Enaknya Jadi Aktor

Jika kamu lebih suka mendengarkan daripada membaca, bisa mendengarkan versi Podcastnya DISINI.

 

Apa enaknya jadi aktor? Pernah nanya itu nggak sama diri kalian ketika mau atau bercita-cita jadi aktor? Apa enaknya jadi aktor? Kenapa mau jadi aktor? Karena akan terkenal kah? Atau karena bayarannya yang banyak, punya banyak uang, dan punya kehidupan bak raja? Tapi apa bener kalau itu enaknya jadi aktor? Terus apa aja enaknya jadi aktor? Ini daftar enaknya jadi aktor yang setidaknya harus kalian tahu sebelum memutuskan untuk bercita-cita jadi aktor!

1.     Bukan Populer

Siapa bilang kalau semua orang yang bercita-cita jadi aktor itu karena pengen populer? Nyatanya, banyak aktor yang nggak pengen populer. Bahkan,  bagi mereka popularitas itu nggak sepenuhnya menyenangkan lho! Mungkin sebagian dari kalian sudah punya pikiran bahwa menjadi terkenal atau populer itu nggak menyenangkan. Pertama karena kehidupan pribadi kalian akan jadi perhatian banyak orang. Kedua, kalian nggak akan tenang ketika jalan ke tempat-tempat umum karena akan selalu dikerumuni orang banyak dan jadi pusat perhatian (Jangan salah, itu nggak enak banget). Ketiga, semua orang, terutama fansmu, akan merasa memilikimu sehingga akan merasa berhak melakukan apapun yang mereka inginkan padamu.

 

Seperti yang dikatakan tadi, bahwa ada beberapa aktor Hollywood yang tidak suka jadi terkenal. Sebagai contoh, misalnya Johnny Depp. Aktor yang satu ini malah merasa bahwa jadi terkenal itu sama rasanya seperti jadi buronan. Tahun 2014 saat interview dengan Today, Depp mengatakan bahwa kehidupan populer itu seperti kehidupan seorang buronan. Semua harus memakai strategi, bagaimana pergi ke hotel, keluar hotel, ke restoran, semua butuh strategi. Lalu ada juga Jennifer Lawrence yang berkata bahwa ia tidak menemukan kedamaian ketika menjadi terkenal. Megan Fox juga mengatakan bahwa menjadi terkenal itu rasanya sama seperti ditindas. Bahkan menurut Anne Hathaway, ketenaran yang didapatkannya membuat ia menjadi lebih pendiam.

So, pengen jadi aktor karena mau terkenal? Yakin?

 

2.     Bukan Hanya Materi

Mungkin sebagian dari kalian berpikir bahwa menjadi aktor itu adalah salah satu cara untuk mendapatkan kehidupan yang jauh lebih baik secara finansial. Pernyataan itu tentu benar, karena banyak aktor yang punya bayaran fantastis dan mendapatkan kehidupan yang jauh lebih baik ketika mereka berhasil menjadi seorang aktor. Tapi pertanyaannya, apakah benar bahwa keinginan menjadi aktor melulu berhenti pada masalah materi? Mari kita lihat faktanya;

Banyak aktor yang ternyata juga tidak memikirkan materi sebagai alasan utama mereka memilih masuk dan hidup di dunia keaktoran. Seperti misalnya Jonah Hill, dimana ia rela dibayar jauh lebih murah dari pada bayarannya pada film-film sebelumnya, yakni hanya $60,000 agar bisa bermain di film Martin Scorcese. Ia tidak berpikir soal uang, tapi berpikir kesempatan bisa bermain di film Martin Scorcese, pengalaman yang tidak bisa diganti dengan uang. Dan lagi, nominal itu mungkin terlihat cukup besar, tapi coba bandingkan dengan lawan mainnya, Leonardo DiCaprio yang mendapatkan 25 juta US Dollar! Nominal itu jadi sangat kecil bukan? Johan Hill tidak memperdulikan berapa besar ia dibayar. Ia hanya ingin bermain dan disutradarai oleh Martin Scorcese.

