3 Hal yang Harus Dilakukan Untuk Mempersiapkan Peran

Mempersiapkan Peran

Mungkin sebagian dari kamu pernah ada dalam posisi harus mempersiapkan peran, entah itu untuk film atau pun panggung. Lalu apa yang akan kamu lakukan ketika kamu sudah ada di posisi mempersiapkan peran? Mungkin ada beberapa dari kamu yang bingung apa saja yang harus dilakukan untuk mempersiapkan tokoh. Bahkan mungkin sebagian besar dari kalian malah lebih fokus menghafal naskah dari pada mencari siapa tokohnya. Iya nggak? Apalagi kalau sudah berhadapan dengan produksi yang mepet, dimana kalian hanya mendapatkan waktu beberapa hari, atau bahkan beberapa jam sebelum shooting. Lalu apa yang harus dilakukan?

Berikut ini setidaknya 3 hal utama yang harus kalian lakukan untuk mempersiapkan tokoh.

 

 

Mempersiapkan Modal Dasar

Hal pertama yang wajib kalian lakukan untuk mempersiapkan peran adalah mempersiapkan modal dasar aktor. Apa saja itu modal dasar aktor? Modal dasar aktor itu adalah tubuh, suara, emosi atau rasa, dan pikiran atau wawasan. Penjelasan lengkapnya bisa kalian baca disini.

Jika kalian sudah sempat membacanya, kami menyebutkan bahwa modal dasar adalah sesuatu yang harus selalu diasah dan dipersiapkan aktor. Entah ia sedang dalam kondisi mempersiapkan tokoh atau tidak. Kenapa begitu? Karena ketika kalian sudah dalam fase harus mempersiapkan tokoh, maka 4 modal itu harus siap juga. Setidaknya dalam kesiapan dasarnya. Misalnya tubuh, setidaknya tubuh kalian sudah memiliki kelenturan dalam titik tertentu ketika akan mempersiapkan tokoh kalian yang seorang atlit atau semacamnya. Jika tubuh sebelumnya tidak memiliki kelenturan sama sekali atau modalnya tidak dipupuk dengan baik, maka bisa jadi proses mempersiapkan tokoh akan jadi tidak maksimal. Kenapa? Karena tubuh kalian jadi harus lebih belajar banyak dan memakan waktu lama.

 

Kita ambil contoh, Natalie Portman ketika ia memainkan Black Swan. Dalam mempersiapkan tokohnya, Natalie harus berlatih ballet terlebih dahulu selama satu tahun. Natalie tentunya sudah melatih tubuhnya, setidaknya dengan olah raga secara umum. Kemudian ketika ia harus memainkan tokoh yang merupakan seorang penari ballet, maka ia harus melatih lagi tubuhnya agar bisa menari ballet. Natalie hanya berlatih ballet, bukan mempersiapkan tubuhnya untuk berlatih ballet, karena tubuhnya sudah siap. Itu saja butuh waktu satu tahun. Bayangkan kalau misalnya tubuhnya belum menjadi modal yang settle, mungkin Natalie harus menjalani waktu yang lebih lama lagi untuk mempersiapkan tokohnya.

Begitu juga dengan modal-modal dasar yang lain. Itu kenapa, mempersiapkan modal dasar ini adalah poin penting dalam mempersiapkan peran dan salah satu fase yang terjadi justru bukan pada fase mempersiapkan tokoh. Tapi pada fase sebelum mempersiapkan tokoh.

Riset

Baik, setelah kalian selesai dengan modal dasar, maka sekarang waktunya masuk ke fase riset. Dalam fase riset ini ada banyak sekali kegiatan yang harus kalian lakukan. Hal pertama yang wajib kalian lakukan adalah membaca naskah dengan cermat. Kenapa membaca naskah itu jadi penting? Pasalnya dalam naskah lah tokohmu bermula. Kecuali dalam kasus-kasus tertentu dimana kamu harus menciptakan tokoh sendiri, sesuai arahan sutradara tanpa naskah. Tapi pada kebanyakan kasus naskah adalah pondasi utama tokoh yang akan kamu mainkan. Jadi dalam riset, yang pertama kali kalian hadapi adalah naskah. Berusahalah untuk mencermati naskah dengan baik.

