[Acting Review] Room; Menghadapi Kawan Main Anak-anak
Menyaksikan Room, maka kami tidak hanya menyaksikan sebuah film, tapi menyaksikan bagaimana Brie Larson dan Jacob Tremblay yang kala itu baru berusia 9 tahun bermain ansambel dengan menarik. Keduanya saling menghidupi. Tapi pertanyaannya kenapa? Bagaimana bisa begitu? Apa yang terjadi? Kami berusaha melihat tanda-tanda dari permainan keduanya dan berbekal beberapa interview yang ditonton.
Berikut ini acting review Brie Larson dan untuk yang pertama kalinya, acting review anak kecil. Sekedar catatan, Akuaktor selalu menghindari membuat acting review anak-anak karena kami belum memiliki pisau bedah yang cukup untuk melihat bagaimana permainan anak-anak yang mungkin pengetahuan soal akting hanya sekedar “menjadi orang lain”. Acting review ini banyak spoiler. Jangan baca sampai akhir kalau belum nonton.
Brie Larson dan Capaian Umum Aktris Terbaik Oscar
Setiap kali kami melihat kategori Best Actress di Oscar, hampir dari tahun ke tahun, kami bisa pastikan akan sangat jarang aktris yang mengubah dimensi fisiologisnya. Apalagi soal suara. Kami hampir tak pernah menemukan aktris yang mengubah warna suaranya. Bahkan ketika mereka bermain sebagai tokoh biopic. Seperti Natalie Portman di Jackie, Melissa McCarthy di Can You Ever Forgive Me? Margot Robbie di I, Tonya, dan banyak yang lain. Mungkin beberapa yang kami ingat mengubah drastis warna suaranya adalah Renee Zellweger di Judy, Charlize Theron di Monster, Meryl Streep di The Iron Lady, dan beberapa yang lain.
Itu kenapa setiap kami mau membuat prediksi Best Actress Oscar, kami hampir selalu mengatakan bahwa persaingannya tidak seketat Best Actor. Bahkan pada beberapa kesempatan, capaiannya tidak sebaik Best Actor. Dalam Best Actress, sepertinya yang ditekankan adalah soal kerumitan psikologis dan permainan emosi mereka yang lain. Dimensi itu yang jadi pertimbangan terlebih dahulu.
Hal itu juga lah yang terjadi di Brie Larson dalam film Room. Kami tak melihat ada capaian fisiologis di bagian luar yang menarik. Tidak ada perubahan warna suara, tidak ada perubahan cara berjalan, dan beberapa laku tubuh yang lain. Kesan Brie Larson di film yang sebelumnya seperti di The Gambler, tidak terlihat jauh berbeda. Padahal kan kita tahu bahwa tokohnya di The Gambler dan Room berbeda. Tak hanya itu, jika dibandingkan dengan Brie di kehidupan nyata, saat ia di interview atau pada beberapa postingan di Instagramnya, tidak ada perbedaan fisiologis yang signifikan antara ia dan tokoh Ma di Room.
Perubahan pada fisiologis tetap ada, hanya tidak banyak. Misalnya pada tempo tubuh. Jika melihat pada latar belakang tokoh yang dikurung di tempat sempit selama 7 tahun dan terisolasi dari dunia luar dengan waktu yang begitu lama, maka tempo tubuh Brie bisa jadi relevan. Secara sosiologis selama 7 tahun ia tak pernah bersentuhan dengan orang lain selain Old Nick dan Jack, anaknya. Maka pasti ada keterkungkungan yang besar dalam diri Brie secara psikis yang kemudian berpengaruh pada tempo tubuhnya.
Selain itu kesan kelam dari tokoh ini berhasil dimunculkan oleh Brie selain dari tempo juga sedikit dari caranya memandang dan sesering apa ia tersenyum. Sejauh yang kami lihat, Brie hanya tersenyum dan terlihat sedikit cerah ketika bermain bersama Jack, di luar itu ia tetap kelam. Bahkan pada beberapa kesempatan ada 2 emosi yang berjalan dengan bersamaan dengan porsi yang tepat. Kami pikir hal itulah yang membuat Brie berhasil mencuri hati para voter di beberapa penghargaan. Emosi tokoh ini mau tak mau harus dibilang rumit. Ia harus terlihat tak tertekan di depan anaknya, tapi sekaligus harus tetap menunjukkan rasa tertekan yang besar atas kondisi yang ia sudah alami selama 7 tahun itu. Ini baru di awal film Room ketika ia masih di dalam ruangan tersebut.
Kami melihat cara Brie mengatur porsi emosinya adalah dengan memiliki visi yang jelas di setiap adegan, bahkan pada tiap bit di adegan tersebut. Brie sepertinya paham betul bahwa tiap menit yang dilalui si tokoh harus berarti. Entah itu perasaan kelam, atau muak pada kondisi yang sedang dihadapi, atau juga rasa bahagia yang harus selalu ia berusaha tunjukkan pada anaknya semata-mata agar Jack tidak mengalami trauma yang sama seperti dirinya. Kami rasa itu juga yang jadi alasan kenapa Tokoh yang Brie mainkan menciptakan kebohongan tentang dunia pada Jack. Ia tak ingin kepala anaknya terkungkung seperti dirinya. Meskipun pada akhirnya, ia lelah dengan kebohongan itu sendiri. Perjalanan menuju kelelahan atas kebohongan itu berhasil ditunjukkan dengan cukup baik dengan cara perubahan porsi emosi. Dimana awalnya perasaan kelam hanya muncul 60% dan ditutupi dengan perasaan lain, kemudian mendekati waktu keluarnya Jack perasaan kelam itu berubah menjadi takut dan ditambah dengan sedikit harapan.
