[Acting Review] Darkest Hour; Tak Berhenti Di Perubahan Fisik

Darkest Hour

Darkest Hour adalah sebuah film biopic yang bercerita tentang perdana menteri UK, Winston Churchill. Film Darkest Hour ini dibintangi oleh Gary Oldman, seorang aktor kawakan yang berusia sekitar 59 tahun ketika memainkan film ini. Film Darkest Hour ini jugalah yang mengantarkannya mendapatkan Oscar pertamanya, dari 2 nominasi yang pernah ia dapatkan. Sebelumnya di film Tinker Tailor Soldier Spy di tahun 2011 ia hanya berhasil mendapatkan nominasi.

Bicara soal permainan Gary Oldman di film ini, apa yang menarik dari penciptaan Gary Oldman?

Terima Kasih Make Up!

Pada menit pertama kami melihat kemunculan Gary Oldman sebagai Winston Churchill di Darkest Hour, kami angkat topi untuk pemake up nya, Kazuhiro Tsuji. Kami tercengang dengan make up yang dibuat oleh Kazuhiro. Make upnya terlihat sangat nyata, menyatu dengan semua pergerakan ekspresi Gary, bahkan sampai pada bagian terkecil. Sehingga, kami bisa berkata bahwa secara fisik, terutama soal kenampakan wajah, Gary Oldman telah berubah sangat jauh dari dirinya sebagai Gary Oldman dan menjadi sangat dekat dengan Winston Churchill. Tapi pertanyaannya, apakah hanya make up saja yang membuat Gary Oldman berubah? Nyatanya tidak!

Perubahan make up itu nampaknya akan sia-sia jika tidak dibarengi dengan capaian Gary Oldman di bagian yang lain. Seperti bagaimana tugas seorang aktor, bahwa ia harus menciptakan tokoh seutuh mungkin, Gary Oldman melakukan hal itu. Kita mulai dari suaranya terlebih dahulu. Sebelumnya, coba dengarkan pidato Winston Churchill yang ada di Youtube pada video berikut;

Setelah itu dengarkan adegan dimana Gary Oldman, sebagai Winston Churchill, berpidato;

https://youtu.be/jnmq3iW45xE

Bagaimana? Apakah menemukan kemiripan? Sejauh yang kami dengarkan, (kami berusaha mendengarkannya berulang kali) kami tidak menemukan kemiripan. Kami merasa bahwa suara Churchill yang asli terdengar sedikit lebih cempreng dari pada suara Churchill ciptaan Gary Oldman. Ini baru pada warna suaranya saja ya, belum pada bagian lain.

Soal warna suara, kami tak menemukan kemiripan. Suara Winston Churchill ciptaan Gary Oldman terasa agak ngebass atau sedikit tebal. Sementara suara Churchill yang asli terdengar sedikit cempreng. Meski begitu, kami tetap angkat topi pada apa yang sudah dicapai oleh Gary Oldman soal warna suara. Kenapa? Coba dengarkan suara Gary Oldman yang asli di video di bawah ini;

Bagaimana? Menemukan perbedaannya? Yups! Memang warna suara yang diciptakan Gary Oldman tidak sangat mirip dengan Winston Churchill, tapi warna suara itu terasa sangat berbeda dengan suara Gary Oldman yang asli. Itu menjadi sebuah capaian yang menarik pada segi warna suara saja.

Setelah bicara soal warna suara, sekarang kita kembali mendengarkan dua video di atas, yakni video pidato Churchill yang asli dan video pidato Gary Oldman sebagai Churchill. Coba dengarkan baik-baik. Kalian akan menangkap cara bicara yang hampir mirip antara Winston Churchill yang asli dengan Winston Churchill ciptaan Gary Oldman. Dalam soal cara bicara, Gary Oldman sebagai Churchill terlihat berusaha sedekat mungkin dengan Winston Churchill yang asli. Bahkan jika kalian perhatikan lebih detail lagi pada cara Winston Churchill memperlakukan bibirnya ketika bicara, dan cara Gary Oldman memainkan bibirnya ketika menjadi Churchil, maka kita melihat kesamaan di antara keduanya. Lalu jika melihat cara Gary Oldman (tidak sebagai tokoh Churchill) bicara dan membandingkannya dengan saat ia menjadi Churchill, maka kita tidak menemukan kesamaan sedikit pun antara keduanya. Cara bicaranya, caranya memainkan bibir bagian bawah, semuanya berbeda.

