Nada Dialog, Gimana Sih Cara Menentukannya?
Siapa disini yang sering kebingungan menentukan nada dialog? Ngapalinnya mungkin lebih mudah ya, tapi pas udah berurusan sama nadanya, bingung. Masalahnya sering sekali nada-nada itu tiba-tiba jadi sama. Terutama di akhir kalimat. Selalu kerasa sama. Sampek akhirnya kerasa monoton. Terus gimana donk cara menentukan nada dialog?
Pahami Karakternya
Hal pertama yang harus kamu lakukan adalah memahami dengan baik karakternya. Kenapa? Ya jelasnya karena si karakter ini yang akan mengucapkan semua dialognya. Kalau kamu nggak paham sama karakternya, ya kamu nggak akan tahu gimana cara menentukan nada dialognya.
Kamu harus paham seluk beluk karakternya. Pahami tiga dimensinya, pahami sejarah karakternya, dan pokoknya semua hal yang berhubungan sama karakter mesti kamu pahami. Ingat, dipahami ya! Bukan asal tahu aja.
Pahami Peristiwanya
Berikutnya, kamu harus memahami peristiwanya. Ingat kalau dialog itu juga terjadi karena adanya peristiwa. Kamu mesti paham dengan baik peristiwa apa yang sedang terjadi dan gimana peristiwa itu berefek pada si karakter.
Banyak aktor yang justru melewatkan pemahaman atas peristiwa sehingga dia hanya menghapal dialognya aja. Padahal pemahaman atas peristiwa ini adalah salah satu kunci dasar untuk bisa memilih, nggak cuma nada dialog, tapi juga aksi yang tepat. Tentu tepat sesuai karakter ya! Jadi memahami karakter tetap menjadi langkah pertama.
JANGAN BIKIN NADA DIALOG!
Nah lho! Nih! Penting nih! Jangan pernah merancang nada dialog! Lha?! Kok bisa begitu? Gini deh, kalau kamu ditanya, apa itu dialog, apa jawabanmu? Mungkin kamu akan bingung atau bilang “Kata-kata yang diucapkan karakter”, oke, terus? Bingung kan? Kita bantu. Dialog itu by-product, terlalu susah bahasanya, kita ganti jadi buah pikir dan rasa atas peristiwa yang terjadi pada karakter, yang dipengaruhi oleh kondisi karakter.
Nah, kalau kamu memahami dialog dengan cara itu, maka seharusnya kamu tidak pernah merancang nada dialog. Kamu hanya perlu menyerahkan diri sepenuhnya pada peristiwa dan benar-benar memahami karakternya. Kalau kamu merancang nada dialog, percayalah bahwa nada dialog yang kamu rancang itu terbatas jumlahnya. Mungkin kamu bisa merancang seribu nada yang berbeda, tapi sekali kamu sudah menyentuh seribu, kamu akan kembali ke 1 lagi. Dan akhirnya jadi monoton.
Dan lagi, kalau impulsnya nggak sesuai sama nada dialog yang kamu rancang, apa nggak malah terdengar aneh dialogmu? Jadi, nggak usah bikin nada! Serahkan saja dirimu sepenuhnya pada karakter dan peristiwa. Biar karakter dan peristiwa yang membuat nada dialognya sendiri.
Paham? Kalau nggak paham, nanti kita bahas lain waktu. Tapi ada satu masalah yang sulit nih. Pengetahuan ini nggak semua sutradara setuju dan tau. Kamu mungkin akan menemui sutradara-sutradara yang malah mengatur nadamu, lupa bahwa segala nada itu berasal dari pikiran dan perasaan karakter atas peristiwa yang sedang terjadi padanya. Terus, gimana menghadapinya? Tar, kita bahas di artikel lain.