[Acting Review] Knives Out; Stereotipe yang Gagal Muncul
Knives Out adalah sebuah film yang dibintangi oleh Daniel Craig, Ana De Armas, dan banyak pemain lain yang kami lupa siapa saja namanya. Mau buka Wikipedia atau sejenisnya kami malas, karena memang bukan itu yang sedang jadi kebutuhan utama kami. Knives Out bercerita tentang sebuah peristiwa bunuh diri yang dikira sebuah pembunuhan karena satu dan lain hal. Ah sudahlah, kalau soal cerita juga kalian pasti bisa membacanya sendiri di website lain atau menonton filmnya langsung kan? Kami tak sedang ingin bertele-tele bicara soal itu.
Seperti judul artikel ini, kami sedang ingin membicarakan soal permainan para cast di film ini. Terutama pada 2 orang pemainnya, yakni Daniel Craig dan Ana De Armas. Kedua pemain ini masuk nominasi aktor dan aktris terbaik di beberapa ajang karena permainan mereka. Beberapa mengatakan bahwa Craig dan De Armas punya kesempatan masuk Oscar. Kenapa bisa begitu? Sebagus apa permainan mereka? Berikut ulasannya;
Knives Out, Daniel Craig, dan Stereotipe yang Gagal Muncul
Kalian pasti sudah tahu tentang Daniel Craig kan? Film-film macam apa yang biasa ia mainkan? Daniel Craig sangat lekat dengan tokoh James Bond dan tokoh-tokoh flamboyan yang dingin, tenang, dan tajam. Stereotipe itu sangat kuat menempel di aktor berusia 51 tahun ini. Ketika pertama kali kami mengetahui kalau ia bermain di Knives Out dan mendapat namanya masuk nominasi Golden Globe, kami cukup terkejut. Bagaimana bisa seorang Daniel Craig yang kami rasa sepanjang karir keaktorannya tidak pernah mengejutkan dunia soal kualitas permainannya, tetiba muncul di sebuah film misteri dan masuk nominasi Golden Globe? Sebagus apa permainannya?
Setelah kami memutuskan untuk menonton film ini, akhirnya kami tahu kenapa Daniel Craig berhasil dan pantas masuk nominasi Golden Globe. Satu hal yang paling pasti adalah ia berhasil menyingkirkan stereotipe yang kuat dari James Bond dan tokoh-tokoh flamboyan yang tenang yang biasa ia mainkan. Dalam film ini, Daniel Craig berhasil mencapai kualitas permainan yang lain. Bahkan mungkin menurut kami, salah satu yang terbaik sepanjang karirnya.
Apa saja yang dicapainya? Pada kemunculan pertamanya, kami tak bisa melihat capaian apapun. Itu karena ia hanya duduk saja dan memiliki gaya duduk seperti James Bond. Tapi begitu ia berbicara, seketika stereotipe James Bond itu sirna. Daniel Craig berhasil merubah aksen dan warna suaranya. Sejauh yang kami tahu, aksen yang ia pakai adalah aksen bagian selatan Amerika atau Southern Accent.
Aksen yang diciptakan Daniel Craig itu berhasil menyingkirkan jauh-jauh stereotipe James Bond. Kami sampai senyum-senyum sendiri ketika mendengarkan bagaimana Daniel Craig berbicara dengan aksen tersebut. Kami sempat bertanya kenapa ia menggunakan Southern Accent itu. Dari salah satu wawancaranya di cinemablend.com Craig mengatakan bahwa soal aksen sudah ditulis oleh sutradara sebagai sebuah catatan penting dalam naskah. Dari penjelasan Craig, sutradara menginginkan Southern Accent agar si tokoh Detektif Benoit Blanc terpisah jauh dari karakter yang lain. Dan hal itu berhasil didapatkan. Tokoh Detektif Blanc memang terasa sangat jauh dengan para pemain lain. Terutama ketika hampir semua pemain tidak sangat merubah aksen atau setidaknya kami tidak menangkap perubahan yang signifikan dari pemain yang lain.
Nah, dari perubahan aksen itu, ada beberapa hal yang akhirnya ikut berubah. Seperti misalnya warna suara. Kami merasa warna suara Daniel Craig terasa lebih gandem dan berkutat di dalam mulut. Mungkin bahasa yang paling tepat adalah warna suara Daniel Craig seperti ditelan sehingga terasa besar, tapi tidak keluar. Selain soal warna suara, jika diperhatikan dengan baik, mulut sebelah kanan bawah terasa agak ditarik dan dilipat ke dalam ketika berbicara. Hal itu juga kami pikir karena perubahan aksen yang dilakukan oleh Daniel Craig.