Perhatikan semua yang tertulis di naskah dan berhubungan dengan tokoh. Dalam naskah itu ada teks dan subteks. Teks adalah sesuatu yang tertulis di naskah, sementara subteks adalah apa yang ada di balik teks tersebut. Bisa jadi emosi, makna, atau hal lain yang tersembunyi dalam teks.

 

Langkah pertama mencermati naskah adalah memahami teks terlebih dahulu. Setelah kalian memahami teks dan mencatatkan apa yang bisa kalian dapatkan dari teks, baru kemudian kalian bisa beranjak ke subteks. Sederhananya begini, cari apa yang terlihat dulu, jangan buru-buru mencari apa yang tidak terlihat. Setelah kalian sudah mendapatkan semua yang sudah terlihat, dan menurut kalian masih banyak pertanyaan tentang tokohnya, barulah kalian bisa mencari yang tak terlihat itu. Kenapa harus yang terlihat dulu? Kenapa tidak berbarengan? Biasanya, yang tak terlihat itu membutuhkan pisau bedah atau keilmuan lain untuk mendapatkan maksud atau intinya.

Misalnya begini, dalam satu naskah film, tokoh kalian disebutkan sebagai orang yang depresi dan informasinya berhenti sampai disitu. Kalian tidak bisa memukul rata siapapun orang depresi yang kalian temui adalah tokoh kalian. Disinilah kemudian dibutuhkan pisau bedah yang lain. Misalnya ilmu kejiwaan dan psikologi. Tujuannya untuk mencari alasan dibalik depresi tersebut, bentuk depresinya, dan lain sebagainya yang cenderung lebih dalam pemahamannya. Misalnya, depresi yang muncul karena alasan A akan berbeda bentuk dan lakunya ketika ia muncul karena alasan B dan seterusnya.

Contoh yang tak terlihat lagi adalah latar waktu dari si naskah. Mungkin di naskah akan disebutkan tahun berapa ia terjadi. Tapi secara terperinci, kalian harus tahu apa yang terjadi pada tahun itu. Peristiwa apa saja yang terjadi pada tahun tersebut yang bisa jadi ia akan mempengaruhi tokoh. Misalnya disebutkan naskah terjadi pada tahun 1998 ketika reformasi. Kalian harus tahu apa saja yang terjadi pada tahun 1998. Ini baru pada tahunnya saja. Kalau kemudian muncul latar tempatnya juga, misalnya Bandung, 1998. Maka kalian harus mencari tahu apa yang terjadi di Bandung pada tahun 1998. Dimana mungkin peristiwa yang terjadi kala itu mempengaruhi tokoh, baik secara psikis atau sosial. Nah, untuk mendapatkan itu, kalian membutuhkan ilmu sejarah, atau ilmu-ilmu lain yang bisa membedah peristiwa masa lalu.

 

Fase ini bisa dibilang merupakan fase yang paling rumit di antara dua fase yang lain. Setelah kalian selesai dengan naskah, ingat! Tujuan dari riset ini adalah bisa mendapatkan informasi tentang tokoh sedetail mungkin.

Jadi, setelah kalian mencermati naskah dan mendapatkan informasi yang sangat detail tentang tokoh, barulah kalian bisa melakukan hal kedua yakni observasi langsung, atau nyemplung ke ruang-ruang yang biasa menjadi ruang tokoh. Dalam fase ini kalian masih dalam ruang aktor yang mencari informasi soal tokoh ya! Belum menjadi tokoh yang masuk ke ruang-ruang tokoh.  Kenapa harus selesai riset terlebih dahulu dan kenapa masih dalam ruang aktor, bukan tokoh? Pertama, apa yang mau kalian lakukan kalau riset internal belum selesai tapi sudah masuk ke ruang-ruang tokoh? Kedua, mungkin ada jawaban yang tidak kalian dapatkan dari membaca naskah, tapi harus terjun langsung. Maka dari itu kesadaran tokoh dalam ruang riset ini masih diperlukan. Tapi ingat, bahkan ketika hendak melakukan riset lapangan, kamu tetap harus menyelesaikan proses riset internalmu terlebih dahulu. Jangan buru-buru pergi ke ruang-ruang tokoh.