Tak berhenti disitu, masih soal cara bicara. Kali ini coba perhatikan bagaimana Gary Oldman ketika bermain sebagai Winston Churchill memainkan nafasnya saat bicara. Kita bisa melihat bahwa pada tiap dialog yang akan diucapkan oleh Churchill, Gary Oldman juga tidak lupa untuk memainkan nafasnya yang terkadang nampak sedikit terengah-engah. Lalu bandingkan dengan Winston Churchill yang asli. Dengarkan baik-baik dan kalian akan menemukan juga cara terengah-engah yang sama dengan apa yang dilakukan Gary Oldman.

 

Warna suara memang tak sangat mendekati Churchill yang asli, tapi berhasil melompat jauh dari Gary Oldman. Lalu cara bicara, permainan bibir, caranya bernafas, semuanya terasa sama dengan Churchill yang asli. Tak berhenti sampai disitu, perhatikan pada kedua video di atas, pidato Churchill yang asli dan Gary Oldman sebagai Churchill. Perhatikan bagaimana keduanya memenggal kata. Jika diperhatikan baik-baik, keduanya memenggal kata dengan cara dan momen yang hampir sama. Dari bagian suara saja, mulai dari warna suara, sampai cara memenggal kata, Gary Oldman seperti tahu bahwa ia sedang tidak menciptakan tokoh fiksi. Ia tahu bahwa tokohnya benar-benar ada dan ia hanya merepresentasikan tokoh itu sehingga Gary Oldman berusaha tidak menyisakan dirinya ketika ia bermain sebagai tokoh.

 

Masih berbicara soal capaian fisik, kali ini pada cara berjalan. Kita bisa melihat capaian yang cukup baik pada caranya berjalan. Kita tahu bahwa Gary Oldman dibantu oleh make up untuk mendapatkan tubuh yang gemuk dan mendekati tubuh Winston Churchill yang asli. Sekedar catatan, Gary Oldman tidak menaikkan berat badannya sama sekali seperti Christian Bale pada tiap tokoh yang ia mainkan. Meski begitu Gary Oldman nampaknya sadar bahwa ia harus merubah caranya berjalan dan bukan hanya merubah, tapi harus selaras dengan kondisi tubuh yang dimiliki si tokoh. Lalu karena ini adalah tokoh biopic, maka bentuk berjalan Gary Oldman sebagai Winston Churchill harus semirip mungkin dengan tokoh Winston Churchill yang asli. Pada bagian cara berjalan, Gary Oldman bagi kami berhasil, meskipun kami tidak mendapatkan footage bentuk berjalan Winston Churchill, tapi setidaknya kami bisa mengira-ngira bahwa dengan tubuh yang gemuk, kondisi fisik yang agak ringkih, maka ia akan memiliki cara berjalan seperti apa yang diciptakan Gary Oldman. Pada bagian itulah pengetahuan soal anatomi jadi penting di dunia keaktoran. Seorang aktor setidaknya harus tahu seperti apa bentuk tubuh berefek pada cara berjalan dan gesture tubuh yang lain.

Masih berlanjut soal fisik. Hal yang menarik lainnya adalah semiotika atau tanda yang dikirimkan ke penonton untuk menjelaskan bahwa Winston Churchill ciptaan Gary Oldman ini sudah tua, 65 tahun, dan tubuhnya ringkih. Kami bisa melihat ringkihnya tubuh Winston Churchill di beberapa adegan, terutama ketika ia sedang dalam kondisi terpuruk. Hebatnya, ringkihnya tubuh Winston Churchill itu berhasil Gary Oldman jadikan sebagai “bumbu” sekaligus “pembentuk” cara berjalan dan gesture tubuh yang lain dari tokoh tersebut.