Lalu, selain perubahan aksen, apalagi yang berubah? Cara melihat Daniel Craig berubah. Kami merasa tokoh ini selalu melotot ketika melihat sesuatu. Bukan kesan mata yang tajam, tapi mata yang seperti sengaja di buka lebar agar terkesan tajam. Bentuk yang menarik menurut kami, karena akhirnya kesan komikal dari tokoh ini muncul tipis.
Dari apa yang kami lihat, kami merasa bahwa tokoh Detektif Benoit Blanc ini memang sengaja dimunculkan sebagai seorang detektif yang tidak sepenuhnya serius. Ia seperti Hercule Poirot yang agak komikal dan eksentrik. Kesan macam itulah yang penting untuk tokoh ini agar membedakannya dengan tokoh lain di film.
Lalu capaian fisiologis apalagi yang berhasil dicapai Craig? Dari cara berjalan dan cara memainkan laku tubuh yang lain kami tak mendapatkan perubahan yang signifikan. Malah hampir tidak ada perubahan. Hal itu terjadi mungkin juga karena secara sosiologis, tokoh ini punya latar belakang yang sama dengan James Bond. Sama-sama penyelidik. Hal itu tentu tak bisa menjadi sebuah permaafan jika kita melihat dari kacamata keaktoran yang ideal. Karena sejatinya Bond dan Blanc memiliki dua latar belakang sosial yang jauh berbeda. Entah itu dari tahun, hingga tempat mereka tumbuh dan belajar menjadi detektif.
Masih soal fisiologis, kali ini soal ritme tokoh. Kami merasa, ritme tokoh ini dibuat menjadi lebih lambat. Ritme yang lambat ini membuat tokoh hampir menyentuh kesan flamboyan. Hal itu juga membuat ciptaan Daniel Craig jadi dekat dengan Bond. Tapi sekali lagi, karena satu poin yang ia ciptakan, yakni aksen, warna suara dan cara bicara, kesempatan untuk menjadi flamboyan jadi terlupakan. Secara utuh Daniel Craig tetap berhasil menyingkirkan stereotipe Bond yang sempat melekat kuat padanya.
Lalu bagaimana dengan permainan emosinya? Jika yang dimaksud emosi adalah soal bagaimana ia bisa menangis dan marah atau bahagia, maka Daniel Craig tak memiliki capaian yang signifikan pada bagian tersebut. Bukan karena tidak bisa, tapi karena tidak ada porsi emosi macam itu. Dari apa yang kami lihat, Detektif Blanc hampir selalu tenang, dan tidak pernah mengalami sebuah kondisi dimana emosinya dikuras. Justru, dengan emosi yang hampir selalu tenang, kami bisa melihat detail yang menarik dari permainan matanya. Misalnya bagaimana Detektif Blanc bisa menunjukkan bahwa ia sangat memperhatikan detail. Kita bisa melihatnya dari bagaimana ia memainkan mata di beberapa momen kecil. Hal itu tidak akan sangat terlihat kecuali kalian memperhatikannya dengan baik.
Soal emosi, tak ada lagi yang bisa kita bahas karena memang Craig tak punya porsi untuk itu dalam tokoh ini. Satu hal yang bisa kita ambil pelajaran dari apa yang Daniel Craig lakukan adalah bahwa dengan satu poin saja yang kita ciptakan, hal itu bisa merubah banyak hal dalam keseluruhan kesan tokoh yang diciptakan dan bahkan bisa menjauhkan typical cast yang sering menjadi momok banyak aktor. Maka dari itu, jika menciptakan utuh dan detail sangat sulit untuk kalian, ciptakan satu dan buat ciptaan itu meyakinkan.
Ana De Armas yang Emosional Tapi Biasa
Lalu bagaimana dengan permainan Ana De Armas? Jika melihat capaian Ana De Armas dalam sudut pandang fisiologis, maka kami hampir tak menemukan apapun dalam capaian Ana De Armas. Kami melihat Ana yang sama seperti ia di film Exposed. Semua bentuknya pun sama, bahkan sampai pada caranya menjalankan emosi yang berlapis. Jadi pada dimensi fisiologis, Ana tak memiliki capaian.
Lalu bagaimana dengan dimensi sosiologisnya? Tokoh Ana de Armas ini dijelaskan sebagai keturunan salah satu negara di Amerika Selatan. Sehingga ada semacam darah latin dalam tokohnya. Dimana mungkin akan muncul sedikit aksen latin pada caranya berucap. Dari apa yang kami dengarkan, kami mendapatkan perubahan aksen latin dalam cara Ana berucap yang tipis. Dengan melihat perubahan aksen itu, maka kami bisa mengatakan kalau dalam dimensi sosiologis, Ana memiliki capaian lebih baik dari pada dimensi fisiologisnya. Soal laku tubuh yang berelasi dengan sosiologis si tokoh, kami tak mendapat ada laku tubuh yang berubah dari Ana. Tapi, jika kita bicara juga soal bagaimana Marta begitu ahli dalam merawat majikannya, maka kesigapan laku tubuh itu juga jadi relevan dengan sosiologis si tokoh.