 

Lalu ada juga Bill Murray yang sempat naik daun di tahun 80-90an. Lalu setelah itu karirnya meredup dan ia tak laku. Bill memang kemudian tak lagi pilih-pilih peran. Tapi semuanya berubah ketika ia bersama Wes Anderson membuat film berjudul Rushmore di tahun 1998. Dimana pada film itu ia hanya dibayar 9000 US Dollar saja. Bahkan konon kabarnya, dalam penggarapan film itu, Bill Murray menyerahkan cek kosong pada Wes Anderson untuk membantunya membeli set yang kurang. Ia juga ikut angkat-angkat properti! See? Sometimes it’s really not about money, it can be about how to survive, or even how to stay in the business, right?

Kalau yang satu ini mungkin kalian akan susah untuk percaya. Dia adalah Tom Cruise. Yes! Kita semua tahu bahwa Tom Cruise adalah aktor yang punya bayaran setinggi langit. Tapi tahukah kalian bahwa Tom Cruise pernah tidak berpikir soal berapa besaran gajinya saat bermain film? Yups! Dalam film Magnolia, Tom Cruise rela dibayar hanya 100.000 US Dollar karena sangat tertarik dengan naskah film tersebut. Kalau Bill Murray ada dalam kondisi yang hampir bangkrut dan berusaha bertahan dalam dunia keaktoran Hollywood, Tom Cruise malah sedang naik daun waktu itu. Tapi ia justru rela mengambil bayaran semurah itu (murah, karena sebelumnya ia bisa dibayar 10 juta US Dollar ke atas) karena jatuh cinta pada naskah Magnolia. Hasilnya, dalam film itu ia berhasil mendapatkan Golden Globe ketiganya!

Selain Tom Cruise juga ada Matthew McCounaghey. Kalau aktor yang satu ini lebih gila lagi. Ia menolak bermain di sebuah film berjudul Magnum, P.I, padahal dalam film itu ia akan dibayar 15 juta US Dollar. Ia menolak film tersebut dan lebih memilih Dallas Buyers Club dengan bayaran hanya 200,000 US Dollar! Hasilnya tidak sia-sia, setelah mendapatkan peran di film Dallas Buyers Club sejak tahun 2010, ia sangat total dalam pencarian tokohnya dan berhasil mendapatkan Oscar pertamanya dan menjadi kali pertama dan satu-satunya sepanjang karir Matthew, dimana ia berhasil masuk Oscar!

3.     Bisa Mempelajari Banyak Jenis Orang

Kalau kalian benar-benar ingin menjadi aktor, salah satu yang bisa kalian pertimbangkan sebagai “enaknya jadi aktor” adalah kemampuan atau kesempatan untuk bisa mempelajari berbagai jenis manusia, bahkan makhluk hidup lain. Sekarang bayangkan saja, kalau kalian main 10 film atau 10 pertunjukan teater dalam setahun. Dengan melakukan kewajiban aktor dengan baik, yakni observasi dengan baik dan detail, melakukan beberapa latihan dan upaya lain untuk mendapatkan tokoh, maka kalian akan mengetahui 10  manusia atau makhluk hidup lain dari berbagai sisi. Mulai dari bagaimana lingkungannya, bagaimana pikirannya berjalan, dan banyak hal lainnya yang berhubungan dengan tokoh yang pernah kamu mainkan.

 

Kenapa kami juga bilang makhluk lain? Ingat dengan Andy Serkis? Dimana ia menjadi King Kong dalam film King Kong dan ia mempelajari Gorilla hingga jauh-jauh pergi ke Rwanda? Bayangkan, ia menambah 1 pengetahuan lagi, yakni pengetahuan tentang Gorilla. Tapi ini tentunya dengan catatan bahwa kamu melakukan kewajiban sebagai seorang aktor secara maksimal. Kalau kamu hanya pengen muncul di TV dan tidak melakukan “kewajiban kerja aktor” dengan baik dan semestinya, ya mau 1 juta orang kamu perankan selama setahun juga kamu nggak akan bisa benar-benar tahu berbagai macam jenis orang dan makhluk hidup. Terus kenapa tahu berbagai macam jenis manusia itu jadi penting?