Masih bicara soal fisiologis, kali ini kita akan melihat bahasa tubuh atau gesture yang diciptakan Gary Oldman. Kita akan bahas dari caranya memainkan tangan. Sebelum itu, lihat lagi video pidato Churchill berikut ini;

Lalu bandingkan dengan video pidato di film Darkest Hour, dan perhatikan bagaimana cara tangannya bermain.

Kami menemukan kesamaan yang menarik. Pertama adalah soal posisi tangan ketika berkacak pinggang. Baik Winston Churchill yang asli, dan Winston Churchill ciptaan Gary Oldman punya bentuk yang sama ketika mereka berkacak pinggang. Selain itu, coba perhatikan lagi gerakan dan bentuk-bentuk gesture tangan Winston Churchill ciptaan Gary Oldman dan Winston Churchill yang asli. Keduanya punya gesture yang sama persis yakni sama-sama memainkan kedua tangannya secara simetris.

Lalu bagaimana dengan bagian yang lain? Secara garis besar, meskipun Gary Oldman dibantu dengan Make Up, ia tetap menciptakan dimensi fisiologis dengan sangat baik. Ia memperhatikan semua hal yang berhubungan dengan fisiologis, mulai dari gesture tubuh yang besar, hingga yang terkecil. Tak berhenti sampai disitu, ia juga memainkan gesture tersebut dengan sangat hidup dan konsisten dari awal sampai film Darkest Hour selesai.

Okay, tubuh sudah lengkap. Hampir tak ada tubuh Gary Oldman yang tersisa di Darkest Hour. Lalu bagaimana dengan permainan emosi, respon, dan hal lain? Apakah sebaik dimensi fisiologis?

Dinamis, Hidup dan Manusia yang Lengkap

Kalau dimensi fisiologis tokoh Winston Churchill berhasil diciptakan dengan cukup sempurna oleh Gary Oldman, pada dimensi yang lain juga berhasil diciptakan dengan baik. Salah satunya adalah soal dinamika emosi yang menarik pada hampir semua adegan. Dalam film Darkest Hour ini kita diberikan penggambaran bahwa Churchill adalah orang yang pemarah, egois, sombong, superior, dan tidak bisa ditekan. Kalau kalian memperhatikan film Darkest Hour ini baik-baik, hampir 70% emosi yang ada di film ini adalah emosi marah yang meledak-ledak. Meski ada banyak sekali adegan marah, kita masih bisa melihat dinamika dalam setiap adegan marah yang dilakukan Gary Oldman. Bahkan ketika adegan marah yang sangat menggebu-gebu.

Salah satu contohnya bisa kamu lihat di adegan ketika ia marah pada rapat di bunker. Videonya bisa kamu lihat di bawah ini, terutama pada menit ke 1.43

Pada adegan tersebut kita bisa melihat kemarahan yang menggebu-gebu dari Churchill. Meski kemarahannya meledak-ledak, kita masih bisa melihat alasan yang jelas dan dinamika yang menarik dari kemarahan tersebut. Tak hanya itu, dinamika tersebut muncul bukan tanpa alasan, tapi karena Gary Oldman benar-benar mendengarkan lawan mainnya dengan baik.

 

Bukan hanya ketika marah saja Gary Oldman menunjukkan dinamika yang hidup. Tapi ketika adegan gugup dimana sepanjang yang kami tahu hanya terjadi sekali di film ini. Adegan itu pun tak kalah menarik. Kamu bisa melihatnya di bawah ini;

 

Pada adegan tersebut kita bisa melihat bahwa Churchill sedang dalam kondisi gugup dan sedikit tertekan. Kita bisa merasakan kegugupan dan pembagian fokusnya antara mengoreksi tulisan dan merespon lawan mainnya yang terus menyuruhnya untuk bersiap karena akan On Air sebentar lagi. Dalam adegan itu juga kita bisa membaca bahwa Churchill memang orang yang tidak suka ditekan. Terbukti ketika ia terus ditekan, akhirnya Churchill pun meledak. Kemarahannya pada adegan ini juga terasa dan terlihat sangat menarik. Lalu berlanjut ketika ia mulai berpidato, nampak Churchill berusaha mengendalikan emosinya sepersekian detik sebelum memulai pidato. Emosi yang dinamis!

