dr. Coen dialog dengan Momo pun kami nggak dapet penyakit apa yang diderita si Madame Rosa ini. Mungkin hal itu yang membuat kami akhirnya nggak bisa mengidentifikasi atau menganggap ketika Rosa ada di kondisi ngefress sebagai satu kondisi yang menarik. Karena kami nggak tau dia sakit apa! Kami hanya melihat kediaman aja. Misalnya adegan ketika dia kambuh dan melamun di bawah hujan. Kami nggak ngeliat apapun selain seorang tua yang lagi ngelamun di bawah hujan. Apalagi ini hujan, matanya yang kami pikir akan bisa menyampaikan sesuatu, tertutup air hujan di sekitar kepala, rambut, dan wajahnya. Jadi, nggak ada yang bisa dinikmati dari adegan itu selain diam dan mungkin kami bilang “Ini kompleks nih kayaknya, tapi apa ya kompleksnya?”.

Selain itu ada banyak banget respon di film ini yang aneh. Kami bahkan bisa bilang dihitung, nggak tepat dan nggak organic. Misalnya ketika Momo masuk ke basement dan Madame Rosa sudah melamun di dalam basement. Respon Madame Rosa yang terkejut kami rasa terlambat. Dia melihat Momo terlalu lama dan merespon dengan dialog juga terlalu lama. Persoalannya, bukankah basement itu tempat yang sangat intim dan personal buat Rosa dan nggak semua orang boleh masuk kesitu ya? Kalau sangat intim, ketika ada yang membuka pintu sedikit saja dia pasti akan langsung merespon, dan mungkin ketika tahu ada orang yang masuk, langkah pertama dari orang itu, jauh sebelum menyentuh tanah, akan membuatnya merespon dan mengusir orang tersebut. Tapi di adegan itu, hal semacam itu nggak terjadi. Kayak telat mikir gitu si tokoh ini. Atau emang sengaja dibikin tokoh yang telat mikir? Atau penyakit si karakter ada hubungannya dengan telat mikir? Sekali lagi, nggak ada informasi. 

Lalu soal pandangan mata ketika tokoh ini diam. Kami seperti kesulitan untuk menemukan arti dari kediaman si Rosa dan seperti nggak menangkap apapun dari matanya. Kami malah hanya seperti melihat Rosa di “pause” aja. Berhenti, tanpa arti. Atau, justru berhenti dan seperti kosong itu adalah artinya? Sekali lagi, nggak ada informasi penyakit apa yang diderita Madame Rosa. Coba lihat di adegan Rosa ngefreeze di tengah taman. Di adegan itu atau di semua adegan ketika dia ngefreeze, kami menangkap mata yang kosong. Hmmm… jadi, apakah justru mata kosong ini yang membuat Rosa tampak mengalami persoalan yang kompleks? Bisa jadi. 

Mungkin pemikiran ini juga terjadi karena hampir pada banyak adegan ketika dia kambuh, kita nggak pernah diperlihatkan perjalannya menuju kambuh. Kita selalu diperlihatkan momen si Rosa kambuh ke hampir sadar. Sebenarnya ada satu adegan yang dia tiba-tiba berhalusinasi dan masuk kamar, mengunci pintu kamar dan mengigau tentang ingatannya kala di Auswitch. Sayangnya, adegan itu nggak ditunjukin. Kita cuma disodori pintu, siluet Rosa mondar-mandir, dan suara Rosa meracau. Itu aja. Hasilnya, kami nggak bisa menangkap apapun. Kompleksitas dan intensitas yang kami bilang itu seperti nggak berdasar. Jadi sulit untuk mengatakan permainan emosinya benar-benar kompleks atau sekedar sok-sok kompleks. 

Secara keseluruhan, Sophia Loren tetap seorang legenda. Tapi permainannya di The Life Ahead banyak yang nggak memiliki basis sejarah dan alasan yang kuat. Nggak usah yang ditarik jauh ke belakang ketika dia di Auswitch. Tapi sejarah karakter yang dekat. Seperti sebelum dia kambuh, ketika dia kambuh, dsb. Kami nggak menangkap itu sehingga merasa kalau segala kompleksitas permainan Sophia Loren di The Life Ahead nggak punya pondasi yang kokoh. Itu menurut kami, menurutmu?

Terima kasih, viva aktor

 

Video Acting Reviewnya bisa ditonton di bawah ini!

About The Author