Physical Action. Apa itu? Mari #Taudikit!
Physical Action adalah salah satu metode penting dalam Sistem Stanislavski. Mungkin lebih tepatnya bisa kita sebut salah satu perjalanan metode yang penting dalam Sistem Stanislavski. Sebelumnya di dalam Sistem Stanislavski berkembang Round-the-Table Analysis dan kemudian muncul Emotional Memory. Setelah itu baru Physical Action hadir. Menurut Bella Merlin, Physical Action lahir dari proses latihan Meyerhold yang cenderung menggunakan tubuh. Jadi, Meyerhold sempat diberikan ruang oleh Stanislavski di Theatrical Studio. Meyerhold lalu menggunakan bentuk latihannya yang progresif dan meninggalkan bentuk latihan Stanislavski sebelumnya, yakni diskusi dan cenderung fokus pada improvisasi.
Menurut Bella Merlin, tujuan utama segala pencarian Stanislavski atas metode keaktoran adalah sebuah upaya untuk membuat teknik latihan yang melibatkan tubuh, pikiran, dan emosi secara bersamaan. Di Round-the-Table Analysis nampaknya Stanislavski tidak mendapatkan itu. Sehingga ia mencari lagi yang lain dan tibalah ia pada Physical Action.
Tujuan utama dari Physical Actions adalah agar si aktor bisa menemukan urutan tindakan yang tepat dan logis. Dimana urutan tindakan yang tepat itu akan memungkinkan karakter mereka menyelesaikan “tugas” karakternya. Dimana si aktor harus mengidentifikasi tindakan fisik yang tepat dengan memperhatikan detail dalam improvisasi mereka. Mereka sudah tidak duduk dan menganalisis di meja, tapi mereka melakukan penelitian di atas panggung. Melihat ke dalam kehidupan karakter tersebut dengan melakukan dan berusaha mendapatkan informasi apapun yang mereka butuhkan untuk tahu bagaimana si karakter mencapai atau menyelesaikan “tugasnya”.
Beberapa langkah melakukan Physical Action menurut Bella Merlin adalah;
- Mempelajari Naskah,
- Diskusi kecil untuk memeriksa adegan, bit, dan aksi di dalam adegan tersebut,
- Aktor melakukan improvisasi, dan merekam apapun yang mereka lakukan. Pada bagian ini aktor mengujikan garis yang mereka buat, apakah sudah tepat atau tidak.
- Aktor lalu mengidentifikasi ulang momen mana di dalam proses improvisasi itu yang berhasil dilakukan dengan logis dan mana yang tidak logis.
Langkah 1-4 kemudian dilakukan berulang agar menjadi kebiasaan.
Paham? Kalau belum, simpen aja dulu. Nanti juga paham. Kita kasih #taudikit, sisanya cari sendiri ya!