Selain marah, yang sangat banyak terjadi di film Darkest Hour, lalu gugup yang hanya ada 1 di film ini, sejauh yang kami ingat, ada juga adegan dimana Churchill merasa dirinya kalah dan bersalah. Adegan itu adalah ketika ia duduk di gudang dan berbincang bersama Raja. Kamu bisa melihat videonya di bawah ini;

Jika kamu perhatikan, di sepanjang film hampir tidak ada gesture tubuh yang meringkuk dari Churchill. Semua gesture tubuhnya selalu naik ke atas, membuka lebar, dan seolah-olah menguasai sekitar. Tapi pada adegan itu kita disuguhi sisi kehidupan Churchill yang lain. Sisi dimana ia juga manusia, yang punya perasaan manusiawi, perasaan bersalah dan menyesal. Kita bisa melihat bagaimana pada adegan tersebut tangannya hanya diletakkan di paha, lalu jarak antara tangan dan torso menyempit. Belum lagi pada posisi kepala yang sedikit menunduk. Semua bahasa tubuh itu menandakan perasaan bersalah yang dalam dari Churchill. Dan Gary Oldman berhasil menunjukkan Churchill sebagai manusia yang utuh. Manusia yang juga bisa merasa bersalah dan tidak selamanya egois, sombong, superior, dan tidak mau diatur seperti apa kata lawan politiknya.

Selain itu kamu juga bisa melihat sisi kemanusiaan Winston Churchill ketika di dalam kereta ia bertemu dan berbincang dengan warga sipil. Kamu bisa melihatnya di video di bawah ini;

Pada adegan itu kita bisa melihat sisi kemanusiaan yang lain dari Gary Oldman. Terutama pada beberapa adegan kecil dimana ia menangis dan tidak berusaha menutupi tangisannya. Bagi kami, adegan kereta merupakan salah satu adegan yang paling menarik karena Gary Oldman berhasil menunjukkan sisi kemanusiaan Winston Churchill dengan sangat sederhana tapi berarti banyak.

Lalu kembali bicara soal dinamika emosi yang dimainkan Gary Oldman, kamu juga bisa melihatnya ketika adegan di bunker dan ia sedang membaca koran bergambar Hitler. (Kami tidak bisa menemukan cuplikan videonya di Youtube, jadi semoga kamu menemukan adegan tersebut di filmnya.)

Pada adegan tersebut kita bisa melihat penyusunan emosi yang menarik dari Gary Oldman. Ia nampak marah para Hitler, tapi caranya menyusun emosi menarik. Ia seperti busur panah, yang meringkuk terlebih dahulu untuk mendapatkan kekuatan yang cukup guna meledakkan emosi dan pikirannya. Caranya melemparkan emosi pun tepat, baik secara waktu atau pun porsi.

 

Secara garis besar permainan Gary Oldman dalam film ini menarik. Baik jika kita melihatnya dari sudut pandang fisiologis, sosiologis, hingga psikologis. Dari fisiologis terlihat kesempurnaan capaian Gary Oldman dibantu dengan make up yang luar biasa dari Kazuhiro Tsuji, serta ciptaan bentuk tubuh atau pun gesture yang hidup dan menarik dari Gary Oldman. Semua padu padan dan membuat dimensi fisiologis tercipta dengan utuh, hidup, dan sempurna. Lalu pada bagian emosi, kita juga bisa melihat permainan emosi yang menarik. Gary Oldman berhasil menunjukkan dinamika emosi si tokoh, berhasil mendengarkan lawan mainnya dengan baik dan merespon dengan tepat. Tapi bagi kami yang paling menarik adalah bahwa Gary Oldman bukan hanya berhenti pada penciptaan fisik atau dimensi yang lain, tapi ia telah berhasil menunjukkan sisi kemanusiaan Winston Churchill di film ini.

Dengan capaian selengkap ini, dari dimensi yang beragam, tak heran kalau Gary Oldman berhasil meraih Oscar pertamanya. Kalau menurutmu? Tuliskan pendapatmu tentang permainan Gary Oldman di kolom komentar! Terima kasih sudah membaca sebanyak ini!

Viva Aktor!