 

4.     Bisa Menghadapi Berbagai Jenis Orang

Jawabannya ada disini. Ketika kamu sudah tahu berbagai macam jenis manusia. Bukan hanya tahu dari luar, tapi juga dari dalam, maka kamu bisa menghadapi berbagai macam jenis manusia tersebut. Kamu juga bisa jadi orang yang lebih bijaksana dalam menghadapi berbagai macam jenis manusia. Sederhananya begini, kamu berhadapan dengan manusia yang tempramen, ketika kamu tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya dalam pikiran dan perasaan manusia itu, maka kamu akan ikutan marah juga.

 

Tapi ketika kamu sudah tahu, atau sudah pernah merasakan bermain sebagai manusia tempramen, maka ketika kamu menghadapi manusia dengan sifat semacam itu, kamu akan tahu bagaimana cara menghadapi dan memahami manusia tempramen tersebut. Begitu juga dengan berbagai jenis manusia lainnya. Semakin banyak yang kamu pelajari atau pernah kamu mainkan sebagai seorang aktor, maka semakin siap juga kamu menghadapi berbagai jenis manusia.

5.     Bisa Mengenali Diri Sendiri Lebih Dalam

Apa enaknya jadi aktor selain setidaknya 2 poin di atas? Jawabannya adalah bisa mengenali diri sendiri. Ini adalah tahapan yang sangat penting. Ketika kamu masuk ke dalam dunia keaktoran, maka kamu dituntut untuk bisa mengenali dirimu sendiri. Mengenali disini artinya dari berbagai macam sisi. Misalnya, dari caramu berjalan, caramu bicara, caramu marah, alasan-alasan yang membuat kamu marah, senang, sedih, dan lain sebagainya. Dan tidak berhenti disitu, ketika kamu menjadi aktor, mengenal diri artinya juga memahami bagaimana dirimu berkembang. Kenapa? Karena kalau kita bicara siapa itu diri dan mengembalikannya pada teori diri dalam ruang lingkup filsafat misalnya, maka diri itu nihil. Tapi ketika kita memahami bahwa mengetahui diri tidak berhenti pada tahu diri di waktu-waktu tertentu, tapi juga menyadari pertumbuhannya, maka secara tak langsung kamu juga mengenali dirimu lebih dalam lagi.

 

Apa gunanya mengenali diri dalam keseharian? Pertama, kamu bisa mengendalikan diri, sadar diri, dan tahu apa yang akan dan harus kamu lakukan dalam berbagai macam situasi. Sementara dalam ruang lingkup keaktoran, ketika kamu mengetahui dirimu, maka kamu juga bisa tahu harus menciptakan tokoh sejauh apa dari dirimu, atau sederhananya kamu bisa mendapatkan batasan yang jelas antara dirimu dan tokoh. Contoh sederhananya begini, ketika kamu tahu kebiasaan tubuhmu, lalu mendapatkan tokoh yang “baru” dan lain dari dirimu, maka kamu harus menjauhkan kebiasaan tubuhmu itu untuk menggunakan kebiasaan tubuh tokoh. Sekarang, kalau kamu nggak tahu diri dan kebiasaan tubuhmu, atau tidak memahami dirimu sendiri, bagaimana bisa menjauhkan kebiasaan tubuhmu, kalau kamu sendiri tidak tahu apa yang menjadi kebiasaanmu. Ini baru pada tataran kebiasaan atau aktifitas secara fisik. Belum pada cara berpikir, cara merasakan, dan hal lain, dimana semakin “tahu diri” si aktor, semakin tahu juga ia harus bagaimana menciptakan tokoh.

