Metode Repetisi Sanford Meisner, Mari #TauDikit

0
Metode Repetisi Sanford Meisner

Pertama, Metode Repetisi Sanford Meisner (mungkin) ditemukan, atau (mungkin lebih tepatnya) dipopulerkan oleh Sanford Meisner. Salah satu guru acting terkemuka dunia. Sebenarnya, nama dari metode ini, seperti yang tertulis di buku Sanford Meisner berjudul Sanford Meisner on Acting halaman 23 adalah Word Repetition Game. Mungkin jika diartikan secara sederhana memang hanya permainan pengulangan kata saja. Tapi nyatanya, latihan ini  memang sesederhana itu. 

Metode Repetisi Sanford Meisner punya beberapa fase, fase pertama, sejauh pemahaman kami disebut Meisner sebagai fase Mechanical Repetition. Jadi bentuk latihannya kurang lebih begini; kamu akan berhadapan dengan kawan mainmu. Saling berpasangan dua orang. Setelah itu, pengulangan kata dimulai dengan salah satu mengucapkan satu kalimat tertentu. Meisner memulai dengan menyatakan sesuatu yang kamu lihat. Misalnya, kamu mengatakan “Rambutmu hitam” kemudian kawan mainmu akan mengulang kata yang persis sama “Rambutmu hitam” dan diulang berulang kali. Pada fase pertama ini, Meisner mengatakan kalau tujuannya adalah memeriksa bahwa pendengaran yang melakukan cukup baik dan mendengarkan cukup baik.

Meisner menyadari bahwa fase pertama itu mekanik, tidak manusiawi, dan monoton tapi menjadi dasar atas sesuatu. Di dalam repetisi mekanikal itu ada sebuah hubungan yang tercipta dari proses saling mendengarkan satu sama lain. Meskipun hasilnya masih tidak manusiawi, monoton dan mekanik, tapi ada satu kegiatan pasti yang terjadi di Repetisi Mekanikal, yakni mendengarkan. Tapi menurut Meisner, ini adalah dasar dari apa yang nanti menjadi dialog emosional. 

Setelah Repetisi Mekanikal, ada Repetisi Point of View. Di dalam fase ini pengulangan kata mulai agak bervariasi. Jika sebelumnya kamu hanya akan mengulang kata seperti yang kamu dengar, kayak “Rambutmu hitam” diulang “Rambutmu hitam”, dalam Repetisi Point of View ini kamu mulai menggunakan sudut pandang masing-masing. Contohnya jadi seperti ini; Kamu akan bilang “Rambutmu hitam”. Lalu temanmu tidak bilang “Rambutmu hitam”, tapi ia akan bilang “Rambutku hitam”. Dalam fase ini sisi kemanusiawiannya mulai muncul. Sudah tidak kosong dan mekanikal lagi. 

Dalam repetisi, yang jadi “pemimpin” bisa siapa saja dan bisa bergantian. Setiap siapapun yang memimpin, ia harus bisa melakukan perubahan yang sesuai dengan apa yang sedang terjadi di momen ia melakukan repetisi. Misalnya ketika kalian melakukan Repetisi Point of View, setelah berulang kali mengatakan “Rambutmu hitam”, kalian bisa menggantinya dengan “Kamu mengakui kalau rambutmu hitam?” maka kawan mainmu harus mengikuti kata-kata yang kamu ucapkan tadi dengan misalnya “Iya, aku mengakui kalau rambutku hitam”. Kamu kemudian bisa melakukan perubahan lagi, misalnya dengan bilang “Aku nggak suka rambut hitammu” maka temanmu harus menimpali dengan kata yang sama seperti misalnya “Kamu nggak suka dengan rambut hitamku?”. Perubahan ini terjadi karena adanya insting. 

Dalam penjelasan lebih lanjut, Meisner mengatakan bahwa perubahan yang terjadi dalam proses Repetisi itu dipegang oleh insting. Jadi kamu, mau tidak mau harus belajar menggunakan instingmu untuk tahu kemana arah perubahan repetisi ini. Menurut penjelasan Meisner insting bisa muncul ketika kamu benar-benar memperhatikan kawan mainmu. Lalu bagaimana kalau dalam momen repetisi ada momen diam atau silent? Maka menurut Meisner, momen itu harus direspon dan digunakan. Misalnya dengan berkata “Kenapa kamu diam?” dan kawan mainmu harus merespon kata yang kamu ucapkan itu. Pada akhirnya, Meisner mengatakan kalau biarkan instingmu mendikte perubahan, bukan hanya repetisinya. 

Jadi kalau bicara soal repetisi Meisner, tujuannya bisa banyak sekali. Bisa menggugah kemampuan observasi, membuat kita jadi pendengar yang lebih baik, melatih insting, belajar untuk berada disini dan sekarang, tidak merencanakan ke depan atau ke belakang, yang kalau dihubungkan dengan Stanislavski, akan sangat nyambung dengan istilah “Here and Now”. Jadi sepertinya bukan hanya “proses pembiasaan adegan”. Mungkin iya, jika bicara repetisi yang lain, bukan repetisi Meisner. 

Udah pernah denger metode ini belom? Sejauh yang kami tahu metode Repetisi Meisner ini cukup jarang digunakan. Pun, jika digunakan sepertinya salah dipahami. Kok bisa begitu? Jadi apa sebenarnya metode Repetisi ini? Apakah ia adalah metode pengulangan saja? Kalau pengulangan aja, bukankah yang dilakukan di semua latihan adalah pengulangan? Masuk donk? Tar dulu, geser untuk #taudikit tentang Repetisi. Inget! Kita kasih #taudikit sisanya cari sendiri ya! Jan lupa di save dan di share!

About The Author

Coba tulis pendapatmu!!!