Sementara soal capaian psikologisnya, dimana ini juga pasti berhubungan dengan permainan emosi, maka kami angkat topi sebagai bentuk penghormatan pada permainan emosi Ana De Armas yang selalu intens. Dari film-film Ana yang lain seperti Exposed, kami melihat Ana memang memiliki kelebihan dalam memainkan emosi yang berlapis dan dalam. Di Knives Out, Ana memiliki banyak sekali porsi emosi yang mengharuskannya bermain emosi berlapis dan dalam.
Salah satu contoh emosi yang dalam muncul sejak pertama kehadirannya di film. Pada adegan setelah kematian majikannya, kita bisa melihat kesedihan yang mendalam dan semacam rasa tak percaya di mata Ana. Mata yang berkaca-kaca menandakan bahwa ada kesedihan yang mendalam, tapi tiadanya tangisan membuat kesan tokoh ini berusaha mengendalikan kesedihan itu muncul. Permainan emosi macam itu menarik.
Adegan yang lain dengan emosi berlapis juga muncul ketika adegan makan-makan setelah interogasi dan dia ditawari penyokongan dana oleh keluarga majikannya. Pada adegan itu kita bisa melihat laku tubuh kecil yang seakan membuatnya tak percaya dengan apa yang dikatakan anak-anak si majikan. Kita juga bisa melihat laku tubuh seperti berusaha memunculkan benteng besar antara dirinya dan anggota keluarga si majikan. Laku tubuh kecil dan bagaimana ia memainkan mata yang membuat Ana berhasil memainkan emosi berlapis.
Selain soal permainan emosi berlapis yang muncul cukup sering di film, Ana juga berhasil memainkan perjalanan emosi yang dinamis dan jelas. Salah satu contohnya muncul ketika Daniel Craig menunjuknya sebagai asisten untuk memecahkan kasus tersebut. Dalam adegan itu kita bisa melihat perjalanan emosi yang menarik dan jelas. Terlihat Ana mendengarkan dengan baik dan merespon sesuai dengan kondisi psikologis si tokoh yang masih memiliki benteng dengan siapapun dan mulai membuka sedikit demi sedikit kepercayaannya pada tokoh Daniel Craig. Proses Ana berupaya membangun kepercayaan pada Daniel Craig bisa kita lihat jelas lewat laku tubuh dari yang besar sampai kecil dan juga dari ekspresi serta permainan mata Ana.
Perjalanan emosi dinamis lainnya bisa kita lihat saat Ana salah memberikan obat pada Harlan, majikannya. Kita bisa melihat perjalanan emosi dari tenang, kemudian mulai panik, hingga makin panik. Pertumbuhan emosinya tidak mendadak. Semua terjadi dengan langkah yang tepat dan logis. Peristiwa, laku Harlan, dan obat yang tertukar berhasil direspon dengan baik oleh Ana dan berhasil dijadikan motivasi kepanikan Ana. Lalu pada adegan ketika Ana melihat Harlan bunuh diri, kita bisa melihat rasa terkejut yang intens dan menarik. Dari Ana kita bisa belajar bahwa mata adalah segalanya. Ana De Armas memiliki kemampuan memainkan mata yang luar biasa kuat dan bisa menjadi perpanjangan tangan perasaan dan pikiran si tokoh.
Tapi sayang, jika melihat semua permainan emosinya di Knives Out dan membandingkannya dengan ketika ia di Exposed atau film yang lain, semua bentuk ejawantah emosinya sama persis. Ini yang kami persoalkan. Sederhananya begini; Marta dan tokoh yang Ana mainkan di film lain adalah manusia yang berbeda. Mereka memiliki bentuk menjalani emosi yang berbeda. Hal itu yang membuat setiap tokoh seharusnya memiliki bentuk-bentuk beremosi yang otentik. Pada permainan Ana De Armas, kami tak melihat itu. Mungkin persoalannya ada pada capaian fisiologis yang hampir tidak ada. Sehingga tidak ada sedikit pun bentuk yang berbeda pada cara beremosi Marta.
Melihat Ana De Armas kita bisa mengambil banyak pelajaran. Misalnya, jika Ana mengambil satu bentuk saja dalam matriks tubuhnya seperti apa yang dilakukan Daniel, maka mungkin kita bisa melihat cara beremosi yang otentik dari tokoh Marta. Sementara pada Daniel, kita bisa mengambil pelajaran bahwa menciptakan satu bentuk yang detail pada salah satu bagian tubuh akan berefek besar pada permainan sedara keseluruhan. Tentunya dengan catatan bentuk itu diciptakan dengan sejarah yang jelas dan benar-benar diyakini oleh si aktor.