Pieces of A Woman; Dalam Tapi Tipikal
Pieces of a Woman sudah rilis di Netflix dari tanggal 7 Januari 2021. Vanessa Kirby dan Shia LaBeouf menjadi bintang di film ini. Mereka berdua nggak cuma jadi bintang karena porsi tokohnya, tapi juga karena kualitas permainannya. Sama seperti banyak film yang akhir-akhir ini kami review, Pieces of a Woman mendapatkan perhatian banyak pihak karena permainan Vanessa Kirby dan Shia LaBeouf. Bagaimana permainan mereka? Apa yang kami maksud dengan dalam tapi tipikal? Yuk baca acting reviewnya sampai akhir! Atau tonton videonya di bawah ini!
Pieces of a Woman dan Vanessa yang Dalam Tapi Tipikal
Vanessa Kirby adalah aktris yang cukup sering muncul di beberapa film box office. Salah satu yang mungkin paling membekas di kepalamu adalah ketika ia bermain di Hobbs and Shaw bersama Jason Statham dan Dwayne Johnson. Selain itu dia juga muncul di film action sejenis, seperti Mission Impossible: Fallout, dan banyak film yang lain. Dari banyak film tersebut, kami selalu melihat permainan yang hampir tipikal atau sama. Tidak ada perubahan fisik yang signifikan atau perubahan aksi fisik. Semuanya hampir selalu sama, terutama ketika ia menjadi karakter yang kurang lebih sejenis, sama-sama dingin. Di Pieces of a Woman ini, Vanessa juga begitu. Kami melihat kesamaan fisiologis, baik itu bentuk yang diam, atau bentuk yang bergerak.
Coba perhatikan baik-baik, misalnya cara karakter ini memandang atau caranya memainkan mulut bagian bawah atau bentuk mulutnya secara keseluruhan. Tanpa bermaksud mengada-ada dan mungkin sebagian dari kalian akan berkata, “memang gitu bentuk mulutnya”, semua bentuk yang ditunjukkan oleh Vanessa sama persis dengan ia di film yang lain. Apalagi jika kita melihat film yang karakternya sama-sama dingin. Kami bahkan seolah menangkap pola dingin yang sama.
Bukankah setiap manusia yang dimainkan Vanessa pada setiap film, meski dingin tetap saja manusia yang berbeda sehingga seharusnya memiliki bentuk dingin yang berbeda? Ini yang kami bilang tipikal. Kami agak terganggu dengan permainan Vanessa yang tipikal ini. Kami seperti melihat Vanessa di Hobbs and Shaw, Mr. Jones, dan Mission Impossible: Fallout atau film dengan tokoh dingin lain yang pernah ia mainkan. Imaji kami atas karakter yang memiliki kondisi emosi kompleks, terutama setelah 30 menit film ini berjalan, agak sulit untuk dibangun dan dipertahankan. Bahkan mungkin dari awal. Untungnya, semua capaian fisiologis yang mirip dan permainan yang tipikal itu berhasil di cover dengan permainan emosi yang dalam, respon yang baik, dan permainan yang secara keseluruhan sangat bisa dipercaya.
Khusus untuk Vanessa kita tidak perlu membahas soal capaian suara, terutama perubahan warna suara. Karena seperti yang kami bilang, selain bentuk-bentuk akting yang tipikal, warna suaranya pun tidak berubah. Aksen tentu sangat berubah. Jika sebelumnya ia beraksen British cukup kental, ketika menjadi Martha, tokohnya di Pieces of a Woman, aksennya berubah jadi American. Kami semakin yakin ada perubahan aksen ketika tahu ada 2 pelatih aksen khusus untuk Vanessa Kirby. Tapi, meski aksen berubah, permainannya yang tipikal tetap mengganggu kami. Ya sudahlah, kami tak lagi ingin membicarakan itu. Sekarang mari kita membicarakan akting Vanessa dari aspek lain yang menurut kami jauh lebih menarik dari aspek fisiologis yang tipikal ini.
Kita sedang bicara soal permainan emosinya serta betapa permainan Vanessa sangat mudah dipercayai. Salah satu adegan yang menurut kami sangat mudah dipercaya, permainan emosinya intens, perhatiannya pada ruang dan waktu peristiwa tidak terputus dan memiliki kesulitan yang teramat sangat adalah adegan awal ketika Martha menjalani proses melahirkan. Semua aksinya di adegan ini begitu bisa kami percaya. Kami seperti bisa ikut merasakan rasa sakit yang dirasakan oleh Martha. Di adegan ini, terutama karena long take, kami melihat Vanessa sepenuhnya sedang berusaha membuat dirinya selalu ada di ruang dan waktu karakter serta di momen saat ini. Hal itu membuat semua respon dan aksi yang muncul dari Vanessa menarik, relevan, dan sangat hidup, bahkan pada fase lain, memberikan hidup pada kawan mainnya serta pada adegan.