6.     Bisa Jadi Terapi Psikologi

Kata siapa akting cuma bisa dipakai di panggung saja? Pada kenyataannya, akting juga bisa dipakai sebagai terapi psikologi. Kalau kalian pernah membuka buku Psikologi Humanistik, pada buku itu ada salah satu metode psikologi bernama Psikodrama yang dikembangkan oleh Jacob Moreno, seorang ahli psikiatri dari Wina dan juga pengikut Sigmund Freud. Tujuan dari Psikodrama ini adalah mencari alternatif-alternatif lain selain pendekatan verbal yang dominan dalam psikoanalisis ortodoks yang akan memfasilitasi pelepasan emosional yang kuat.

Jadi, pelaksanaan psikodrama ini butuh latar atau panggung yang bebas dari paksaan dan batasan kehidupan sehari-hari, sehingga di saat yang sama Psikodrama bisa memberikan keamanan untuk mengeluarkan ekspresi diri dan bereksplorasi. Hal ini biasanya dilakukan oleh kelompok terapi yang juga melibatkan pengaturan adegan sehingga individu juga berusaha menciptakan atau menciptakan kembali suasana fisik dan emosional yang dikehendaki dan seolah-olah semua berlangsung untuk pertama kali. Sederhananya psikolog menyuruh pasien untuk seolah-olah berada di sebuah situasi dimana ia bisa meluapkan perasaannya semaksimal mungkin. Itu kira-kira pemahaman sederhananya.

 

Kalau dalam prakteknya, pernah nggak kalian, yang mungkin pernah main teater atau film, di luar latihan ngerasa BT, jengkel, atau punya masalah besar yang nggak bisa kalian utarakan pada siapapun. Lalu ketika berada di atas panggung, bermain sebagai tokoh, kalian mengungkapkan semua perasaan yang tak terucapkan itu dalam bentuk tokoh. Pernah melakukan hal itu? Bagaimana efeknya? Menjadi lebih tenang kan? Nah, itulah kenapa akting, atau jadi aktor, juga sekaligus bisa menjadi ruang untuk menterapi psikis kalian.

Lalu bagaimana dengan kasus Heath Ledger yang malah meninggal karena (katanya) tokoh yang ia mainkan. Pertama, alasan kematian Heath karena tokoh Joker itu sebenarnya masih simpang siur. Ada yang menyebutkan karena memang sejak awal ia merasa depresi, bukan karena tokoh. Ada juga yang mengatakan bahwa Heath merasa nyaman dengan tokoh Joker, tapi di sisi lain ia menolak keberadaan tokoh itu, sehingga ia depresi lalu meminum obat penenang, overdosis, dan meninggal. Belum ada jawaban pasti apakah benar bahwa Heath Ledger meninggal karena tokohnya. Pun seandainya kabar itu benar, maka kita akan kembali pada poin sebelumnya bahwa ketika kita memutuskan menjadi aktor maka kita jadi lebih mengenali diri. Ketika kita mengenali diri, kita pasti jadi lebih bisa menerima diri kita dalam kondisi dan keadaan apapun, kan?

Ya memang, jadi aktor yang sangat serius dan menjalani proses keaktorannya dengan gila itu sangat berbahaya. Banyak resikonya baik fisik atau psikis. Mulai dari patah tulang rusuk, masuk rumah sakit, dan bahkan mungkin depresi. Juga, kamu bisa “kadung nyaman” dengan tokoh dan tidak mau pergi dari tokoh itu. Jadi, menjadi aktor, di satu sisi banyak enaknya, berpengaruh positif, tapi di satu sisi juga berbahaya, karena jika terlalu lena, maka bisa lupa “jalan pulang”.

Itu tadi kalau kita bicara soal apa enaknya jadi aktor. Jadi bukan hanya sebatas uang, ketenaran, atau hal-hal yang di mata kalian terlihat sangat menyenangkan. Nyatanya, hal-hal menyenangkan itu terkadang membuat orang depresi seperti kasus Anne Hathaway dan beberapa aktor lain. Justru ada kenikmatan lain dalam dunia keaktoran yang perlu kalian sadari, entah sebelum kalian memutuskan masuk ke dunia keaktoran, atau ketika kalian sudah masuk dan berkecimpung di dunia keaktoran. Jadi, masih mau jadi aktor?

Viva aktor!

About The Author