Menjalankan beberapa emosi sekaligus terjadi juga ketika Ma mulai melakukan rencananya. Ia takut Jack kenapa-kenapa. Ma merasa tak tega mengorbankan anaknya. Tapi ia harus menguasai perasaan-perasaannya itu agar bisa terbebas dari kondisi tersebut. Momen ia berusaha menguasai perasaannya itulah muncul lebih dari 1 emosi yang berjalan dengan porsi yang tepat. Sekali lagi, kami rasa karena visi yang jelas dan pemahaman atas kondisi tokoh yang baik membuat emosi-emosi tersebut muncul dengan porsi yang tepat.
Lalu ketika ia sudah keluar dari ruangan tersebut, layer-layer emosi tetap ada meski tak sebanyak sebelumnya. Kami maklum karena memang sekarang kondisi tokoh sudah tidak terkungkung lagi. Ia dalam kesadaran sosiologisnya sudah bebas. Tapi trauma itu tetap muncul. Dengan kesadaran akan kondisi sekitar tokoh yang sudah tidak terkungkung membuat Ma lebih bebas mengeluarkan emosinya. Itu kenapa layer emosi tokoh jadi tidak bertumpuk lagi. Meski tetap rumit karena kita bicara trauma, tapi tidak serumit ketika berada di dalam ruangan.
Room dan Melihat Jacob Tremblay
Jika melihat Room, maka kita tak boleh menyingkirkan Jacob Tremblay. Meksi ia masih kanak-kanak, tapi keberadaan Jacob cukup berhasil membantu Brie dalam permainan. Tapi pertanyaannya, kenapa? Bagaimana bisa begitu?
Dari salah satu wawancara di Youtube yang kami lihat, Brie melakukan pendekatan terlebih dahulu ke Jacob selama 3 mingguan. Ia mengajak Jacob jalan-jalan, dan membuat Jacob senyaman mungkin dengannya. Jika cara itu kita telaah, maka Brie mengerti hubungan tokohnya dengan tokoh Jacob. Brie Larson membuat Jacob mulai menyadari bahwa dunia yang ia lalui sekarang adalah dunia imaji. Perlahan kesadarannya digeser kesana. Tentu tanpa meninggalkan diri Jacob. Artinya ia masih menjadi Jacob.
Hanya saja Jacob mulai bergeser ke dunia imajiner yang berbeda. Karena disini Brie adalah orang yang paham tentang prinsip seni peran dan hubungan antar tokoh, ia berusaha membuat Jacob mengerti dengan cara melakukan. Dalam teori Stanislavski kita mungkin bisa memasukkan apa yang dilakukan Brie Larson ke dalam Method of Physical Action. Dimana si aktor melakukan kegiatan terlebih dahulu untuk mendapatkan emosi dan kondisi tokoh yang tepat.
Melihat permainan Jacob tentu kami tak bisa menilai dengan prinsip keaktoran yang biasa kami pakai. Karena memang Jacob belum sampai pada tahap itu. Bukan kualitas penciptaannya, tapi kapasitas pengetahuannya. Tapi kami melihat ada kepercayaan yang kuat atas dunia imajiner yang dibangun bersama Brie. Jacob juga tipikal aktor cilik yang punya visi kuat dalam tiap bit permainannya. Meskipun pada beberapa momen kecil di adegan, matanya bocor. Tapi yang menarik, ia berhasil menarik kembali kesadarannya atas kondisi bahwa ia sedang shooting. Kemampuan “kembali ke kesadaran tokoh” ini yang membuat Jacob bermain dengan visi kuat di hampir semua adegan.
Lalu bagaimana menghadapi kawan main anak-anak? Cara yang dilakukan Brie bisa dicontoh. Membiasakan diri si anak untuk masuk dan mempercayai dunia imajiner tersebut. Kita bisa kembali ke paham dasar soal seni peran yang diungkapkan Stanislavsky bahwa Acting is Believing. Maka buat anak-anak percaya bahwa mereka sedang berada di tempat dan kondisi tertentu.
Menilai permainan Jacob sangat sulit bagi kami karena kami belum memiliki pisau bedah yang kuat. Tapi satu hal yang kami tahu, ia adalah aktor dengan insting yang baik dan kuat. Jika dalam pertumbuhannya Jacob melahap semua metode dan teori keaktoran, ia bisa jadi aktor hebat. Untuk Brie, kemampuannya memainkan emosi, kemampuannya mengajak Jacob meyakini dunia imajinernya, adalah capaian yang tidak semua aktor dan aktris mampu melakukannya.