Sederhananya begini, kalau mau pergi ke tengah gurun, persiapkan modalnya terlebih dahulu agar tidak mati kehausan. Nah, modal itu adalah hasil riset yang sudah kalian lakukan. Setelah setidaknya modal sudah banyak, lalu masih ada banyak pertanyaan lain (dan harusnya ada pertanyaan lain), maka kalian bisa melakukan riset lapangan, observasi langsung, atau nyemplung ke ruang-ruang yang biasa menjadi ruang tokoh tapi masih sebagai aktor, belum sebagai tokoh.

Isolasi Diri

Setelah kalian selesai dengan fase riset, maka hal terakhir yang bisa kalian lakukan untuk mempersiapkan peran adalah dengan mengisolasi diri dan mulai masuk ke bentuk-bentuk tokoh. Di fase ini kalian setidaknya sudah menemukan 70% – 80% tokoh dari hasil riset. Sisanya kalian temukan dengan jalan melakukan semuanya sebagai tokoh.

Isolasi diri adalah menahan diri kalian untuk tidak muncul dalam tokoh ciptaan kalian. Contoh sederhananya begini, kalian punya bentuk kaki O, sementara tokoh tidak memiliki bentuk kaki semacam itu, maka kalian harus mengisolasi bentuk kaki O itu agar ia tidak keluar saat kalian memainkan tokoh. Kalian harus menyimpan sementara bentuk kaki O itu agar kalian bisa sepenuhnya menggunakan cara tokoh berjalan. Fase ini tidak serumit fase riset. Tapi pada fase ini lah kalian akan mengalami rasa lelah yang mungkin lebih lelah dari 2 fase sebelumnya.

 

Pada beberapa metode, Method Acting misalnya, aktor harus ada dalam tokoh itu sepenuhnya selama beberapa waktu dan tidak keluar dari tokoh itu. Seperti apa yang dilakukan oleh Daniel Day-Lewis di hampir semua filmnya, dimana ia tetap ada dalam tokoh sebelum shooting atau ketika proses shooting berlangsung. Cara ini tidak dipakai banyak aktor karena menurut beberapa aktor, cara ini adalah cara yang berlebihan. Meskipun metode ini adalah salah satu metode paling efektif untuk memainkan tokoh dengan baik dan bisa mendapatkan Oscar. Mungkin 70% dari peraih Oscar sepanjang sejarah dikuasai oleh para pengguna Method Acting.

Lalu pertanyaannya, apakah isolasi diri itu harus terus dilakukan? Tidak ada jeda? Seperti yang sudah kami bilang di atas, kalau kalian menggunakan method acting, maka Iya! Kalian harus selalu mengisolasi diri ketika sudah sampai pada fase ini. Tapi kalau kalian menggunakan metode yang lain, maka kalian bisa hanya mengisolasi diri ketika memainkan tokoh saja. Sementara ketika sedang tidak dalam adegan atau dalam ruang tokoh, kalian bisa melepas isolasi tersebut. Tapi yang perlu kalian perhatikan dalam melakukan hal itu adalah konsistensi dari bentuk tokoh kalian. Selama kalian bisa menyadari soal konsistensi bentuk itu, maka rasanya tak masalah kalau kalian keluar masuk tokoh.

3 hal yang disebutkan di atas tadi adalah poin yang paling umum. Seperti yang dituliskan, dalam masing-masing poin itu kegiatan yang kalian lakukan sangat banyak. Jadi sebenarnya, mencari tokoh atau mempersiapkan tokoh itu cuma butuh beberapa step mudah, tapi apa yang harus dilakukan dalam step itu yang rumit. Jadi, sudah tahu apa yang harus kalian lakukan ketika mendapatkan peran? Kalau soal berapa lama waktunya, menurut kalian, berapa lama waktu yang ideal untuk seorang aktor mempersiapkan peran? Tulis di kolom komentar ya! Mari berbincang, mari berbagi!

Viva Aktor!

About The Author