Kami sempat bertanya, bagaimana ia bisa menjalani proses melahirkan tersebut dengan sangat baik dan sangat mudah dipercaya (dalam istilah bahasa Inggris, kami menyebutnya believable). Dalam sebuah wawancara dengan Amanda Seyfried di Actors on Actors, acara milik Variety, Vanessa mengatakan bahwa ia sebelumnya sudah melihat banyak video dokumenter, dan membaca banyak hal soal proses bersalin tapi tak kunjung bisa mendapatkan proses bersalin yang menurutnya tepat. Kemudian dia mencari seseorang yang sedang dalam proses bersalin. Vanessa akhirnya mendapatkan kesempatan itu. Ia menemani seorang perempuan melahirkan selama 8 jam dan melihat secara langsung semua proses persalinan tersebut.
Kami rasa inilah yang membuat permainan Vanessa di adegan melahirkan begitu kuat dan sangat mudah kami percaya bahkan membuat kami tanpa usaha lebih masuk ke dalam ruang imaji adegan. Kami beberapa kali mengernyitkan dahi karena seperti ikut merasakan kesakitan yang dialami Martha. Sungguh sebuah adegan yang sangat menarik. Dari proses yang diceritakan oleh Vanessa di Actors on Actors, kami mendapat satu pelajaran penting. Bahwa pada akhirnya, data itu sangat penting untuk membantu si aktor menyusun apa yang akan dilakukannya sekaligus memberikan pengalaman batin atas peristiwa yang dialami karakter. Data dan observasi mampu membawa aktor duduk di ruang imaji karakter dengan lebih settle dan kokoh. Kami rasa juga, itu yang jadi kunci menarik dan berhasilnya permainan Vanessa Kirby.
Setelah adegan itu berakhir, kami kembali terganggu pada permainan tipikal Vanessa. Kami bahkan bisa bilang, jika bukan karena adegan melahirkan tadi serta permainan emosinya yang dalam dan kompleks, kami akan menghentikan memperhatikan permainan Vanessa dan menikmati cerita Pieces of a Woman saja. Kuatnya permainan Vanessa serta daya tarik permainannya justru berkurang setelah adegan melahirkan. Setelah itu kami hanya memperhatikan beberapa adegan yang kami rasa punya permainan emosi kompleks, detail dan cukup dalam saja.
Di adegan ketika Martha dan suaminya, Sean (diperankan oleh Shia LaBeouf) menemui dokter untuk meminta saran. Setelah Sean marah dan keluar, Martha lalu bertanya pada si dokter, apakah ada kemungkinan menyumbangkan organ anaknya. Dokter menjawab tidak mungkin, tapi masih ada kemungkinan untuk menyumbangkan jasadnya untuk kepentingan pendidikan medis. Kami melihat laku yang aneh, tapi sekaligus detail dan menarik yang muncul dari Vanessa atas dialog yang diucapkan si dokter. Pada adegan itu kami melihat otot pipinya seperti ditarik ke belakang, yang membuat kami bisa melihat ada semacam senyum kecil di mulut Martha. Kami sempat bingung, meski ini menarik dan detail, tapi kenapa? Bukankah laku itu malah memunculkan kesan kejam pada penonton atas karakter ini? Apa yang dimau sutradara dan Vanessa? Kami menemukan jawabannya di beberapa adegan setelahnya. Ia seperti menemukan jalan lain yang lebih baik untuk jasad anaknya selain dikubur seperti orang kebanyakan.
Adegan lain dengan emosi yang kompleks, permainan yang cukup detail, serta upaya mendengarkan yang sangat baik terjadi saat Martha datang ke rumah ibunya, lalu mereka berdua bertengkar. Sejak selesai peristiwa kematian bayinya, kami memang melihat Martha yang jadi sangat dingin (tak perlu membahas lagi soal tipikalnya, ketahui saja kalau bentuk dingin Martha sama seperti Vanessa di tokoh lain di film yang lain). Ia menjadi seorang wanita yang sepertinya menyembunyikan banyak hal. Ia menyembunyikan kesakitan hatinya, kekecewaan serta kesedihannya. Martha mungkin memang dibangun sebagai karakter yang tak ingin mengeluarkan banyak tenaga untuk marah-marah karena semua masalahnya sudah berlalu, meski masih meninggalkan sakit yang teramat. Tapi ia tidak membuang perasaan marah itu. Martha justru menyimpannya dan tanpa disadari menumpuk. Di adegan pertengkaran dengan ibunya inilah Martha mengeluarkan semua perasaannya.
Masih di adegan yang sama, selain emosi yang intens, kami juga melihat Vanessa mendengarkan dengan sangat baik. Perhatikan bagian ketika ibunya bilang kalau dia bisa saja masih membawa bayinya jika ia menuruti apa yang dikatakan sang ibu. Disana kami melihat respon yang tepat. Vanessa berhenti di momen yang tepat, meresapi setiap kata yang diucapkan kawan mainnya dengan sangat baik, lalu mengeluarkan segala yang dipikirkan dan dirasakannya pada momen yang tepat. Satu hal yang pasti, pada adegan ini tidak ada upaya merancang. Justru yang ada hanyalah upaya menjalankan. Vanessa, sama seperti yang dilakukannya di adegan melahirkan, berusaha menjalankan bit per bit atau detik per detik peristiwa.
Kemudian jika bicara soal permainan yang detail, maka kamu bisa mendapatkannya saat adegan persidangan. Di adegan persidangan inilah detail tak bisa terhindarkan karena kamera mengambil gambar nadi yang ada di leher. Di adegan itu, nadi si Vanessa mau tak mau harus sesuai dengan apa yang sedang dirasakannya dan sesuai dengan emosi adegan. Menariknya, Vanessa berhasil membuat detak nadinya relevan dengan adegan. Ini membuktikan bahwa Vanessa sudah bermain sesuai detak adegan dan benar-benar menjalankan kehidupan karakter sepenuhnya, jujur luar dalam.
Masih di adegan yang sama, perhatikan ketika pengacara lawan menanyai Martha. Perhatikan caranya bernafas. Kami merasa nafas itu sesuai dengan perasaan dan pikiran yang sedang terjadi pada si karakter atas respon pada setiap pertanyaan Pengacara. Pertanyaan tentang bayinya membawa Martha kembali ke momen ia menggendong anaknya yang masih hidup. Hal itu membuat emosi atas kenangan itu terpantik. Kami bisa melihat emosi itu terpantik dengan sangat baik dan menariknya, tumbuh dengan sangat baik pula. Tidak ada kemunculan yang mendadak dan tiba-tiba dari emosi tersebut. Vanessa mendengarkan dan merespon kawan mainnya dengan menggunakan seluruh tubuh dengan sangat baik.
Terlepas dari adegan memperlihatkan nadi di leher mungkin cut dan mengambil shot lain, detak nadi dan air mata yang keluar sesuai dengan apa yang sedang dirasakan karakter dan yang paling penting, sesuai dengan beat dan emosi dari adegan. Ini yang kami sebut penciptaan Vanessa utuh luar dalam dan juga detail.
Shia LaBeouf yang Liar
Lalu bagaimana dengan Shia LaBeouf di Pieces of a Woman? Satu kata yang keluar pertama kali ketika melihat permainan Shia adalah liar. Ia memang terlihat sangat liar dalam bermain. Kami rasa itu tak masalah, karena tokoh yang dimainkan Shia, si Sean, juga kurang lebih memiliki keliaran yang mungkin sama. Kemudian Shia LaBeouf memiliki capaian fisiologis yang sedikit lebih baik dari Vanessa Kirby. Ia sedikit berhasil mengubah warna suaranya jadi agak tebal, serta perubahan aksen yang tipis. Jika melihat bentuk tubuh dan laku tubuhnya, kami mendapati capaian yang sama seperti Vanessa. Tentunya kecuali brewok.
Jika diperhatikan baik-baik, pola permainan Shia di Pieces of a Woman dibuat tidak tertebak, liar, dan bahkan pada beberapa momen terlalu liar sampai kawan mainnya tidak siap dengan apa yang dilakukan Shia. Tapi persoalannya adalah, semua aksi Shia itu logis dan sesuai dengan karakternya. Misalnya di adegan ketika Shia membuka celana Vanessa ketika ketubannya pecah. Shia berusaha membuka celana dalam Vanessa. Entah kenapa kami merasa aksi membuka celana dalam itu tidak ada di script. Tapi Shia tetap melakukannya, meskipun Vanessa menolak itu. Ini yang kami sebut permainan yang liar. Apa yang dilakukan Shia kami rasa tepat dengan karakternya yang tidak berpendidikan tinggi. Jadi tidak ada yang salah dengan aksi Shia, meskipun, bagi kawan mainnya, apa yang dilakukan Shia bisa jadi membunuh si kawan main jika si kawan main tidak siap.
Lalu di adegan melahirkan. Shia merespon semua peristiwa yang terjadi di depan matanya dengan sangat baik, fokusnya tidak terpecahkan dan visinya kuat sebagaimana visi karakter yang tidak berpendidikan tinggi. Kita bisa melihat Sean yang terlihat agak panik, tapi berusaha terlihat setenang mungkin.
Adegan lain di Pieces of a Woman yang menunjukkan keliaran permainan Shia terjadi ketika Shia mencari HP, kemudian dia bilang “Dimana teleponnya” dan keluar sebentar dari frame. Kami rasa laku itu spontan atau jadi bagian dari improvisasi yang masih relevan dengan karakter. Kenapa kami bilang begitu? Karena HP itu sebenarnya ada di depan mata, tapi Shia justru sempat keluar dari frame. Kami rasa laku itu logis, mengingat intensitas peristiwa yang sedang dialami oleh si karakter sangat mungkin membuatnya sedikit linglung atau bingung sampai tak bisa melihat barang yang ada di depannya. Sama seperti Vanessa, Shia menjalankan setiap detik peristiwa sesuai dengan karakter yang sedang ia mainkan.
Lalu ketika detak jantung si bayi menurun dan jadi masalah, kecemasan Shia bisa terlihat dengan baik. Laku tangan yang menyentuh jantungnya, jadi semacam penanda bahwa ia berusaha tenang. Kami bisa melihat emosi yang intens di adegan tersebut. Lalu adegan setelah bayinya keluar, baik Shia atau Vanessa terlihat sangat intens dan in the moment. Mereka dengan baik memperhatikan peristiwa yang sedang terjadi. Segala ketakutan dan kecemasan sejenak berakhir ketika bayinya sudah keluar.
Setelah adegan itu selesai, sebenarnya permainan emosi Shia menarik. Misalnya pada beberapa momen ketika Sean harus menangis. Kami merasakan intensitas yang kuat dari semua tangisan itu. Tapi terkadang kami tak menemukan tangga yang jelas menuju emosi tersebut. Kami sempat menduga, mungkin memang tokoh ini ingin dibangun dengan cara semacam itu. Kami lalu memutuskan, karakter Sean ini memang seorang yang sebenarnya meledak-ledak. Cara emosinya berjalan cenderung acak dan terkadang meledak-ledak. Sean jadi terlihat sebagai lelaki sederhana yang tidak pernah berpikir panjang. Kami rasa hal itu sesuai dengan kesan karakter yang disebutkan oleh Sean sendiri di adegan bersama ibu si Martha. Bahwa tokohnya miskin, tidak berpendidikan, kasar, dan tidak tahu adat. Meski dengan segala kekurangan itu, tokoh Sean tetap dibangun sebagai karakter yang begitu perasa dan penyayang.
Ansambel yang Baik
Terlepas dari semua capaian dan permainan Shia LaBeouf atau Vanessa Kirby di Pieces of a Woman, kami melihat ansambel yang menarik dari semua pemain di film ini. Vanessa, Shia, si bidan, ibu Martha, dan semua karakter yang ada di film ini berhasil menjalankan tugasnya dengan sangat baik. Meskipun mungkin mereka tidak memiliki capaian yang lengkap dari segala aspek yang bisa kita tahu dari seni peran, tapi hampir semua karakter di film ini berhasil menjalankan adegan, bukan merancang adegan. Mereka berhasil menjalankan bit per bit, selalu in the moment, dan tidak pernah berpikir ke depan, atau ke belakang.
Overall, permainan Vanessa dan Shia di Pieces of a Woman memang menarik. Ansambel semua pemain juga sangat baik. Meski tidak lengkap seperti idealnya capaian seni peran yang kami harapkan, capaian Vanessa tetap harus diapresiasi. Kami rasa Vanessa punya kesempatan besar, bukan hanya masuk Oscar, tapi mendapatkan Best Actress Oscar 2021. Menurutmu gimana?